Selasa, 25 September 2007

DITINGGAL OLEH SAHABAT

Hampir tiap orang di dunia ini pernah mempunyai seorang sahabat karib, entah pada saat kita masih kecil maupun saat sekarang ini.

Bagaimana kalau Anda di tinggal mati oleh sahabat karib Anda?
Tempat dimana Anda bisa berbagi suka maupun duka.
Hal inilah yg terjadi pada saat ini dengan diri saya, sobat karib saya, Ben kemarin telah meninggal dunia dalam usia 46 th, karena penyakit kanker.

Hal ini mengingatkan kembali ketika saya di tinggal mati oleh si Udin.

Sejak usia 2 th saya telah di tinggal ayah, karena ia ditawan oleh tentara Jepang. Ibu harus berkerja keras untuk bisa membiayai hidup anak-anaknya.

Ibu sering melakukan puasa, karena tidak cukup makanan dirumah, bahkan kamipun sering tidur dengan perut lapar.

Hal inilah yg mendorong saya untuk minggat dari rumah, karena ingin meringankan bebannya Ibu. Padahal waktu itu usia saya baru 6 th dengan rasa berat hati dan air mata terlinang saya berangkat meninggakan kampung halaman dengan tujuan pergi ke kota besar Bandung, karena ingin mencoba mencari nafkah sendiri

Saya berangkat berdua dengan sobat karib saya si Udin yg usianya 3 th lebih tua daripada saya. Ber-jam-jam kami berjalan kaki seharian tanpa makan, sedangkan uang tidak kami miliki, satu-satunya harta yang kami miliki ialah sehelai baju yang melekat dibadan kami.

Karena sudah tidak tertahankan lagi, saya mengusulkan kepada si Udin untuk mencuri buah-buahan di kebun orang, tetapi si Udin walaupun ia anak yatim, ia sangat taat sekali kepada agama, ia melarang saya untuk mencuri, ia bilang lebih baik kita mengemis daripada mencuri.

Kami melewati satu gedung besar, dan kami berpikir disinilah kita bisa mengemis untuk memohon sesuap nasi, tetapi belum saja kami bisa masuk ke halaman rumah, kami telah dikejar oleh anjing sipemilik rumah, kami lari terbirit-birit, tetapi dengan kaki yg masih kecil, saya belum bisa berlari cepat, sehingga saya jatuh tersungkur dan anjing menggigit saya. Akhirnya si Udin datang melindungi dan menghalau anjing tersebut.

Hujan telah turun dgn deras, badan kami menggigil kedinginan, karena telah tak tertahankan lagi, kami mencari makan di tempat sampah, ternyata disitu masih ada sisa sepotong roti kecil, dan beberapa genggam nasi.

Karena badan saya telah lemah lunglai apalagi telah digigit anjing, si Udin memberikan roti maupun nasi tersebut semuanya untuk saya, makanlah ia bilang, karena saya lagi puasa, walaupun kenyataannya tidaklah demikian, tetapi ia mengikhlaskannya untuk saya.

Malam hari itu kami tidur di emperan rumah orang, tepatnya di depan sebuah kelenteng. Malam-malam saya terbangun, karena saya mendengar si Udin mengeluh kesakitan, badannya menggigil, tak satu katapun bisa ia ucapkan tetapi matanya kelihatan sayu.

Saya mengetahui ia sakit, karena lapar, ia sudah tidak makan sejak lebih dari dua hari, dan bagian makanannya selalu diberikan kepada saya, sehingga badannya menjadi sedemikian lemahnya.

Dari luar kelenteng masih kelihatan cahaya api lilin remang-remang diatas meja sesajen, tanpa pikir panjang saya memanjat pagar dan pintu kelenteng untuk bisa masuk ke dalam, akhirnya saya berhasil mencuri sesajen berupa dua potong kueh. Saya berlari kepada si Udin cepat-cepat untuk memberikannya kepada dia, karena saya merasa takut sekali kehilangan dia.

Ketika saya tiba, saya berusaha memeluk badannya si Udin yang gemetaran dan mencoba menyuapkan kueh ke dalam mulutnya, tetapi rupanya telah terlambat. Sang Pencipta telah memanggil dia balik kepangkuan-Nya.

Apakah Anda bisa membayangkan betapa perasaan seorang bocah berusia 6 th yang di tinggal mati oleh kawan dan sobat satu-satunya yg pada saat itu tidak memiliki siapapun juga, karena jauh dari kampung halaman?

Bagaimana perasaan Anda apabila sobat karib Anda meninggal dalam pelukan tangan Anda?

Dibawah hujan rintik-rintik dengan badan menggigil kedinginan, saya menangis terseduh-seduh. Saya mendekap badannya si Udin erat-erat dan dengan suara tersendat-sendat saya mengucapkan: "Jangan tinggalkan saya, Din! Jangan tinggakan saya seorang diri......

Hal inilah yg terulang dan teringat kembali, bagaimana sakitnya perasaan dan hati saya di tinggal oleh seorang sobat karib. Dengan air mata terlinang saya menyanyikan lagu: "What we have a friend in Jesus!

Selamat jalan Ben!
A brother may not be a friend, but a friend will always be a brother.

Senin, 24 September 2007

BELONG TO JESUS

Lahir di Brasilia tahun 1982 dengan nama Ricardo Izecson dos Santos Leite, Kaka lahir dari sebuah keluarga penginjil yang kaya raya. Namun hal itu tidak membuat IA menjadi sombong dengan mengandalkan kekayaan keluarga ataupun mengikuti jalan hidup keluarganya dengan menjadi penginjil. Kaka punya jalannya sendiri Dan caranya sendiri.

Sejak kecil IA sangat menyukai sepakbola, bahkan dalam usia remaja IA menjadi pemain yang cukup terkenal di-daerah-nya dengan bermain sebagai pemain cadangan di klub San Paulo.

Namun pada usia 18 tahun sebuah bencana terjadi, IA mengalami cidera punggung yang serius saat sedang berenang. Dokter mengatakan IA tidak bisa bermain sepakbola lagi, bahkan kemungkinan besar akan lumpuh akibat cidera itu. Tidak Ada tindakan operasi atau terapi yang bisa menyelamatkannya.

Hidup Kaka hancur berantakan saat itu, kecintaannya pada sepakbola demikian besar, kini semua harus berakhir, bahkan sisa hidupnya harus diisi dengan menjalani kelumpuhan.

Namun Kaka tahu kemana IA harus minta tolong saat dokter sudah angkat tangan. Kaka bergumul dengan Tuhan, tak putus-putusnya IA berdoa memohon kesembuhan-nya. Ia bernazar pada Tuhan, bila IA sembuh Dan dapat bermain sepakbola lagi, IA akan mempersembahkan seluruh prestasinya itu pada Tuhan Yesus.

Dan keajaibanpun terjadi, setahun setelah kecelakaan itu tepatnya tahun 2001, Tuhan menyembuhkannya, IA sembuh total dari sakitnya. Bahkan IA dapat merumput bermain sepakbola lagi. Tuhan juga memberikan hadiah bonus, IA tidak lagi menjadi pemain cadangan melainkan menjadi pemain utama Dan andalan di klubnya.

Tuhan membuat permainan Kaka menjadi begitu hebat sehingga manager Tim Nasional Brazil terpikat akan permainannya, Dan memanggil Kaka untuk mengenakan baju kebesaran Tim Brazil, kuning Dan hijau, dipercaya untuk bertarung di piala dunia 2002.

Dari sekian banyak bakat baru bersinar di kancah persepakbolaan Brazil, IA hanyalah seorang pemain muda yang belum setahun membela klubnya, namun sudah dipanggil masuk Tim Nasional. Bagi Kaka itu adalah keajaiban Dan anugerah yang besar baginya.

Walaupun dia hanya jadi pemain cadangan Dan duduk dipinggir lapangan menonton pertandingan para seniornya di piala dunia, namun Kaka sudah sangat senang dapat ikut serta dalam kompetisi sebesar piala dunia. Kaka tidak menyadari Tuhan sedang menyediakan keajaiban lainnya bagi dia.

Beberapa pertandingan berjalan begitu keras bagi Brazil, sehingga beberapa pemain bintang harus disimpan karena cidera. Datanglah kesempatan bagi Kaka untuk turun membela timnya. Dibawah pembelaannya Brazilpun menang, peristiwa legendaris yang menggemparkan dunia itupun terjadi, Kaka mengangkat seragam-nya Dan di baliknya Ada sebuah tulisan yang menggegerkan, kaos putih itu bertuliskan "I Love Jesus".

Itu terus dilakukannya setiap kali teman-temannya merayakan gol. Dan akhirnya Brazil-pun memenangkan Piala Dunia 2002, setelah menaklukan Jerman di final dengan skor 2-0. Dalam parade kemenangan dinegaranya sendiri, kaos kesayangan yang bertuliskan 'I love Jesus' itu tidak pernah dilepasnya. Hal itu menginspirasi banyak pemain Brazil (bahkan pemain negara lain) melakukan hal yang sama.

Saat diwawancara oleh stasiun TV Dan ditanya mengapa IA melakukan hal itu, IA berkata, "Saya ingin memperlihatkan dengan hidup Dan kerja saya, apa yang telah Tuhan lakukan bagi saya, supaya orang lain dapat melihat apa yang Tuhan bisa lakukan dalam kehidupan mereka."

Permainannya yang cantik di Piala Dunia tidak luput dari perhatian sebuah klub raksasa di Italia, AC Milan. Tidak lama kemudian mereka membeli Kaka untuk masuk dalam timnya sebagai pemain utama. Kaka-pun pindah bergabung dengan AC Milan, masuk dalam liga Italia yang keras Dan penuh bintang. Namun dalam musim pertamanya di Liga Italia Seri A, IA langsung menyumbangkan gelar Juara scudetto bagi AC Milan.

Dalam waktu singkat Kaka menjadi bintang Dan pujaan banyak orang khususnya wanita, kegantengannya yang seperti seorang bintang film membuat IA selalu dikejar-kejar fans wanita, dimanapun IA berada akan selalu Ada jeritan gadis-gadis muda yang mengaguminya.

Namun cinta Dan kesetiannya hanya pada Caroline Celico, kekasihnya yang jauh di Brazil. Walaupun kehidupan pemain sepakbola selalu dikeliling wanita-wanita cantik super model, atau pesta-pesta kemenangan, Kaka selalu menghindari semuanya itu. Ia bahkan tidak mau membawa Caroline tinggal dengannya di Italia sebelum pernikahan, seperti yang dilakukan para pemain bola di liga-liga besar.

Tahun 2005, Kaka meminang Caroline, dalam sebuah upacara perkawinan yang sangat sederhana, sangat berbeda dengan pernikahan selebritis lain yang super mewah. Dalam jumpa pers IA menyatakan bahwa IA masih perjaka Dan Caroline masih perawan.

"Itu adalah periode yang penting, sebuah ujian untuk cinta kami berdua. Saya seorang pria normal Dan pasti tergoda untuk melakukan hubungan sebelum pernikahan, tapi saya bisa melewatinya. Malam pertama kami juga ditandai darah keperawanan, sebagai tanda cinta suci kami."

Walaupun sebuah isu pindah agama sempat menerpanya diakhir tahun 2006, namun Kaka membuktikan pada dunia, bahwa IA adalah murid Kristus sejati dalam final liga Champion Mei 2007. Menjadi pahlawan kemenangan melawan Liverpool, Kaka langsung merayakan golnya dengan membuka kaosnya Dan menunjukan tulisan "I belong to Jesus" kemudian berlutut berdoa bersyukur ditengah lapangan. Teman-temannya yang lain turut merayakannya, tapi mereka mengerti Dan tidak mengganggu Kaka yang sedang berdoa. Peristiwa ini ditonton jutaan pemirsa yang menyaksikan final Liga Champion 2007.

Bagi Kaka beserta seluruh pemain Dan pendukung AC Milan, kemenangan ini merupakan mujizat. Tidak Ada yang menyangka AC Milan akan menang, ditengah kepungan 3 raksasa Inggris yang diunggulkan di semi final yaitu Manchester United, Chelsea Dan Liverpool.

Kaka menjadi top skorer dalam Liga Champion, pertarungan liga paling bergengsi diantara para juara dari masing2 negara Dan tertinggi diseluruh dunia. Membuatnya dinobatkan sebagai raja oleh para media Italia Dan pantas dinobatkan sebagai pemain terbaik didunia. Klub-klub kaya seperti Real Madrid diberitakan telah mengajukan penawaran sebesar 100 juta euro (1 trilyun rupiah lebih) jauh memecahkan rekor pemain termahal saat ini.......

Senin, 03 September 2007

Handoko terserang penyakit yang mengerikan dan menjijikkan. Tubuhnya dipenuhi oleh borok yang bernanah dan dibeberapa bagian dari tubuhnya sudah mengeluarkan bau busuk!

Tak terhitung biaya yang sudah dikeluarkan dari koceknya, tapi dokter yang sudah berkaliber dunia sekalipun menyerah!

Sampai suatu malam, Hondoko bermimpi bertemu dengan seorang Hamba Tuhan. Wajah dari Hamba Tuhan itu sangat familiar karena beberapa bulan yang lalu saat dia masih sehat bugar, Hamba Tuhan itu datang kerumahnya untuk melayani tapi dengan kasar dia mengusirnya. Di dalam mimpi Pak Handoko didoakan dalam nama Yesus dan dia SEMBUH, semua borok di tubuhnya, bau busuk hilang tanpa Ada bekas sedikitpun!!

"Tuhan Yesus" . .. , itu kata pertama yang keluar dari mulutnya saat terbangun dari mimpinya. Sudah lama sekali nama itu hilang dari hidupnya, kehancuran rumah tangga orang tuanya membuat dia membenci Tuhan Yesus.

Ibunya sangat aktif di pelayanan, begitu juga dengan ayahnya tapi ternyata ayahnya selingkuh dengan wanita teman sepelayanan di gereja mereka. Sakit hati dan malu, membuat sang Ibu tidak mampu berpikir jernih dan mengambil jalan pintas, BUNUH DIRI dengan menggantung diri di kamar Handoko. Ketika itu Handoko kecil sudah mengerti apa yang terjadi dalam rumah tangga orang tuanya. Tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa, hanya DIAM!!!

Handoko tumbuh tanpa kasih kasih sayang, Ada akar kepahitan dalam hidupnya. Dari sudut materi dia mendapatkan semuanya tapi ada hal yang hilang dalam hidupnya. Hatinya penuh dendam, rasa kebencian akan ayahnya yang selingkuh, rasa kecewa pada Ibunya yang tega meninggalkan dia dengan cara bunuh diri, padahal dia aktif melayani Tuhan. Sejak kecil Ibunya selalu bercerita akan kebaikan dan campur tangan Tuhan bagi orang yang percaya dan setia padaNya dan dia juga MARAH pada Tuhan karena membiarkan keluarga mereka hancur!!

Antara putus asa dan adanya harapan untuk sembuh, dia menyuruh Hambali, orang yang dia percaya untuk memanggil Hamba Tuhan yang ada di mimpinya, yang pernah dia usir sebelumnya.

Ada syarat yang Handoko sampaikan; Hamba Tuhan itu tidak boleh diberitahu apa penyakit sesungguhnya yang dia derita, cukup mengatakan bahwa kakinya sakit dan is Hamba Tuhan tidak boleh masuk ke dalam kamar, cukup mendoakan dia dari luar kamar.

Dia ingin buktikan, benarkan Yesus itu ajaib, benarkah Yesus itu Maha Tahu dan mampu memyembuhkan penyakitnya melalui Hamba Tuhan yang akan mendoakan dia, tanpa melihat dan menjamah tubuhnya yang sakit. Katanya, "aku akan percaya"

Tampa menunda-nunda waktu, Hambali segera menjemput is Hamba Tuhan. Sesuai dengan persyaratan yang diajukan oleh Handoko, dikatakan penyakit yang diderita hanyalah sakit di bagian kaki dan is Hamba Tuhan tidak diiijinkan masuk kedalam kamar, cukup mendoakan dari luar.

Mendengar persyaratan ini, Hamba Tuhan bingung karena belum pernah ada yang minta dilayani dengan persyaratan seperti ini. Tapi Roh Kudus berbicara padanya, "Pergilah, lakukan bagianmu maka Aku akan lakukan bagianKu."

Setiba di tujuan, Ada keraguan di hati sang Hamba Tuhan, bagaimana mendoakan orang yang dia tidak lihat dan tidak tau sakitnya apa? Tapi kembali dia mendengar suara yang berkata, "Lakukan yang menjadi bagianmu anakKu, jangan ragu, jangan gunakan pikiranmu, Aku akan lakukan hal yang tidak pernah kau pikirkan sebelumnya."

Hamba Tuhan tersebut menaikkan pujian di depan pintu kamar, memuji dan menyembah Tuhan, dia merasakan hadirat Tuhan yang luar biasa di ruangan itu, dan dia mulai berdoa, "Bapa, kuasaMu tidak pernah berubah dari dulu sampai sekarang dan selama-lamanya, hamba serahkan Bpk. Handoko ke tanganMu, jamah kakinya yang sakit sehingga dia bisa berjalan. Amin".

Setelah itu, Hamba Tuhan ini pamit pulang dn diantar oleh supir yang sudah disediakan.

Apa yang terjadi dengan Handoko?

Sepeninggal is Hamba Tuhan, Handoko menangis meraung2 di dalam kamar, tentu saja satu rumah panik tapi karena kamar dikunci dari dalam tak seorangpun bisa masuk. Lambat laun suara raungan mengencil menjadi isak tangis dan akhirnya diam.

Karena panik, Hambali memutuskan untuk mendobrak pintu kamar tapi terhenti ketika pintu kamar bossnya terbuka, dan semua Mata yang Ada diruangan itu terpukau, semua diam.

Handoko berjalan perlahan-lahan, dia sudah sembuh!! Borok yang ada ditubuhnya hilang, bau busuk yang menyengat hidung tidak ada lagi. Semua mata dipenuhi air mata suka cita!!

Sahabat, dari kisah diatas ada hal yang secara pribadi bisa Kita ambil untuk jadi renungan.
Ada 3 tokoh di renungan ini, dan saat ini tokoh apa yang sedang anda lakoni?

1. Sebagai Handoko
2. Sebagai orang yang melihat keajaiban dan karya Tuhan
3. Sebagai Hamba Tuhan

Tuhan memberkati.
From S. H Tarigan.
APAKAH AKU YANG MEMBACA, LEBIH BAIK ATAU LEBIH BURUK?

Shalom,
Dear Tders, Matius 25:13 berkata : "Karena itu, berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu akan hari maupun akan saatnya".

Bro & Sis sekalian di kesempatan ini saya mau menyampaikan kesaksian saya tentang apa yang saya alami kemarin, Minggu, 26 Agustus 2007. Sungguh saya mau berkata, kalau ada orang yang paling berdosa pada hari itu, sayalah orangnya, tapi kalaupun ada orang yang paling berbahagia, sayalah juga orangnya.

Ceritanya begini:
Hari Minggu 19 Agustus 2007 ( satu minggu yang lalu ), saat Ibadah Raya di gereja kami, sembari menunggu jemaat datang, saya melihat seorang bapak tua datang ke gereja. Saya tahu dia adalah jemaat baru di gereja kami ( karena di gereja kami, setiap jemaat baru selalu kami minta memperkenalkan diri, dan kami mendoakan mereka apapun reason mereka untuk datang, tapi kami selalu menggaungkan bahwa "GEREJA" adalah jawaban ), dan ini adalah kehadirannya yang kedua kalinya. Saya sapa dia, saya salam dan sebut namanya. Eh dia kaget....."Lho bapak ingat nama saya ya?" tanyanya. Mungkin karena bapak ini sudah tua, sehingga dia lupa minggu sebelumnya dia sudah memperkenalkan namanya ke saya. Saya persilahkan dia untuk mengambil tempat duduk. Ibadah dimulai, berhubung hari itu Gembala kami sedang pelayanan keluar kota , maka sayalah yang memimpin pembukaan Ibadah kami. Saat ruang kesaksian dibuka, bapak tua ini ternyata juga memberikan kesaksiannya, di akhir kesaksiannya ia meminta agar keluarganya bisa didoakan. Saat ibadah selesai, saya panggil pak tua itu dengan maksud mau berdoa buat dia. Ternyata bro & sis yang dia maksud waktu memberi kesaksian, adalah agar keluarganya dikunjungi karena istrinya sedang sakit, sudah 3 tahun terkena stroke. Saya merespon permintaannya, dan berjanji sore nanti saya akan kerumahnya. Singkat cerita sorenya saya berkunjung kerumah pak tua ini, dan saya berjumpa dengan istrinya mungkin berumur kurang lebih 60 tahun. Keadaan mereka ternyata sungguh memprihatinkan. Sang istri menceritakan penyakitnya ke saya, tapi yang membuat saya terharu bukan penyakitnya itu yang ia keluhkan, yang ia keluhkan adalah sudah 1 ( satu ) tahun ia tak pernah bergereja !! Karena ia tak bisa berjalan, kaki kirinya sangat sulit untuk melangkah, ia hanya sanggup berjalan tidak lebih 3 - 4 meter, selebihnya yang ia bisa lakukan duduk atau berbaring. Iya berkata..."Pak jiwa saya ini sudah kering rasanya...." .

Saya coba hibur dia sambil bercanda, waduh sayang ya bu mobil saya rodanya masih dua ( maksudnya saya baru punya sepeda motor ), kalau rodanya empat, saya pasti akan jemput ibu untuk pergi bergereja. Pak tua nyeletuk, kalaupun dijemput siapa yang bopong ibu ? ( tempat ibadah kami berada di lantai 2 ).

Saya katakan kepada mereka pasti ada banyak yang mau membopong si ibu ke lantai 2. Kamipun berdoa, dan saya membagikan Firman kepada si Ibu dari Mazmur 23, dan saya pastikan kepada si Ibu, sesuai Firman yang sudah ia dengar, minggu depan pasti ( garis bawahi saya berkata : PASTI ) ia akan bergereja. Kemudian saya pamit, dan melanjutkan pelayanan saya di Ibadah Raya sore.

Waktu berjalan, Senin.....Selasa. ......dan saya menjalaninya seperti biasa, bekerja..... melayani dst-dst dan....... tibalah hari yang ditunggu-tunggu, yaitu Minggu, yang kita percaya merupakan hari Sabat, hari kenikmatan, hari kudusnya Tuhan seperti Firman katakan di Yesaya 58:13-14.

Jam 07:20 saya sudah tiba di gereja, dan melakukan apa yang menjadi bagian pelayanan dan tanggung jawab saya. Jam 07:50 saya turun ke ke lantai I, hendak memeriksa para usher yang bertugas, begitu sampai di lantai I, si Pak Tua ternyata baru sampai kegereja. Saya seperti mendengar dentuman palu godam di hati saya ketika si Pak Tua berkata, "Lho pak, kami sudah tunggu-tunggu jemputannya. .....Ibu malah sudah siap-siap ke gereja, cuma karena waktunya sudah mepet, Ibu bilang ....ya sudah biar bapak aja yang ke gereja."

Ternyata saya LUPA untuk meng-arrange jemputan untuk Pak Tua ini dan istrinya. Sedikitpun tak terbersit di pikiran saya tentang hal itu sampai saat si Pak Tua bertanya ke saya. Sungguh Bro & Sis, saya seperti anak kecil ke Pak Tua itu, saya tidak hanya minta maaf ke dia, tapi sayapun minta-minta ampun ke dia, saya panik, apalagi Ibadah akan dimulai jam 08:00. Saya bilang ( sebenarnya setengah berteriak ) Aduh pak, ampuni saya pak, saya salah....saya lupa!!. Saya bilang ke dia tunggu sebentar pak, secepat kilat saya kembali berlari naik ke lantai 2. Saya minta tolong salah seorang diaken untuk menjemput si Ibu, dan si Pak Tua itu ikut di mobil untuk menjemput istrinya.Jarak rumahnya dengan gereja kurang lebih 10 menit perjalanan mobil.

Ibadah berjalan, tapi saya tak bisa menikmatinya, saya gelisah, sebentar-bentar saya saya menoleh ke pintu masuk ruang ibadah, Pak Tua & istri belum juga muncul. Praise the Lord, jam 08:10 mereka tiba, si Ibu kelihatan sedang dibopong-bopong orang ibu-ibu diakones, tertatih tatih menaiki tangga. Saya sambut mereka, dan mempersilahkan mereka duduk di deret kursi paling depan, di sebelah saya.

Pemberitaan Firman/Kotbah. Gembala kami menyampaikan kotbahnya. Saat kotbah berjalan kira-kira 30 menit, tiba-tiba lawatan Tuhan turun, hadirat Tuhan begitu pekaaaaatttnya. ..!!!. Manifestasi- manifestasi mulai terjadi, saya tahu, kotbah belum selesai tapi gembala sudah mengundang semua jemaat bangkit berdiri, mari kita angkat pujian katanya, mari kita sembah Tuhan!

Dahsyat....! !! begitu penyembahan diangkat, ada begitu banyak yang mengalami lawatan Tuhan, mereka mulai bermanifestasi. Tiba-tiba seorang Ibu tampil ke depan dengan gerakan tarian, ia mendekati si Ibu yang sakit tadi, dan luar biasa......karena si Ibu yang sakit tadi tetap duduk, ibu yang menari itu, berlutut didepannya, dan mengangkat kaki kiri si Ibu , meluruskannya setinggi lutut, dan mulai mengurut kakinya ( ibu ini tidak tahu kalau kaki kiri si Ibu tua inilah yang sakit ) . Sementara mengurut tiba-tiba dia menoleh kebelakang memberi isyarat ke Gembala yang ada di mimbar untuk turun menghampiri Ibu yang sakit, Gembala turun dan menumpangkan tangan ke kaki yang sakit dan berdoa buat si Ibu. Wow...ajaib Tuhan, tiba-tiba Ibu tua ini bangkit berdiri dan berjalan, sendirian..! ! tanpa di papah atau di bantu, terus dan terus sementara penyembahan berjalan ia berjalan kesana kemari. Halleluyah.. ..!! Ibu ini mengalami mujizat...dia sembuh!!!.

Saat ibadah selesai, jemaat masih saja pada duduk di bangkunya, Gembala kami kembali ke mimbar, dan mengajak si Ibu ini untuk bersaksi, untuk ke mimbar ada anak tangga yang harus di tapaki, luar biasa, si Ibu tak perlu bantuan, karena dia sudah sembuh, dan memang saya sudah sembuh katanya di kesaksiannya.

Coba bayangkan Bro & Sis pengalaman saya ini. Kalau saja Ibu ini tak mengalami Kairosnya Tuhan akibat keteledoran saya, pastilah penyesalan yang akan saya rasakan, namun saya bersyukur pada akhirnya, karena pekerjaan Tuhan, bisa tergenapi, khususnya untuk pribadi si Ibu Tua tadi.

Dan Matius 25:13 tadi akan menjadi rhema yang hidup bagi pelayanan saya, agar saya tidak menjadi teledor dalam komitmen pelayanan saya.

Terpujilah Tuhan kita Yesus Kristus. Halleluyah.. ....

Gbu
Pdp. Iskandar Dachi
Batam Tders

TENTANG BERBOHONG

Dear all ;

Kita pernah mendengar suatu pernyataan yang mengatakan bahwa berbohong itu tidak baik tetapi berbohong demi kebaikan itu tidak apa apa. Namun bagi istri saya, apapun alasannya yang namanya berbohong akan membuatnya tidak merasa damai sejahtera.

Ada peraturan yang dibuat oleh suatu yayasan pendidikan internasional terkenal untuk semua karyawan yang bekerja disana. Tidak boleh adanya ikatan keluarga satu sama lain, seperti suami – istri atau orang tua – anak atau kakak – adik.

Mengetahui hal ini, saya dan istri membuat bagaimana caranya agar adiknya istri yang sudah terlebih dahulu bekerja di yayasan pendidikan tersebut tidak diketahui bahwa dia adalah adik kandung. Kami mengakuinya sebagai saudara sepupu (karena masih bisa ditoleransi) alias berbohong.

Pertengahan tahun 2005, istri saya diterima bekerja di yayasan pendidikan itu. Setelah hampir satu bulan bekerja, perasaan istri saya tidak damai sejahtera. Rasanya ingin bisa segera mengakui hal sebenarnya. Dia minta pendapat saya akan hal ini. Saya menyarankan agar dia bertanya pada Tuhan. Terus terang saja kalau karena kejujuran ini mengakibatkan istri saya dikeluarkan, saya takut. Menjadi kebingungan mengatur keuangan keluarga, mengingat banyaknya kebutuhan terutama untuk si kecil.

Melewati satu tahun istri saya bekerja, Tuhan terus mengingatkan. Tuhan juga bicara pada istri saya kalau DIA tidak menginginkan perpuluhan yang diberikan karena pendapatan yang diperoleh sama halnya dengan berbohong. Istri saya kembali meminta pendapat saya akan hal ini. Kembali lagi saya hanya bisa menyarankan hal yang sama seperti sebelumnya.

Akhirnya pada awal September 2006, istri saya mengakui hal ini pada atasannya langsung. Saya baru mengetahuinya pada malam hari. Saya kaget ketika diberitahu hal tersebut, tapi anehnya iman saya menjadi mantap dan rasa takut yang ada menjadi hilang. Tak hanya pada atasannya langsung, istri saya juga mengakui pada semua atasan yang dirasa telah dia bohongi kecuali HRD. Saat itu HRD sedang sibuk, beberapa kali istri saya mencoba untuk bicara dengan HRD. istri selalu memberitahu saya. Saya berdoa agar Tuhan Yesus turut campur tangan dalam pembicaraan itu, kemudian saya juga mengusir kuasa kuasa jahat yang ingin turut campur. Mungkin kah itu yang membuat HRD selalu sibuk ?

Pertengahan September 2006, istri saya berkesempatan dapat mengakui pada Head of School dan HRD. Menurut HRD, HRD sudah mengetahui hal tersebut dan sebentar lagi akan me wawancara seseorang sebagai pengganti posisi istri saya dan bulan Oktober atau November 2006 diminta untuk mengundurkan diri. Tetapi Head of School tidak setuju akan keputusan HRD. Oleh Head of School, istri saya diminta untuk menunggu hingga akhir Oktober 2006. Head of School akan membicarakan hal ini kepada manajemen yayasan pusat.

Menunggu akhir Oktober 2006, istri saya berkeinginan untuk doa puasa di awal dan akhir bl. Oktober 2006. Beberapa hari pun saya menyembah Tuhan sendirian dalam kamar. Tuhan berkata pada saya bahwa DIA tak akan pernah meninggalkan istri saya dan istri saya pun akan tetap bekerja yayasan pendidikan itu, justru malah HRD yang akan keluar. Tuhan juga berkata pada istri, bahwa tangisanmu takkan sia sia. Saya juga mendapat penglihatan, diatas kepala istri saya ada mahkota yang bersinar terang.

Tuhan memberikan kekuatan melalui khotbah seorang hamba Tuhan yang dekat dengan kami. Dalam khotbahnya berkata kalau kita benar benar mengasihi Tuhan, kita harus taat pada perintah Nya. Tak hanya itu, Tuhan juga memberikan kekuatan pada istri saya dengan memberikan dua buku karangan Magdalena Kawotjo yaitu Berhasil Karena Iman & Menikmati Kemustahilan.

Kita hanya bisa berharap dengan iman, apapun keputusan dari manajemen pusat, Tuhan pasti mempunyai rencana yang indah buat kita. Pikir kita, rasanya adalah suatu yang mustahil jika suatu yayasan pendidikan internasional mudah merubah peraturan bagi karyawan karyawannya. Mereka pasti sudah memikirkan se matang mungkin dalam membuat peraturan.

Sampai akhir bl. Oktober 2006, istri saya belum mendapatkan kabar dari yang pernah dijanjikan oleh Head of School. Memasuki bl. November, tepatnya seminggu sebelum ulang tahun istri saya. Head of School memberitahu bahwa seminggu lagi akan menemui manajemen pusat dan pemilik dari yayasan. Istri saya dimintanya untuk berdoa. Tepat ulang tahun istri saya, Head of School belum juga memberi kabar apa apa. Saya ada perasaan sedikit khawatir, namun istri saya terlihat biasa biasa saja dan asyik bercanda dengan si kecil.

Selasa malam 21 November, sambil menemani si kecil yang mau tidur. Dengan nada sedikit serius, dia mengatakan kalau dirinya sedang sedih. “ Kenapa ? “ tanya saya singkat. Sebelum pulang kerja, istri saya dipanggil Head of School dan diberitahu bahwa yayasan tidak dapat merubah peraturan yang sudah ada tetapi istri saya masih dapat bekerja. Spontan istri saya tertawa, mengejutkan si kecil yang matanya sudah 5 watt. Rupanya saya di kerja in.

Seperti apa yang telah Tuhan janjikan dan Tuhan telah menepati. Kami mengucap syukur pada Tuhan Yesus dan saling bercerita mengingat ingat apa saja yang Tuhan telah perbuat dalam hidup kita. Kemudian tertidur pulas dalam hadirat Tuhan.

Kemudian, di pertengahan bl. April 2007, ketika kami sedang asyik santai di kamar. Istri saya mendapat telepon dari teman seruangannya di kantor. Temannya itu memberitahu bahwa HRD keluar. Istri saya ter kaget, hal ini sudah diberitahukan Tuhan sebelumnya melalui saya.

Terkadang sulit bagi kita untuk melakukan perintah Tuhan jika perintah tersebut tidak masuk akal bagi kita atau sesuatu yang mustahil bagi kita. Tapi kita harus melakukannya karena kita mengasihi DIA dan DIA mempunyai rencana / tujuan yang indah buat kita.

JESUS LOVE U
ANDRE

Rabu, 08 Agustus 2007

PENGAMPUNAN DAN KASIHNYA BEBASKANKU

Tanpa diketahui maksudnya, kata-kata dari sang ayah mengejutkan sang ibu, dan melukai hati Demitrius. Ayahnya tiba-tiba saja bertanya, "Ini anak siapa!" sambil menunjuk Demitrius.

Demitrius: Mama hanya berkata jangan dengarkan itu. Kamu anak saya, dan darah daging saya. Kami menangis, dan sejak saat itu perkataan papa meninggalkan luka dalam hati saya.

Tidak hanya luka batin yang diderita Demitrius, luka fisikpun juga diterimanya.

Demitrius: Papa adalah seorang tentara, dah kegagahan seorang tentara itu ada pada senjata dan teriakannya. Waktu dia memukul mama, dia akan pakai alat-alat itu, dia punya sangkur, ikat pinggang, dia memakai itu.

Rasa cemburu selalu hadir dalam pikiran sang ayah terhadap ibunya, sehingga ayahnya selalu mencari alasan dan mencari-cari apa yang didalam rumah tidak beres, kemudian memukuli ibunya di luar rumah.

Demitrius: Perlakuan papa sangat ganas... wajah mama sampai cedera dan berdarah-darah, sampai kepala bocor, sampai harus masuk UGD... Pernah dia ambil senjata dan hampir menembakkannya ke arah mama, saya lari dan berdiri di depan mama. Saya bilang, "Papa kalau hari ini mau tembak mama, tembak saya dulu, biar pelurunya tembus saya dan tembus mama."

Wajahnya semakin ganas dan dia tidak jadi menembak. Dia menaruh senjatanya dan memukuli kami. Saya berpikir, kalau saya sudah besar saya akan hajar atau bunuh papa saya.

Hari berganti hari, diwarnai dengan penyiksaan, Demitrius pun tidak tahan lagi dan segera melaporkan ayahnya ke Koramil. Koramil langsung datang dan mengambil senjata. Ayahnya bertanya siapa yang melaporkan dia, dan mereka menjawab bahwa anaknya sendiri yang telah melaporkannya. Demitrius tahu bahwa bayang-bayang siksaan siap menerpanya.

Demitrius: Papa memukuli saya dan juga mama yang datang kemudian. Kami mau menangis tapi ayah berkata, "Air matamu boleh jatuh tapi suaramu jangan keluar!" Kami sudah tidak tahu lagi mau minta tolong kepada siapa, hanya bisa menangis saja...

Ibu Demitrius: Yang Demetrius ceritakan semuanya betul...
Bapak memukuli saya sudah tidak terhitung berapa kali. Dia memukul sampai saya mandi darah baru dia berhenti, kalau belum keluar darah tidak bisa, dia tidak puas.

Hanya ada 1 orang yang bisa hidup, sang ibu atau suaminya. Saat ibunya mau menusuk dirinya sendiri dengan pisau di depan suaminya, Demitrius mencegahnya. Tapi sesudah itu ayahnya memukuli dia dan ibunya.

Setelah itu serangkaian peristiwa yang mengerikan mulai terjadi. Ibu Demitrius sempat mencoba bunuh diri lagi dengan meminum racun namun tidak berhasil. Sementara itu penganiayaan fisik terus dilakukan oleh ayahnya.

Luka dan amarah yang disimpan Demitrius memuncak.

Demitrius: Waktu dia sedang memukuli mama, saya bilang dalam hati, kalau dia pukul mama lagi, saya akan pakai parang ini menyerang dia... Namun ternyata dia tidak melakukan pemukulan yang kedua kali. Parang itu harus saya simpan kembali.

Di usia Demitrius yang kedua belas tahun, siksaan itu telah usai, sang ayah yang begitu kejam telah meninggal. Luka yang disimpan Demitrius di dalam hati membuatnya tidak menangis, luka akibat perkataan ayahnya tidak terobati. Demitrius tumbuh dengan rasa penolakan bahwa dia bukan bagian dalam keluarga. Dan itu adalah akar dari semua perbuatan jahat yang dia lakukan selanjutnya. Kebebasan yang terkekang selama bertahun-tahun telah tiba, kehidupan yang liar pun dijalani Demitrius.

Demitrius: Ada masa saya berjaya, dimana saya bisa hidup bebas untuk melakukan apa saja yang saya mau. Saya mulai kenal minuman keras, dan mulai terus mabuk-mabukan dengan teman-teman saya. Kami minta uang dari setiap mobil yang lewat dan di jalan-jalan.

Tidak ada yang dapat menghentikan langkah Demitrius. Di usianya yang masih dini, dunia seks mulai dijajahinya, dengan menonton film-film porno dan melakukan hubungan seks. Bagi Demitrius, seks itu seperti hidup dan merupakan kejantanan laki-laki.

Demitrius: Jadi kalau sampai saya tidak mendapatkan perempuan untuk berhubungan seks, pasti saya onani. Dan itu terus berlanjut sampai saya dewasa. Sampai saya berprinsip, barang yang lain saya bisa lepas, tapi kalau seks, saya tidak akan bisa, dan mungkin kalau saya tidak melakukan hubungan seks saya akan mati. Itu yang tertanam dalam pikiran saya. Pikiran-pikiran itu akhirnya menjadi seperti berhala...

Dalam kehidupan yang bengis dan penuh dosa, benih jahat sang ayah mulai terlihat dalam hidup Demitrius.

Demitrius: Saya merasakan saya memiliki satu kuasa, satu otoritas dari orang tua itu benar-benar turun kepada anak-anaknya, dan anak-anaknya pasti akan mewarisi itu. Niatnya menjadi anak yang paling baik, tapi ternyata warisan itu turun dan dorongannya kuat sekali.

Seperti menjelma menjadi sang ayah, Demitrius menjadi sosok yang menakutkan bagi keluarganya.

Ibu Demitrius: Dia memang waktu itu kacaunya luar biasa.
Kalau dia datang minta uang dan saya bilang tidak ada, dia marah...

Demitrius: Saya akan bilang mereka seperti lonte-lah, kamu pelacur-lah, kamu perempuan kenapa harus mengatur saya, saya kan laki-laki, saya mau bikin apa saja terserah saya. Tidak boleh ada orang yang mengganggu.. . Biasanya yang mewarisi sikap orang tua itu adalah anak laki-laki, yang sulung. Jadi saya merasa berkuasa, saya merasa punya hak.

Yang terpasang dalam pikiran saya itu bahwa perempuan itu ada sebagai budak, jadi mereka mau tidak mau harus melayani laki-laki.

Ibu Demitrius: Kalau dia datang ke rumah ini bersama teman-temannya dan minum-minum, saya disuruh keluar rumah. Pernah juga dia tidak pulang satu minggu...

Demitrius: Waktu mereka tidak mencari saya, saya semakin merasa bahwa ternyata benar saya bukan bagian dari keluarga ini. Jadi saya akan tetap di luar. Tapi ketika mereka mencari saya, perasaan itu terkubur kembali.

Watak keras Demitrius jugalah yang menyebabkan dia selalu menolak bila ada orang yang datang untuk menceritakan tentang Yesus, keselamatan, kebenaran dalam Alkitab dan menyuruhnya bertobat. Dia tidak mempercayai semua itu.

Demitrius: Saya dulu berpandangan bahwa Alkitab itu hanya omong kosong, karena dibuat untuk manusia supaya tidak berbuat dosa. Saya juga dulu berpikir bahwa neraka dan sorga itu tidak ada.

Rasa bahagia yang tertanam sejak kecil telah hilang. Hanya doa yang bisa dilantunkan oleh sang ibu, agar anaknya kembali ke jalan yang benar.

Ibu Demitrius: Saya bilang, Tuhan... Tuhan kasih dia satu pukulan, supaya dia bisa bertobat...

Di tengah keasyikannya bermain PS dan meminum alkohol, bencana yang terbesar dalam hidup Demitrius telah mengintai. Setelah minum-minum dia merasa dadanya seperti terbakar. Demitrius tidak terima karena dia berpikir bahwa dia adalah orang yang paling kuat, segala jenis minuman sampai spiritus mentahpun pernah dia minum. Dan minuman yang baru saja dia minum itu adalah minuman yang biasa dia minum setiap hari.

Demitrius: Jantung, paru-paru, hati, dan lambung, organ-organ terpenting di dalam tubuh saya ini rusak. Saya sulit bernafas, dan pengobatan yang dilakukan sepertinya sia-sia. Saya merasa sepertinya saya akan mati, dan saya sudah kehilangan harapan.

Dosa Demitrius sudah terlalu banyak, dia mulai berpikir apa yang akan terjadi jika ajal menjemputnya.

Demitrius: Ada satu rasa, dorongan dari dalam hati yang saya tahu itu dari Tuhan, "Demitrius, waktu engkau mati, engkau tidak datang bersama dengan Aku karena engkau tidak menerima Aku." Dan saya berpikir kalau hari ini saya mati, siapa yang harus saya minta untuk tolong saya...

Tiba-tiba Demitrius minta didoakan, namun pintu kematian tetap terbuka untuknya. Akhirnya Demitrius mendatangi suatu tempat yang paling dibencinya, dia datang ke sebuah gereja. Saat Firman Tuhan dibagikan, Firman itu telah masuk dan menyentuh hati Demitrius. Dia benar-benar menyadari bahwa dia memang seorang penjahat yang pantas dihukum mati.
Demitrius akhirnya maju untuk didoakan dan menerima Tuhan Yesus sebagai Juru selamatnya.

Demitrius: Ketika Yesus datang dan jamah, masuk dalam hidup saya... semua yang telah hilang dulu, itu sepertinya Tuhan berikan kembali. Tuhan berikan kekuatan kembali. Saya buat keputusan untuk tinggalkan minuman, dan keputusan untuk tidak melakukan hubungan seks.
Tetapi yang masih tersembunyi dengan rapi adalah kebencian saya kepada papa...

Demitrius akhirnya mengikuti camp pria sejati. Di sana dia ditantang untuk bisa mengampuni ayahnya. Dan Tuhan menjamahnya saat berkata dia mau mengampuni ayahnya. Dan saya merasa seperti terbebas dari sesuatu yang selama ini mengikat saya.

Ibu Demitrius: Dia minta maaf pada saya, dan saya senang karena dia sudah bertobat...

Jim Yost (pembimbing rohani Demitrius): Banyak orang bilang bahwa Demitrius tidak mungkin bisa bertobat, karena dia sudah terlalu jauh dari Tuhan. Tapi hidup yang kacau ditutup dan dia memulai hidup yang baru dan maju dengan Tuhan. Luar biasa, sangat kelihatan bagaimana anugrah Tuhan mengubah total hidup dia...

Demitrius: Kalau ada orang bertanya tentang Yesus, "Bagaimana kamu bisa percaya kalau Yesus itu mati dan bangkit 2000 tahun yang lalu, sedangkan kamu kan lahir tahun 1980?" Satu kata yang Tuhan taruh di dalam hati, sekalipun saya tidak tahu seperti apa 2000 tahun yang lalu, tapi buktinya kebangkitan itu ada di dala saya dan saya bisa lepaskan semua kehidupan lama saya dengan kuasa kebangkitan itu. Saya akan ikut Kristus sampai akhir hidup saya. Saya cuma mau katakan, bahwa Tuhan Yesus itu baik.

Kalau Aku berfirman kepada orang jahat: Engkau pasti mati! tetapi ia bertobat dari dosanya serta melakukan keadilan dan kebenaran, orang jahat itu mengembalikan gadaian orang, ia membayar ganti rampasannya, menuruti peraturan-peraturan yang memberi hidup, sehingga tidak berbuat curang lagi, ia pasti hidup, ia tidak akan mati. Semua dosa yang diperbuatnya tidak akan diingat-ingat lagi; ia sudah melakukan keadilan dan kebenaran, maka ia pasti hidup. (Yehezkiel 33:14-16)

Senin, 06 Agustus 2007

KERJA BUAT TUHAN

"I hate this job! I hate this job!"

Nggak tahu deh, udah berapa kali kalimat ini terus menerus aku ulang-ulang dalam hati. Rasanya kekhesalan demi kekesalan semakin bertumpuk dalam hati. Dan yang lebih ngeselin lagi. Semakin aku kesal, semakin semua pekerjaan ini terasa berat.

Benciiii!!!! ! Benciiii!!!!
Apalagi yang harus dikatakan supaya bisa lebih lega. Ternyata apapun yang aku katakan bukannya bikin lega, tapi malah bikin sumpek. Gimana nggak ??? Hari pertama masuk kantor, nggak ada yang tersenyum, nggak ada yang menyapa apalagi ngajak ngobrol (dan ternyata setelah beberapa hari! kerja, aku baru tahu kalau katanya ada juklak yang mengatur bahwa karyawan dilarang ngobrol waktu jam kerja, ajaib!!), semua berwajah serius.

Satu-satunya yang melegakan hati hanya seorang teman baru yang sama-sama baru diterima di kantor.

Oke deh, lupakan hari pertama. Dimana-mana juga biasanya orang kalo hari pertama kerja memang unforgettable. Waktu itu aku cuma berharap semoga esoknya nggak akan seburuk itu.
But ? ternyata tidak!

"Christy, buat laporan ini ? laporan itu. Semua harus selesai dalam 1 x 24 jam! Ingat ya, setiap tugas dari saya, apapun itu harus selesai dalam 1 x 24 jam !!" "Christy! Kalau telponnya bunyi, jangan sampai kring lebih dari dua kali! Harus sudah kamu angkat!"

Fiuhh ? Galak amat. Memang sih ngomongnya sambil senyum (hambar), tapi dalem boo?

"Wah, saya nggak tahu data itu ada dimana. Tanya aja sama yang lain".

"Lho, itu
kan yang tahu orang cabang Balikpapan atau Banjarmasin. Kejar aja kesana".

Gile benerrr. Untuk minta data aja susahnya minta ampun. Gimana bisa bikin laporan. Aku bener-bener nggak ngerti kenapa suasana kantor bisa seperti ini. Orang-orangnya susah diajak kerja sama, self defense tinggi, gampang saling menyalahkan, wah bener-bener lingkungan kerja yang tidak nyaman.

Ini yang salah apanya ya ? SDM-nya kah? Management-nya kah? Lingkungannya? Jenis pekerjaannyakah? Atau apanya?

Kayaknya semakin hari bukannya semakin baik, tapi malah semakin buruk.

Tiap hari ada saja hal-hal 'mengagumkan' yang kutemukan. Pulang jam setengah enam merupakan hal 'aneh' (padahal jam kerja hanya sampai jam 5), katanya ada perhitungan lembur, tapi kalau hanya sampai jam setengah delapan istilahnya itu kan masih sore, masak mau ngurus surat lembur. Sabtu Minggu katanya libur, tapi kebanyakan dipakai untuk lembur. Uang lembur nggak jelas kapan keluarnya, katanya sih sekitar 3-4 bulan kemudian. Satu hal yang paling nggak 'sreg' di hatiku, setiap kali meeting pasti memakan waktu lama. Dan lamanya itu bukan untuk mencari solusi dari permasalahan yang ada, tapi selalu mencari 'siapa yang
salah'. Pokoknya, pada saat meeting, jangan sampai kita salah menyebut nama orang lain. Siapapun itu pasti langsung dipanggil menghadap saat itu juga. Jadi, sering kali waktu terbuang percuma hanya untuk mendengarkan pembelaan diri dan ucapan-ucapan yang saling menyalahkan, dan ujung-ujungnya? Tidak ada solusi.

Jadi kebayang, seandainya waktu itu ada yang minta aku untuk buat list 'Ten things you hate about your company' mungkin aku bisa bikin sampai 100.

Pokoknya the point is : I hate this job!

Wake up girl ? ! You pray for this job, remember!!

Iya sih. Memang betul. Tapi keadaan ini bener-bener bikin aku tertekan.

Aku ingat komitmen-ku pada Tuhan. Apapun itu Tuhan, bagaimanapun kehidupan yang harus kujalani, selama itu membuat aku semakin dekat denganMu, aku akan menjalaninya dengan sukacita.

Tapi kalau seperti ini?

Setiap pulang, sampai rumah aku sudah 'terlalu capek' untuk berdoa dan membaca firman. Saat teduhku jadi super bolong bolong. Kalau di rumah, bawaannya marah melulu. Kenapa rasanya nggak ada yang ngerti.

"There's gotta be something more than this". Kalimat ini terus terngiang-ngiang di telingaku. Masak sih, aku harus hidup kayak gini terus. Tuhan, kenapa sih Engkau menempatkan aku di
tempat seperti ini? Pekerjaan yang tidak sesuai dengan bidang pendidikanku, suasana kerja yang nggak enak, tempat kerja yang jauh, waktu kerja yang nggak jelas. Aduhhh ? kenapa Tuhan ? Rasanya setiap hari yang ada hanya keluhan.

Di tengah-tengah kejenuhan yang sudah memuncak, satu hari Tuhan menegurku dengan suatu nyanyian yang sudah 'terlalu sering' dinyanyikan sehingga kadang-kadang kita lupa 'mendengarkan' dengan sungguh-sungguh.

Hitung berkat satu per satu
Kau
kan kagum oleh kasihNya
Berkat Tuhan mari hitunglah
Kau niscaya kagum oleh kasihNya

Aku tersentak.

Memang benar, there's gotta be something more than this. Hidup nggak boleh begini terus. Tapi hidup nggak akan berubah kalau aku sendiri nggak merubah cara pandangku.

So, aku mulai menghitung berkatku.

Hari pertama kerja.
Seorang satpam menyapa ramah, "Hari ini udah mulai masuk ya mbak".
Seorang office boy tersenyum, "Wah, mbak iki ayu rek .."
Aku mendapatkan seorang sahabat baru, bisa berbagi suka duka dan saling menguatkan.
Di antara Operational Director dan Deputy Director yang menjadi atasan langsungku, walaupun yang satu galak dan tidak pernah puas, tapi yang satu ramah dan baik dan selalu memberikan penghargaan untuk setiap pekerjaan yang berhasil aku selesaikan dengan baik.

Dan aku terus menghitung, setiap senyuman adalah berkat, setiap pujian adalah sukacita, setiap tugas dan pekerjaan adalah kepercayaan.

I have to change.

Setiap pagi aku tersenyum pada setiap orang yang kutemui. Kuucapkan selamat pagi dengan senyuman (walaupun sering kali tidak ada balasan), setidaknya seorang sahabat pasti selalu membalas.

Dan, hei? rasanya banyak yang berubah.
Memang benar bahwa hidup ini merupakan suatu chain reaction. Dan di tengah-tengah suasana kerja yang kurang nyaman itu mulai tumbuh bunga-bunga persahabatan. Memang kita tak dapat merubah seluruh dunia hanya dalam sekejap. Tapi setiap perubahan ke arah yang lebih baik
adalah berkat.

Rekan-rekan kerja mulai lebih terbuka dan saling membantu dalam pekerjaan. Syukur atas talenta yang diberikan Tuhan, aku memang punya sedikit kemampuan lebih di bidang komputer sehingga banyak rekan-rekan yang sering bertanya. Dari saling membantu itulah akhirnya suasana kerja yang kaku mulai cair.

Dan betapa bahagianya ketika suatu hari kemudian Tuhan menyapaku lembut, "Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga" (Matius
5:16)

Namun tak bisa dipungkiri, sistem perusahaan yang begitu menekan tetap mendorongku untuk berusaha mencari pekerjaan lain.

Hanya dalam waktu 3 bulan, tiba-tiba aku mendapat panggilan dari perusahaan lain, dan hanya dengan satu kali test, mereka memutuskan untuk menerima aku. Sungguh-sungguh suatu berkat yang tak terduga. Apalagi di kantor baru tersebut aku ditempatkan di bagian IT Support &
Multimedia, yang memang lebih sesuai dengan bidang pendidikanku.

Ketika aku mengajukan pengunduran diri, salah satu bosku yang sudah merasa cocok denganku berusaha mempertahanku. Namun dengan tekad yang sudah bulat aku memutuskan untuk tetap memilih perusahaan baru walaupun perusahaan tersebut jauh lebih kecil daripada perusahaan tempat aku bekerja saat itu. Dan untuk menunjukkan niat baikku, selama dua minggu terakhir, aku berusaha menyelesaikan sebanyak mungkin pekerjaan yang menjadi tanggung jawabku. Lembur tanpa mengurus
surat lembur. Aku ingin melakukan yang terbaik. Yang terbaik yang dapat aku berikan.

Sampai tibalah hari terakhir aku bekerja, aku mendapat informasi bahwa Berita Acara Serah Terima pekerjaanku belum ditandatangani oleh sang Direktur dan beberapa teman menjelaskan bahwa biasanya berkas tersebut baru ditandatangani 2/4 minggu kemudian, dan setelah itu baru aku bisa menerima ijazah dan gajiku.
Ada perasaan marah ketika menyadari bahwa
ternyata semua kerja kerasku tidak berarti apa-apa.

Tapi Tuhan memang baik sekali. Dia tidak memperbolehkan kemarahanku merusak pekerjaan terbaik yang telah kupersembahkan. Aku telah melakukan yang terbaik karena Tuhan sendiri yang telah memampukanku, jadi kalaupun ternyata ada beberapa orang yang tak dapat menghargainya, kenapa aku harus berkecil hati? Aku melakukannya karena Tuhan, bersama Tuhan dan untuk Tuhan.

Dan untuk itu Ia telah menyediakan hadiah yang jauh lebih indah. Berkat-berkat yang menyirami hati. Di hari terakhir itu :
- Seorang sahabat memelukku. Seorang rekan kerja memutar lagu kesayanganku sepanjang hari.
- Seorang lagi membuat sketsa wajahku.
- Aku menerima banyak ucapan terima kasih dari rekan-rekan kerja bahkan dari departemen lain.
- Dan seorang office boy menangis menyalamiku sambil berkata, "Mbak, terima kasih ya karena selalu tersenyum kalau ketemu saya ?"
Dan ketika seorang ibu deputy director dari departemen lain (yang sehari-harinya terkenal judes, but somehow aku yakin hatinya penuh kasih) memeluk dan menciumku sambil mengucapkan doa dan berkat buatku, dalam hatiku aku memperbaharui kembali janjiku pada Yesus.

Bapa, dimanapun aku Kau tempatkan, apapun pekerjaanku, selama itu membuatku lebih dekat denganMu dan menyenangkan hatiMu, aku akan melakukannya dengan segenap hatiku dan dengan segenap kemampuanku, sebagai persembahanku untukMu.

Memang kita tidak dapat merubah segalanya. Tapi jika kita menyadari bahwa setiap tanggung jawab yang diletakkan di tangan kita adalah suatu pekerjaan buat Tuhan, maka sudah sepantasnyalah kita melakukan yang terbaik.

So guys, kalau saat! ini kamu merasa Pekerjaanmu tidak terlalu berarti?
Lingkungan kerjamu benar-benar tidak nyaman?
Perusahaan berlaku tidak adil padamu?
Rekan-rekan kerjamu saling menjatuhkan?
Kerja kerasmu sia-sia ?
Jangan pernah berkecil hati.
Selama engkau sungguh-sungguh menyadari bahwa engkau telah memberikan yang terbaik, engkau telah berlaku jujur dan setia dalam pekerjaanmu, ingatlah, Bapamu di surga selalu memperhatikan engkau.

Dan Ia tersenyum padamu. Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia (I Korintus
15:58)

Karena itu, marilah kita mulai pekerjaan kita hari ini dengan senyuman dan sukacita di hati, sehingga di akhir hari kita dapat menjawab pertanyaan seperti yang tertuang dalam sebuah kidung, "Sudahkah yang terbaik kuberikan kepada Yesus Tuhanku ?"

Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. (Kolose 3 : 23)

Minggu, 29 Juli 2007

Berapa Besar Kasih TUHAN Dalam Hidup Ini Yang Anda Ketahui ???


Hari ini musim semi yang panas, disela-sela makan siang di sebuah café di seberang kantorku, aku asyik membaca novel dan ditemani ipod yang mendendangkan lagu jazz favoritku.

Siang itu begitu panas, anginpun seakan2 enggan bertiup. Kuperbesar volume music yang aku dengar, hmm … nikmatnya hidup ini. Tak terasa waktu berlalu, waktu istirahatku usai, hmm … lagi asyik2nya membaca nih! Sambil menaruh selembar uang $10 aku berjalan santai menyebrangi jalan.


Aku mengangguk2kan kepala mendengar suara musik yang merdu lewat earphone sambil tetap fokus membaca. Lagi seru2nya aku melangkah menyebrangi jalan, tiba2 pembatas buku dinovelku terbang tertiup angin kearah café, reflek aku membalikkan badan dan mengejar pembatas buku itu. Ups… dapat! Untung tidak kotor kataku sambil mengibas2kan pembatas buku tersebut. Angin yang aneh! Dari mana datangnya, angin berhembus kencang ditengah panasnya musim semi?


Ketika aku kembali berjalan, aku melihat banyak orang mendekat kearahku. Mereka memandangiku sambil mengeleng2kan kepala. Aku melepas earphoneku, seorang ibu bertanya apakah aku baik2 saja? Aku tidak mengerti, ada apa?


Lalu ibu itu bercerita tentang hal yang sampai kini tidak akan kulupakan. Pada saat aku menyeberang, sambil tetap asyik membaca novel dan mendengarkan ipod kesayanganku, dari arah jalan sebuah truk yang dikemudikan seorang supir yang ternyata mengantuk, melaju kencang kearahku. Orang2 berteriak memperingatkanku, tapi aku tidak mendengar. Sesaat sebelum terjadi tabrakan, aku berbalik dan berlari untuk mengambil pembatas novelku yang tertiup angin.


Aku bergidik!!! Tak terasa air mata mulai keluar. Aku tinggal selangkah dari ajalku, tapi tiba2 angin yang tidak biasanya berhembus, berhembus untuk kemudian menerbangkan pembatas novelku dan menyelamatkanku.


Itu semua anugrah Allah untuk kamu, ibu itu berujar padaku. Kakiku terasa tak kuat menopang berat tubuhku, aku berlutut dan mengucap syukur, seandainya ibu itu tidak bercerita tentu aku tidak akan tahu kasih Tuhan kepadaku. Dan aku sadar dalam hidupku, banyak sekali kasih Tuhan yang dinyatakan tanpa aku sadari dan ketahui. Kembali aku menangis.

Perenungan :
Sahabat, sering kali kita lupa untuk mengucap syukur. Seringkali ketika kita melihat keadaan kita yang terpuruk, jatuh, miskin, terlantar, kita lupa untuk mengucap syukur. Kita lupa bahwa tanpa perlindungan Tuhan, kita pasti akan mengalami kejadian yang
lebih parah dari yang kita alami sekarang,

Jangan lupa untuk selalu mengucap syukur untuk apapun, dalam keadaan apapun, karena
kita tahu sekarang Dia selalu bekerja, sadar atau tanpa kita sadari. Dan yang pasti Dia tidak akan pernah meninggalkan kita.

Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah. (Roma 8:28)

Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu. (1 Tesalonika 5:18)

NN

Rabu, 25 Juli 2007

CUKUPLAH KASIH KARUNIA-KU

2 Korintus 12:9
Tetapi jawab Tuhan kepadaku: "Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna." Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku.

Nana mulai bosan menjalani hidup! Sepertinya hanya ada satu jalan yang timbul dibenaknya, untuk keluar dari kesesakan ini, yaitu BUNUH DIRI!!

Tanpa mengenal waktu dan tempat, entah itu pagi, siang atau malam, pertengkaran antara ayah dan ibunya yang selalu dia lihat. Sepertinya orang tuanya tidak pernah bosan untuk saling menyakiti, masing-masing tidak mau kalah.

Dan akhir-akhir ini ayah mulai ringan tangan, Dan ibu pun tidak mau kalah, justru ikut membalas pukulan ayah dengan melempar benda-benda yang ada dirumah.

Nana mulai tak berdaya! Nana mulai kehilangan pegangan! Kemewahan yang orang tuanya berikan tak mampu mengobati luka hatinya.

Nana mulai frustasi, saat melihat Roni, adik satu-satunya terikat dengan 'narkoba' dan mulai sering tidak pulang kerumah, mencari diluar sana kasih sayang yang telah hilang di keluarga mereka.

Nana goyah! Nana terkulai! Ketika dia melihat sendiri, kekasih yang selama ini menjadi temannya berbagi SELINGKUH.

Kesesakan, kelemahan yang Nana rasakan membuat dia lupa pada satu Pribadi yang begitu mengasihiNya. Selama ini Nana aktif di setiap kegiatan gereja, tapi tekanan-tekanan yang dialaminya membuatnya tak mampu lagi merasakan bahwa kasih karunia dari Tuhan besar baginya.

Tak seorangpun mampu menghalangi keputusan Nana, dengan hati yang hancur dia meneguk pil penenang. Nana membantu Tuhan untuk mengakhiri hidupnya. Nana meninggal karena over dosis obat penenang.

Sobat,
Yesus katakan,"Cukuplah kasih Karunia-Ku bagimu", ini bukan sekedar janji Romeo kepada Juliet, ketika Allah berjanji, maka Dia pasti akan menepati janjiNya.

Kemarin malam, saya dijemput teman saya untuk bersama-sama pergi Ibadah. Dalam perjalanan menuju ibadah FA [Family Altar], saya melihat banyak motor, bus, truck yang lewat disamping kendaraan kami, saya sedikit ciut juga, karena teman saya ini, walau wanita tapi seperti pembalap.

Roh Kudus mengingatkan saya, "Sari, kebayang ngak kalau kendaraan itu menabrak kamu dan mengakibatkan kamu cacat seumur hidup, dan kamu tidak lagi leluasa pergi kesana-kemari sesuka hatimu". Teguran singkat ini membuat saya terdiam, selama ini saya terlalu sering kehilangan suka cita, hanya gara-gara satu masalah, dan MELUPAKAN "kasih karunia lainnya". Terlahir dengan sempurna, merupakan anugerah yang tak terhingga, saya bisa jalan kesana-kemari dengan bebas, saya dipilih dan diberi kesempatan untuk menyampaikan kabar baik kepada orang banyak, Dan ternyata saya masih merasa KURANG! Dan terlalu bodoh hanya karena satu "kerikil" saya lupakan berkat-berkat yang lainnya.

Kegelisahan, ketakutan dan kekuatiran membuat kita merasa dunia kita menjadi sempit. Kita kehilangan kekuatan. Kita kehilangan pegangan.

Mari kita pandang orang-orang disekitar kita, orang buta; lumpuh; kelaparan; kehilangan pekerjaan. . . . Tapi Tuhan tetap menjaga mereka, semiskin-miskinnya orang tidak pernah sampai menu makan malamnya "sepiring BATU"!

Nana berpikir, bahwa kematian adalah solusi yang paling baik untuk keluar dari masalah di dalam keluarganya. Kematian Nana, bukan akhir dari kemelut di dalam keluarga mereka, justru dibalik kematian Nana ada kejadian lain yang terjadi dan hal itu jauh lebih tragis! KEMATIAN NANA SIA-SIA.

Adiknya meninggal karena over dosis, stress karena kakaknya meninggal dengan cara seperti itu, stress melihat kondisi keluarga mereka. Ayah dan ibunya bercerai, saling menyalahkan sebagai penyebab kematian putrinya. Kekasihnya yang selingkuh, akhirnya menikah dan bukan dengan selingkuhannya tapi dengan 3 wanita setelah itu.

Kematian Nana sia-sia, padahal Kasih Yesus lebih dari cukup baginya, bahkan Yesus sudah mati baginya.

Dikirim oleh Sari Tarigan.

Jumat, 13 Juli 2007

KETIKA NAMAKU DISEBUT

Beberapa Hari yang lalu suamiku berjanji mengantarku ke arisan, tapi dia pulang kerumah setelah aku menunggu tiga jam, make up Ku sudah cemot sana-cemot sini, dia minta maaf karena mengantar salah seorang anak buahnya kerumah sakit karena tiba-tiba pingsan dikantor.

Dan Hari ini kejadian itu terulang lagi, padahal tadi pagi sebelum dia berangkat kerja, aku sudah mengingatkan bahwa nanti sore aku mau ke tempat Mama Dan dia menyanggupi Dan berjanji akan pulang lebih awal.

Aku sama sekali tidak menyangka, kalo sore ini dia kembali membatalkan janji mengantarku ke rumah Mama!! Karena pikirku, dia begitu menyayangi Dan menghargai orang tuaku jadi sudah pasti dia akan mengutamakan jadwal kami sore ini tapi ternyata aku salah, dia lebih memilih mengantar anak buahnya kerumah sakit.

Sambil menangis, aku menelphone mama dan minta maaf tidak bisa datang, karena Mas Beno baru pulang jam 8 malam. Aku sedikit lega karena nada suara mama tidak menunjukkan rasa kekecewaan tapi dia justru memuji Mas Beno yang begitu baik memperhatikan dan menolong anak buahnya. [sebel ngak sih .. . ..]

Aku berharap Mas Beno merayuku atau setidaknya menenangkanku dan meminta maaf kalau dia ingkar janji, tapi kupikir sia-sia aku berharap dia merayuku dan yang dia lakukan hanya diam, tapi sebelum saat teduh dia memegang tanganku dan minta maaf karena sudah mengecewakanku. [suamiku, selalu punya waktu untuk komunikasi dengan Tuhan, di awal pernikahan sesekali aku ikut itupun kalau aku lagi mood, dan kenyataannya aku lebih sering tidak mood. Tak pernah sekalipun aku mendengar dia mengomel dengan kemalasanku ini, dia paling hanya berkata padaku sambil tersenyum,"papa sabar menanti Tuhan mengetuk pintu hati mama", dan aku pura-pura tidak dengar apa yang dia katakan].

Benar apa kata mama, Seharusnya aku bangga memiliki suami yang baik dan perhatian seperti Mas Beno tapi sering kali aku jengkel karena dia tega mengorbankan rencanaku untuk membantu orang lain.

Rumah yang kami miliki cukup besar, dan kami punya kamar khusus untuk DOA, Mas Beno menyebutnya Mezbah Doa. Setiap Sabtu pagi, sekitar jam 4:00 subuh Mas Beno masuk ke Mezbah Doa dan baru keluar setelah jam 6:00 pagi, aku bingung selama DUA jam, kira-kira apa saja yang dia doakannya!! Buat aku pribadi, boro-boro dua jam, untuk DOA 10 menit saja aku sudah kehabisan kata-kata untuk berdoa.

Dan setelah DOA, dia selalu mengantarku ke pasar untuk membeli kebutuhan dapur selama satu minggu, tapi saat waktu sudah menunjukkan pukul 6:30 belum ada tanda-tanda bahwa ritual yang mas Beno lakukan selesai.

Aku belum mampu melupakan kejadian tadi malam, dengan sedikit menahan marah aku mendatanginya di kamar di mana mas Beno berdoa, saat tanganku siap-siap membuka pintu kamar, langkahku tertahan!! Aku mendengar mas Beno MENANGIS!! Sayup-sayup aku mendengar namaku disebut di doanya dan apa yang dia ucapkan dalam doanya membuat kakiku tak mampu menahan tubuhku untuk tetap berdiri aku terduduk lemas, air mataku mengalir dan tak mampu untuk berkata sepatah katapun.

Dalam doanya aku dengar dia berkata :
"Tuhan Yesus, terimakasih sudah mempertemukanku dan mengikatku dalam pernikahan kudus bersama Icha, dia adalah wanita terbaik yang Engkau ijinkan untuk mendampingiku untuk menopangku dalam suka dan duka, seorang wanita yang tidak hanya cantik secara phisik tapi juga memiliki hati yang luar biasa yang begitu mencintaiku dan mengasihiku" Ajar aku Yesus untuk menjadi suami yang baik bagi dia, bertanggung jawab ! Sesuai dengan janjiku dihadapan jemaat dan khususnya padaMu saat kami diberkati di Rumah Tuhan."

Dan setelah mengucapkan DOA itu, aku dengar dia menangis sepertinya mas Beno tak mampu lagi mengucapkan sepatah katapun juga.

Aku berlari kekamar Dan mengunci diri, oh .. . .Tuhan Yesus, istri macam apa aku ini, selama ini aku terlalu egois dan terlalu banyak menuntut.

Emang benar dia beberapa kali membatalkan janjinya untuk menemaniku arisan, shopping atau kerumah mama dan lebih memilih membantu orang-orang disekitarnya, tapi bukankah dia lebih dulu menelphoneku untuk menyampaikan bahwa dia tidak bisa mengantarku tapi dia akan usahakan untuk menjemputku.

Dan kenapa aku harus egois dengan berharap dia yang selalu memperhatikanku, bukankah aku bisa naik taxi ketempat mama atau ke arisan atau mengendari Mobil sendiri karena aku juga mempunyai Mobil dirumah.

Aku teringat banyak teman-temanku yang punya suami egois lebih memilih menghabiskan waktu di pub atau mancing bersama teman-temannya diakhir minggu dibanding dengan keluarga atau suami yang salah menyalurkan bakat tinjunya sedikit saja Ada kesalahan atau telat melayani suami maka kepalan tinju sudah mendarat di tubuh is istri.

Bukankah aku begitu beruntung mempunyai suami yang luar biasa mengasihi sesama dan punya kecintaan dan kesetiaan yang luar biasa pada Yesus ?.

Aku tidak mau kehilangan BELAHAN JIWA'ku yang telah Tuhan berikan, . . . Dengan langkah mantap aku melangkah ke garasi Mobil, dimana mas Beno sudah siap mengantarku ke pasar.
Setelah aku masuk Mobil sambil menjalan kan Mobil dengan suara lunak Mas Beno berkata, "Maaf 'ma, papa doanya lebih lama dari biasanya .. ".

Sambil tersenyum aku menjawab, "tidak apa-apa sayang kira-kira boleh ngak nanti malam, besok malam .. ..dan besoknya lagi mama ikutan saat teduh dengan papa?"


........................... Citttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttt


[karena kaget, Mobil di REM dengan mendadak ], Dan aku lihat Ada air Mata menetes dipipi suamiku . . . .tapi aku tau bahwa pagi ini itu bukan air mata duka cita ......tapi SUKA CITA


Written by ; Sari Tarigan.

Minggu, 08 Juli 2007

KAMU BISA SEPERTI MALAIKAT

Singapore, 09 Oktober 2002.

Selamat pagi, satu hari baru lagi aku dapati dari Tuhanku. Berjalan santai aku menuju Ang Mo Kio MRT. Lalu lalang penumpang yang penuh sesak kembali menjadi teman perjalananku menuju Expo, MRT terdekat kantorku.

Kucari sosok seorang Ibu tua yang selalu menarik perhatianku. Ah, kembali kulihat sang ibu berjalan tertatih menghampiri kereta. Ya, si ibu yang berjalan sambil memegang tongkat. Si Ibu yang buta.

Hampir setiap pagi aku melihat ia berjalan tertatih untuk masuk ke dalam kereta yang penuh sesak tersebut. Sebelum akhirnya turun di Cityhall dan berganti kereta menuju PayaLebar dimana ia turun dan hilang dari pandanganku.

Kesal rasanya melihat kerumunan orang orang yang, yach kalau boleh dikatakan egois sekali rasanya. Setiap hari kuperhatikan, dari sekian banyak orang yang berjalan dengan santai atau tergesa-gesa, hanya segelintir tangan yang mau membantu si ibu untuk berjalan. Bisa dibayangkan sibuknya dan tegangnya si ibu di tengah keramaian orang-orang yang menunggu datangnya kereta.

Tertabrak kesana-kemari namun tetap berusaha melangkah sambil mengetukan tongkatnya ke depan.

Tuhan memang baik, tentu saja. Ia tak pernah meninggalkan ciptaanNya.

Selalu ada satu orang india yang sama, yang menemani sang ibu. Dalam keheningannya, lelaki itu berjalan dan menuntun si ibu. Seperti menuntun ibunya sendiri. Kuperhatikan apakah mereka saling mengenal, dan kusadari bahwa ternyata mereka asing satu sama lain.

Ya, seperti seorang malaikat pelindung saja lelaki itu. Dengan wajahnya yang tenang dia menemani si ibu. Walaupun saling diam, mungkin karena berbeda bahasa, si ibu rasanya tidak bisa berbahasa inggris.

Tapi tadi pagi tidak kulihat si malaikat itu. Namun seiring tanganku hendak menggapai si ibu, sebuah sosok tangan mendahuluiku. Ah seorang lelaki lain telah Tuhan lunakkan hatinya untuk membantu si ibu. Seorang india lain. Dengan tampang yang gagah, dia menuntun si ibu.

Tersenyum aku melihat semua itu, ah Tuhan memang baik.

Seiring kereta melaju, aku berpikir. Ya, akupun bisa menjadi malaikat malaikat kecil bagi si ibu. Tentu saja jika aku mau merendam semua keegoisanku, keegoisanku untuk lebih mementingkan diriku untuk mendapat tempat duduk di dalam kereta dan lebih memperhatikan orang yang membutuhkan disekitarku.

Ku raih buku tulisan Paus yang berjudul "Sahabat di tengah Sahabat", kubaca pesan beliau bagi kaum muda sedunia VII, Flourish whereever you'll be planted…Tersenyum aku membaca kalimat itu, ya seperti 2 orang India yang baru kusebut, aku juga bisa memuliakan Tuhan dengan orang disekelilingku.

You too can be an angel,” kukatakan itu dalam hatiku.

Bukan dengan hal hal yang besar, tetapi dalam hal hal yang kecil, dalam kesederhanaan Yesus yang telah di tunjukkan kedua `malaikat' tersebut.

PayaLebar, ah si ibu berdiri dari tempat duduknya dan berjalan keluar kereta. Bruk, tak sadar ia menabrak seorang wanita. Dan dengan senyum manisnya, wanita tersebut menuntun tangan si ibu menuju eskalator dan hilang dari pandanganku.

Ah, satu malaikat lagi yang Tuhan kirimkan bagi si ibu. Dan ya, “You too can be an angel.

In lumine tuo

Kamis, 05 Juli 2007

Uang

Deni sedang kesulitan keuangan, begitu kata teman-temannya. Kok tahu? Karena setiap kali kekurangan uang, Deni selalu sibuk meminjam uang sana sini. Beberapa temannya ada yang menolak karena setiap bulan dia meminjam uang.

Memang, setelah gajian pasti dibayar, tapi beberapa hari kemudian pinjam lagi. Lama-kelamaan teman-temannya merasa keberatan. Kalau sudah demikian, maka Deni sibuk mencari-cari siapa yang dapat meminjamkan uangnya.

Akhirnya Deni mendapatkan juga uang yang dibutuhkannya dari pinjaman seorang office boy. Sebenarnya Deni malu. Uangnya sudah habis padahal baru tanggal 16. Dia sudah tidak punya uang lagi untuk naik kereta ke kantor dan untuk biaya makan.

Ketika dia sedang berkeluh kesah dan bingung, tiba-tiba office boy menawarkan uangnya. Dia tidak sampai hati melihat Deni kesulitan. Deni tadinya menolak karena malu. Masak staf meminjam uang dari office boy? Tapi orang tersebut benar-benar rela ingin membantunya, sehingga akhirnya Deni menerima bantuannya.

Dalam hati kecilnya Deni merasa sangat malu. Malu sekali!. Tapi Deni terpaksa menerimanya, dia benar-benar tidak punya uang. Keesokan harinya dia ingin mencari office boy tersebut dan mengajaknya berbincang-bincang. Deni penasaran. Mengapa office boy tersebut bisa punya uang lebih dan bahkan bisa meminjamkan uangnya kepada Deni?

Bukankah gaji Deni lebih besar? Mereka sama-sama masih bujangan, belum menikah. Tapi, mengapa office boy tersebut bisa menyimpan uang sedangkan Deni selalu kehabisan uang? Kok bisa? Apa kuncinya?


Siangnya Deni baru mendapat kesempatan untuk berbincang-bincang dan bertukar pikiran. Office boy itu memang sangat istimewa. Dia paling rajin bekerja. Paling tuntas mengerjakan semua tugasnya. Tidak pernah terlambat masuk kerja. Padahal kalau dilihat penampilannya sepertinya biasa saja. Orangnya sederhana, agak kurus dan sopan, tapi tidak terkesan menjilat.

Sambil makan siang bersama di warung sebelah, Deni mulai menggali kunci sukses menyimpan uang yang dilakukan office boy tersebut. "Bagaimana caranya sih, kok bisa mempunyai uang lebih? Gaji saya selalu habis setelah tengah bulan." Deni membuka percakapan.

Office boy tersebut mulai bercerita. "Saya dulu juga begitu, mas. Gaji saya selalu habis sebelum akhir bulan. Akhirnya saya terpaksa meminjam dari teman. Tapi setelah meminjam, rasanya gaji saya semakin tidak cukup. Karena setiap kali gajian, saya harus mengembalikan uang yang saya pinjam di bulan sebelumnya. Jadi uang gaji saya berkurang. Akibatnya saya semakin kekurangan mas. Gaji utuh saja tidak cukup, apalagi setelah dipotong untuk membayar utang. Ya, semakin berkurang lah mas. Semakin lama, utang saya semakin banyak"

Benar juga, pikir Deni. Pikiran yang sederhana tapi mengandung kebenaran karena seperti itulah yang dialaminya. "Jadi bagaimana caranya melepaskan diri dari lilitan utang?" tanya Deni.

"Waktu itu saya diajari oleh nenek saya. Saya pernah pulang kampung tanpa membawa uang banyak. Waktu itu nenek saya bertanya kemana gaji saya. Saya bilang sudah habis. Langsung saya dipanggil dan diberi wejangan oleh beliau." katanya.

Nenek saya berkata: "Uang itu seperti air. Air selalu mengalir ke tempat yang lebih rendah. Kalau tidak dibendung, maka air akan mengalir terus. Seperti sungai. Harus dibendung. Setelah dibendung, maka uang akan berhenti mengalir dan akan mulai bertambah banyak."

Hidup prihatin


Waktu itu saya bertanya: "Bagaimana cara membendungnya? " Nenek saya menjawab tegas:"Prihatin. Bulan depan jangan utang lagi."

"Tapi nanti kurang nek."

"Tidak", kata nenek. "Begini caranya. Begitu terima gaji, segera lunasi utangmu. Sisanya harus dicukupkan untuk sebulan. Jangan utang. Kamu jangan makan di luar atau jajan. Kalau perlu makan nasi putih dan garam, kecap atau kerupuk saja. Pasti cukup." Lalu saya diajak menghitung berapa uang yang harus saya sisihkan untuk ongkos, berapa untuk beli beras, garam, kecap dan kerupuk, dan lain-lain.

Nenek benar-benar meminta saya hidup secara prihatin. Saya tidak boleh naik ojek lagi. Dari rumah saya harus berjalan kaki ke jalan raya tempat saya naik angkutan umum. Pulangnya juga tidak naik ojek karena ojek cukup mahal. Uang saya memang pas-pasan untuk hidup ngirit seperti itu. Tapi memang cukup sih."

"Bulan depannya, saya disarankan untuk melanjutkan hidup seperti itu. Bulan depannya, uang gaji saya sudah mulai ada yang bisa saya sisihkan untuk ditabung.

Bulan ketiga saya mulai makan lebih banyak demi menjaga kondisi tubuh saya, bukan lagi dengan garam dan kecap. Tapi dua bulan hidup sederhana telah membuat saya tidak ingin beli apa-apa lagi. Makanan saya cukup sederhana saja. Saya tidak lagi suka jajan. Saya tidak pernah naik ojek lagi. Dari situlah saya mulai bisa menabung mas. Sampai sekarang."

Deni bertanya:"Boleh tahu berapa tabungan kamu? Tapi kalau kamu keberatan menjawab, tidak apa-apa. Tak usah dijawab."

"Tidak apa-apa mas. Tabungan saya hampir enam juta rupiah. Saya ingin menabung untuk biaya pernikahan saya tahun depan Mas."


Deni hanya bisa terharu. Yang penting niat. Kalau mau ngirit, pasti bisa. Mengapa uangnya habis terus? Karena pengeluaran Deni cukup besar. Padahal sebenarnya bisa dikurangi. Tapi Deni cenderung memanjakan dirinya. Dia selalu memilih naik ojek. Makan siang selalu di luar, tidak pernah mau membawa nasi atau makanan dari rumah. Pengeluarannya jauh melebihi gaji yang diperolehnya.

Rasa haru campur malu membuat Deni bertekad mengubah cara hidupnya. Dia juga ingin membendung uang yang dimilikinya. Dia takkan membiarkan uangnya mengalir terus. Harus segera dibendung. Mulai kapan? Hari ini! Change! Start today! Start now!

"Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu. Karena Allah telah berfirman: "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau." (Ibrani 13:5)