Rabu, 08 Agustus 2007

PENGAMPUNAN DAN KASIHNYA BEBASKANKU

Tanpa diketahui maksudnya, kata-kata dari sang ayah mengejutkan sang ibu, dan melukai hati Demitrius. Ayahnya tiba-tiba saja bertanya, "Ini anak siapa!" sambil menunjuk Demitrius.

Demitrius: Mama hanya berkata jangan dengarkan itu. Kamu anak saya, dan darah daging saya. Kami menangis, dan sejak saat itu perkataan papa meninggalkan luka dalam hati saya.

Tidak hanya luka batin yang diderita Demitrius, luka fisikpun juga diterimanya.

Demitrius: Papa adalah seorang tentara, dah kegagahan seorang tentara itu ada pada senjata dan teriakannya. Waktu dia memukul mama, dia akan pakai alat-alat itu, dia punya sangkur, ikat pinggang, dia memakai itu.

Rasa cemburu selalu hadir dalam pikiran sang ayah terhadap ibunya, sehingga ayahnya selalu mencari alasan dan mencari-cari apa yang didalam rumah tidak beres, kemudian memukuli ibunya di luar rumah.

Demitrius: Perlakuan papa sangat ganas... wajah mama sampai cedera dan berdarah-darah, sampai kepala bocor, sampai harus masuk UGD... Pernah dia ambil senjata dan hampir menembakkannya ke arah mama, saya lari dan berdiri di depan mama. Saya bilang, "Papa kalau hari ini mau tembak mama, tembak saya dulu, biar pelurunya tembus saya dan tembus mama."

Wajahnya semakin ganas dan dia tidak jadi menembak. Dia menaruh senjatanya dan memukuli kami. Saya berpikir, kalau saya sudah besar saya akan hajar atau bunuh papa saya.

Hari berganti hari, diwarnai dengan penyiksaan, Demitrius pun tidak tahan lagi dan segera melaporkan ayahnya ke Koramil. Koramil langsung datang dan mengambil senjata. Ayahnya bertanya siapa yang melaporkan dia, dan mereka menjawab bahwa anaknya sendiri yang telah melaporkannya. Demitrius tahu bahwa bayang-bayang siksaan siap menerpanya.

Demitrius: Papa memukuli saya dan juga mama yang datang kemudian. Kami mau menangis tapi ayah berkata, "Air matamu boleh jatuh tapi suaramu jangan keluar!" Kami sudah tidak tahu lagi mau minta tolong kepada siapa, hanya bisa menangis saja...

Ibu Demitrius: Yang Demetrius ceritakan semuanya betul...
Bapak memukuli saya sudah tidak terhitung berapa kali. Dia memukul sampai saya mandi darah baru dia berhenti, kalau belum keluar darah tidak bisa, dia tidak puas.

Hanya ada 1 orang yang bisa hidup, sang ibu atau suaminya. Saat ibunya mau menusuk dirinya sendiri dengan pisau di depan suaminya, Demitrius mencegahnya. Tapi sesudah itu ayahnya memukuli dia dan ibunya.

Setelah itu serangkaian peristiwa yang mengerikan mulai terjadi. Ibu Demitrius sempat mencoba bunuh diri lagi dengan meminum racun namun tidak berhasil. Sementara itu penganiayaan fisik terus dilakukan oleh ayahnya.

Luka dan amarah yang disimpan Demitrius memuncak.

Demitrius: Waktu dia sedang memukuli mama, saya bilang dalam hati, kalau dia pukul mama lagi, saya akan pakai parang ini menyerang dia... Namun ternyata dia tidak melakukan pemukulan yang kedua kali. Parang itu harus saya simpan kembali.

Di usia Demitrius yang kedua belas tahun, siksaan itu telah usai, sang ayah yang begitu kejam telah meninggal. Luka yang disimpan Demitrius di dalam hati membuatnya tidak menangis, luka akibat perkataan ayahnya tidak terobati. Demitrius tumbuh dengan rasa penolakan bahwa dia bukan bagian dalam keluarga. Dan itu adalah akar dari semua perbuatan jahat yang dia lakukan selanjutnya. Kebebasan yang terkekang selama bertahun-tahun telah tiba, kehidupan yang liar pun dijalani Demitrius.

Demitrius: Ada masa saya berjaya, dimana saya bisa hidup bebas untuk melakukan apa saja yang saya mau. Saya mulai kenal minuman keras, dan mulai terus mabuk-mabukan dengan teman-teman saya. Kami minta uang dari setiap mobil yang lewat dan di jalan-jalan.

Tidak ada yang dapat menghentikan langkah Demitrius. Di usianya yang masih dini, dunia seks mulai dijajahinya, dengan menonton film-film porno dan melakukan hubungan seks. Bagi Demitrius, seks itu seperti hidup dan merupakan kejantanan laki-laki.

Demitrius: Jadi kalau sampai saya tidak mendapatkan perempuan untuk berhubungan seks, pasti saya onani. Dan itu terus berlanjut sampai saya dewasa. Sampai saya berprinsip, barang yang lain saya bisa lepas, tapi kalau seks, saya tidak akan bisa, dan mungkin kalau saya tidak melakukan hubungan seks saya akan mati. Itu yang tertanam dalam pikiran saya. Pikiran-pikiran itu akhirnya menjadi seperti berhala...

Dalam kehidupan yang bengis dan penuh dosa, benih jahat sang ayah mulai terlihat dalam hidup Demitrius.

Demitrius: Saya merasakan saya memiliki satu kuasa, satu otoritas dari orang tua itu benar-benar turun kepada anak-anaknya, dan anak-anaknya pasti akan mewarisi itu. Niatnya menjadi anak yang paling baik, tapi ternyata warisan itu turun dan dorongannya kuat sekali.

Seperti menjelma menjadi sang ayah, Demitrius menjadi sosok yang menakutkan bagi keluarganya.

Ibu Demitrius: Dia memang waktu itu kacaunya luar biasa.
Kalau dia datang minta uang dan saya bilang tidak ada, dia marah...

Demitrius: Saya akan bilang mereka seperti lonte-lah, kamu pelacur-lah, kamu perempuan kenapa harus mengatur saya, saya kan laki-laki, saya mau bikin apa saja terserah saya. Tidak boleh ada orang yang mengganggu.. . Biasanya yang mewarisi sikap orang tua itu adalah anak laki-laki, yang sulung. Jadi saya merasa berkuasa, saya merasa punya hak.

Yang terpasang dalam pikiran saya itu bahwa perempuan itu ada sebagai budak, jadi mereka mau tidak mau harus melayani laki-laki.

Ibu Demitrius: Kalau dia datang ke rumah ini bersama teman-temannya dan minum-minum, saya disuruh keluar rumah. Pernah juga dia tidak pulang satu minggu...

Demitrius: Waktu mereka tidak mencari saya, saya semakin merasa bahwa ternyata benar saya bukan bagian dari keluarga ini. Jadi saya akan tetap di luar. Tapi ketika mereka mencari saya, perasaan itu terkubur kembali.

Watak keras Demitrius jugalah yang menyebabkan dia selalu menolak bila ada orang yang datang untuk menceritakan tentang Yesus, keselamatan, kebenaran dalam Alkitab dan menyuruhnya bertobat. Dia tidak mempercayai semua itu.

Demitrius: Saya dulu berpandangan bahwa Alkitab itu hanya omong kosong, karena dibuat untuk manusia supaya tidak berbuat dosa. Saya juga dulu berpikir bahwa neraka dan sorga itu tidak ada.

Rasa bahagia yang tertanam sejak kecil telah hilang. Hanya doa yang bisa dilantunkan oleh sang ibu, agar anaknya kembali ke jalan yang benar.

Ibu Demitrius: Saya bilang, Tuhan... Tuhan kasih dia satu pukulan, supaya dia bisa bertobat...

Di tengah keasyikannya bermain PS dan meminum alkohol, bencana yang terbesar dalam hidup Demitrius telah mengintai. Setelah minum-minum dia merasa dadanya seperti terbakar. Demitrius tidak terima karena dia berpikir bahwa dia adalah orang yang paling kuat, segala jenis minuman sampai spiritus mentahpun pernah dia minum. Dan minuman yang baru saja dia minum itu adalah minuman yang biasa dia minum setiap hari.

Demitrius: Jantung, paru-paru, hati, dan lambung, organ-organ terpenting di dalam tubuh saya ini rusak. Saya sulit bernafas, dan pengobatan yang dilakukan sepertinya sia-sia. Saya merasa sepertinya saya akan mati, dan saya sudah kehilangan harapan.

Dosa Demitrius sudah terlalu banyak, dia mulai berpikir apa yang akan terjadi jika ajal menjemputnya.

Demitrius: Ada satu rasa, dorongan dari dalam hati yang saya tahu itu dari Tuhan, "Demitrius, waktu engkau mati, engkau tidak datang bersama dengan Aku karena engkau tidak menerima Aku." Dan saya berpikir kalau hari ini saya mati, siapa yang harus saya minta untuk tolong saya...

Tiba-tiba Demitrius minta didoakan, namun pintu kematian tetap terbuka untuknya. Akhirnya Demitrius mendatangi suatu tempat yang paling dibencinya, dia datang ke sebuah gereja. Saat Firman Tuhan dibagikan, Firman itu telah masuk dan menyentuh hati Demitrius. Dia benar-benar menyadari bahwa dia memang seorang penjahat yang pantas dihukum mati.
Demitrius akhirnya maju untuk didoakan dan menerima Tuhan Yesus sebagai Juru selamatnya.

Demitrius: Ketika Yesus datang dan jamah, masuk dalam hidup saya... semua yang telah hilang dulu, itu sepertinya Tuhan berikan kembali. Tuhan berikan kekuatan kembali. Saya buat keputusan untuk tinggalkan minuman, dan keputusan untuk tidak melakukan hubungan seks.
Tetapi yang masih tersembunyi dengan rapi adalah kebencian saya kepada papa...

Demitrius akhirnya mengikuti camp pria sejati. Di sana dia ditantang untuk bisa mengampuni ayahnya. Dan Tuhan menjamahnya saat berkata dia mau mengampuni ayahnya. Dan saya merasa seperti terbebas dari sesuatu yang selama ini mengikat saya.

Ibu Demitrius: Dia minta maaf pada saya, dan saya senang karena dia sudah bertobat...

Jim Yost (pembimbing rohani Demitrius): Banyak orang bilang bahwa Demitrius tidak mungkin bisa bertobat, karena dia sudah terlalu jauh dari Tuhan. Tapi hidup yang kacau ditutup dan dia memulai hidup yang baru dan maju dengan Tuhan. Luar biasa, sangat kelihatan bagaimana anugrah Tuhan mengubah total hidup dia...

Demitrius: Kalau ada orang bertanya tentang Yesus, "Bagaimana kamu bisa percaya kalau Yesus itu mati dan bangkit 2000 tahun yang lalu, sedangkan kamu kan lahir tahun 1980?" Satu kata yang Tuhan taruh di dalam hati, sekalipun saya tidak tahu seperti apa 2000 tahun yang lalu, tapi buktinya kebangkitan itu ada di dala saya dan saya bisa lepaskan semua kehidupan lama saya dengan kuasa kebangkitan itu. Saya akan ikut Kristus sampai akhir hidup saya. Saya cuma mau katakan, bahwa Tuhan Yesus itu baik.

Kalau Aku berfirman kepada orang jahat: Engkau pasti mati! tetapi ia bertobat dari dosanya serta melakukan keadilan dan kebenaran, orang jahat itu mengembalikan gadaian orang, ia membayar ganti rampasannya, menuruti peraturan-peraturan yang memberi hidup, sehingga tidak berbuat curang lagi, ia pasti hidup, ia tidak akan mati. Semua dosa yang diperbuatnya tidak akan diingat-ingat lagi; ia sudah melakukan keadilan dan kebenaran, maka ia pasti hidup. (Yehezkiel 33:14-16)

Senin, 06 Agustus 2007

KERJA BUAT TUHAN

"I hate this job! I hate this job!"

Nggak tahu deh, udah berapa kali kalimat ini terus menerus aku ulang-ulang dalam hati. Rasanya kekhesalan demi kekesalan semakin bertumpuk dalam hati. Dan yang lebih ngeselin lagi. Semakin aku kesal, semakin semua pekerjaan ini terasa berat.

Benciiii!!!! ! Benciiii!!!!
Apalagi yang harus dikatakan supaya bisa lebih lega. Ternyata apapun yang aku katakan bukannya bikin lega, tapi malah bikin sumpek. Gimana nggak ??? Hari pertama masuk kantor, nggak ada yang tersenyum, nggak ada yang menyapa apalagi ngajak ngobrol (dan ternyata setelah beberapa hari! kerja, aku baru tahu kalau katanya ada juklak yang mengatur bahwa karyawan dilarang ngobrol waktu jam kerja, ajaib!!), semua berwajah serius.

Satu-satunya yang melegakan hati hanya seorang teman baru yang sama-sama baru diterima di kantor.

Oke deh, lupakan hari pertama. Dimana-mana juga biasanya orang kalo hari pertama kerja memang unforgettable. Waktu itu aku cuma berharap semoga esoknya nggak akan seburuk itu.
But ? ternyata tidak!

"Christy, buat laporan ini ? laporan itu. Semua harus selesai dalam 1 x 24 jam! Ingat ya, setiap tugas dari saya, apapun itu harus selesai dalam 1 x 24 jam !!" "Christy! Kalau telponnya bunyi, jangan sampai kring lebih dari dua kali! Harus sudah kamu angkat!"

Fiuhh ? Galak amat. Memang sih ngomongnya sambil senyum (hambar), tapi dalem boo?

"Wah, saya nggak tahu data itu ada dimana. Tanya aja sama yang lain".

"Lho, itu
kan yang tahu orang cabang Balikpapan atau Banjarmasin. Kejar aja kesana".

Gile benerrr. Untuk minta data aja susahnya minta ampun. Gimana bisa bikin laporan. Aku bener-bener nggak ngerti kenapa suasana kantor bisa seperti ini. Orang-orangnya susah diajak kerja sama, self defense tinggi, gampang saling menyalahkan, wah bener-bener lingkungan kerja yang tidak nyaman.

Ini yang salah apanya ya ? SDM-nya kah? Management-nya kah? Lingkungannya? Jenis pekerjaannyakah? Atau apanya?

Kayaknya semakin hari bukannya semakin baik, tapi malah semakin buruk.

Tiap hari ada saja hal-hal 'mengagumkan' yang kutemukan. Pulang jam setengah enam merupakan hal 'aneh' (padahal jam kerja hanya sampai jam 5), katanya ada perhitungan lembur, tapi kalau hanya sampai jam setengah delapan istilahnya itu kan masih sore, masak mau ngurus surat lembur. Sabtu Minggu katanya libur, tapi kebanyakan dipakai untuk lembur. Uang lembur nggak jelas kapan keluarnya, katanya sih sekitar 3-4 bulan kemudian. Satu hal yang paling nggak 'sreg' di hatiku, setiap kali meeting pasti memakan waktu lama. Dan lamanya itu bukan untuk mencari solusi dari permasalahan yang ada, tapi selalu mencari 'siapa yang
salah'. Pokoknya, pada saat meeting, jangan sampai kita salah menyebut nama orang lain. Siapapun itu pasti langsung dipanggil menghadap saat itu juga. Jadi, sering kali waktu terbuang percuma hanya untuk mendengarkan pembelaan diri dan ucapan-ucapan yang saling menyalahkan, dan ujung-ujungnya? Tidak ada solusi.

Jadi kebayang, seandainya waktu itu ada yang minta aku untuk buat list 'Ten things you hate about your company' mungkin aku bisa bikin sampai 100.

Pokoknya the point is : I hate this job!

Wake up girl ? ! You pray for this job, remember!!

Iya sih. Memang betul. Tapi keadaan ini bener-bener bikin aku tertekan.

Aku ingat komitmen-ku pada Tuhan. Apapun itu Tuhan, bagaimanapun kehidupan yang harus kujalani, selama itu membuat aku semakin dekat denganMu, aku akan menjalaninya dengan sukacita.

Tapi kalau seperti ini?

Setiap pulang, sampai rumah aku sudah 'terlalu capek' untuk berdoa dan membaca firman. Saat teduhku jadi super bolong bolong. Kalau di rumah, bawaannya marah melulu. Kenapa rasanya nggak ada yang ngerti.

"There's gotta be something more than this". Kalimat ini terus terngiang-ngiang di telingaku. Masak sih, aku harus hidup kayak gini terus. Tuhan, kenapa sih Engkau menempatkan aku di
tempat seperti ini? Pekerjaan yang tidak sesuai dengan bidang pendidikanku, suasana kerja yang nggak enak, tempat kerja yang jauh, waktu kerja yang nggak jelas. Aduhhh ? kenapa Tuhan ? Rasanya setiap hari yang ada hanya keluhan.

Di tengah-tengah kejenuhan yang sudah memuncak, satu hari Tuhan menegurku dengan suatu nyanyian yang sudah 'terlalu sering' dinyanyikan sehingga kadang-kadang kita lupa 'mendengarkan' dengan sungguh-sungguh.

Hitung berkat satu per satu
Kau
kan kagum oleh kasihNya
Berkat Tuhan mari hitunglah
Kau niscaya kagum oleh kasihNya

Aku tersentak.

Memang benar, there's gotta be something more than this. Hidup nggak boleh begini terus. Tapi hidup nggak akan berubah kalau aku sendiri nggak merubah cara pandangku.

So, aku mulai menghitung berkatku.

Hari pertama kerja.
Seorang satpam menyapa ramah, "Hari ini udah mulai masuk ya mbak".
Seorang office boy tersenyum, "Wah, mbak iki ayu rek .."
Aku mendapatkan seorang sahabat baru, bisa berbagi suka duka dan saling menguatkan.
Di antara Operational Director dan Deputy Director yang menjadi atasan langsungku, walaupun yang satu galak dan tidak pernah puas, tapi yang satu ramah dan baik dan selalu memberikan penghargaan untuk setiap pekerjaan yang berhasil aku selesaikan dengan baik.

Dan aku terus menghitung, setiap senyuman adalah berkat, setiap pujian adalah sukacita, setiap tugas dan pekerjaan adalah kepercayaan.

I have to change.

Setiap pagi aku tersenyum pada setiap orang yang kutemui. Kuucapkan selamat pagi dengan senyuman (walaupun sering kali tidak ada balasan), setidaknya seorang sahabat pasti selalu membalas.

Dan, hei? rasanya banyak yang berubah.
Memang benar bahwa hidup ini merupakan suatu chain reaction. Dan di tengah-tengah suasana kerja yang kurang nyaman itu mulai tumbuh bunga-bunga persahabatan. Memang kita tak dapat merubah seluruh dunia hanya dalam sekejap. Tapi setiap perubahan ke arah yang lebih baik
adalah berkat.

Rekan-rekan kerja mulai lebih terbuka dan saling membantu dalam pekerjaan. Syukur atas talenta yang diberikan Tuhan, aku memang punya sedikit kemampuan lebih di bidang komputer sehingga banyak rekan-rekan yang sering bertanya. Dari saling membantu itulah akhirnya suasana kerja yang kaku mulai cair.

Dan betapa bahagianya ketika suatu hari kemudian Tuhan menyapaku lembut, "Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga" (Matius
5:16)

Namun tak bisa dipungkiri, sistem perusahaan yang begitu menekan tetap mendorongku untuk berusaha mencari pekerjaan lain.

Hanya dalam waktu 3 bulan, tiba-tiba aku mendapat panggilan dari perusahaan lain, dan hanya dengan satu kali test, mereka memutuskan untuk menerima aku. Sungguh-sungguh suatu berkat yang tak terduga. Apalagi di kantor baru tersebut aku ditempatkan di bagian IT Support &
Multimedia, yang memang lebih sesuai dengan bidang pendidikanku.

Ketika aku mengajukan pengunduran diri, salah satu bosku yang sudah merasa cocok denganku berusaha mempertahanku. Namun dengan tekad yang sudah bulat aku memutuskan untuk tetap memilih perusahaan baru walaupun perusahaan tersebut jauh lebih kecil daripada perusahaan tempat aku bekerja saat itu. Dan untuk menunjukkan niat baikku, selama dua minggu terakhir, aku berusaha menyelesaikan sebanyak mungkin pekerjaan yang menjadi tanggung jawabku. Lembur tanpa mengurus
surat lembur. Aku ingin melakukan yang terbaik. Yang terbaik yang dapat aku berikan.

Sampai tibalah hari terakhir aku bekerja, aku mendapat informasi bahwa Berita Acara Serah Terima pekerjaanku belum ditandatangani oleh sang Direktur dan beberapa teman menjelaskan bahwa biasanya berkas tersebut baru ditandatangani 2/4 minggu kemudian, dan setelah itu baru aku bisa menerima ijazah dan gajiku.
Ada perasaan marah ketika menyadari bahwa
ternyata semua kerja kerasku tidak berarti apa-apa.

Tapi Tuhan memang baik sekali. Dia tidak memperbolehkan kemarahanku merusak pekerjaan terbaik yang telah kupersembahkan. Aku telah melakukan yang terbaik karena Tuhan sendiri yang telah memampukanku, jadi kalaupun ternyata ada beberapa orang yang tak dapat menghargainya, kenapa aku harus berkecil hati? Aku melakukannya karena Tuhan, bersama Tuhan dan untuk Tuhan.

Dan untuk itu Ia telah menyediakan hadiah yang jauh lebih indah. Berkat-berkat yang menyirami hati. Di hari terakhir itu :
- Seorang sahabat memelukku. Seorang rekan kerja memutar lagu kesayanganku sepanjang hari.
- Seorang lagi membuat sketsa wajahku.
- Aku menerima banyak ucapan terima kasih dari rekan-rekan kerja bahkan dari departemen lain.
- Dan seorang office boy menangis menyalamiku sambil berkata, "Mbak, terima kasih ya karena selalu tersenyum kalau ketemu saya ?"
Dan ketika seorang ibu deputy director dari departemen lain (yang sehari-harinya terkenal judes, but somehow aku yakin hatinya penuh kasih) memeluk dan menciumku sambil mengucapkan doa dan berkat buatku, dalam hatiku aku memperbaharui kembali janjiku pada Yesus.

Bapa, dimanapun aku Kau tempatkan, apapun pekerjaanku, selama itu membuatku lebih dekat denganMu dan menyenangkan hatiMu, aku akan melakukannya dengan segenap hatiku dan dengan segenap kemampuanku, sebagai persembahanku untukMu.

Memang kita tidak dapat merubah segalanya. Tapi jika kita menyadari bahwa setiap tanggung jawab yang diletakkan di tangan kita adalah suatu pekerjaan buat Tuhan, maka sudah sepantasnyalah kita melakukan yang terbaik.

So guys, kalau saat! ini kamu merasa Pekerjaanmu tidak terlalu berarti?
Lingkungan kerjamu benar-benar tidak nyaman?
Perusahaan berlaku tidak adil padamu?
Rekan-rekan kerjamu saling menjatuhkan?
Kerja kerasmu sia-sia ?
Jangan pernah berkecil hati.
Selama engkau sungguh-sungguh menyadari bahwa engkau telah memberikan yang terbaik, engkau telah berlaku jujur dan setia dalam pekerjaanmu, ingatlah, Bapamu di surga selalu memperhatikan engkau.

Dan Ia tersenyum padamu. Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia (I Korintus
15:58)

Karena itu, marilah kita mulai pekerjaan kita hari ini dengan senyuman dan sukacita di hati, sehingga di akhir hari kita dapat menjawab pertanyaan seperti yang tertuang dalam sebuah kidung, "Sudahkah yang terbaik kuberikan kepada Yesus Tuhanku ?"

Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. (Kolose 3 : 23)