Minggu, 29 Juli 2007

Berapa Besar Kasih TUHAN Dalam Hidup Ini Yang Anda Ketahui ???


Hari ini musim semi yang panas, disela-sela makan siang di sebuah café di seberang kantorku, aku asyik membaca novel dan ditemani ipod yang mendendangkan lagu jazz favoritku.

Siang itu begitu panas, anginpun seakan2 enggan bertiup. Kuperbesar volume music yang aku dengar, hmm … nikmatnya hidup ini. Tak terasa waktu berlalu, waktu istirahatku usai, hmm … lagi asyik2nya membaca nih! Sambil menaruh selembar uang $10 aku berjalan santai menyebrangi jalan.


Aku mengangguk2kan kepala mendengar suara musik yang merdu lewat earphone sambil tetap fokus membaca. Lagi seru2nya aku melangkah menyebrangi jalan, tiba2 pembatas buku dinovelku terbang tertiup angin kearah café, reflek aku membalikkan badan dan mengejar pembatas buku itu. Ups… dapat! Untung tidak kotor kataku sambil mengibas2kan pembatas buku tersebut. Angin yang aneh! Dari mana datangnya, angin berhembus kencang ditengah panasnya musim semi?


Ketika aku kembali berjalan, aku melihat banyak orang mendekat kearahku. Mereka memandangiku sambil mengeleng2kan kepala. Aku melepas earphoneku, seorang ibu bertanya apakah aku baik2 saja? Aku tidak mengerti, ada apa?


Lalu ibu itu bercerita tentang hal yang sampai kini tidak akan kulupakan. Pada saat aku menyeberang, sambil tetap asyik membaca novel dan mendengarkan ipod kesayanganku, dari arah jalan sebuah truk yang dikemudikan seorang supir yang ternyata mengantuk, melaju kencang kearahku. Orang2 berteriak memperingatkanku, tapi aku tidak mendengar. Sesaat sebelum terjadi tabrakan, aku berbalik dan berlari untuk mengambil pembatas novelku yang tertiup angin.


Aku bergidik!!! Tak terasa air mata mulai keluar. Aku tinggal selangkah dari ajalku, tapi tiba2 angin yang tidak biasanya berhembus, berhembus untuk kemudian menerbangkan pembatas novelku dan menyelamatkanku.


Itu semua anugrah Allah untuk kamu, ibu itu berujar padaku. Kakiku terasa tak kuat menopang berat tubuhku, aku berlutut dan mengucap syukur, seandainya ibu itu tidak bercerita tentu aku tidak akan tahu kasih Tuhan kepadaku. Dan aku sadar dalam hidupku, banyak sekali kasih Tuhan yang dinyatakan tanpa aku sadari dan ketahui. Kembali aku menangis.

Perenungan :
Sahabat, sering kali kita lupa untuk mengucap syukur. Seringkali ketika kita melihat keadaan kita yang terpuruk, jatuh, miskin, terlantar, kita lupa untuk mengucap syukur. Kita lupa bahwa tanpa perlindungan Tuhan, kita pasti akan mengalami kejadian yang
lebih parah dari yang kita alami sekarang,

Jangan lupa untuk selalu mengucap syukur untuk apapun, dalam keadaan apapun, karena
kita tahu sekarang Dia selalu bekerja, sadar atau tanpa kita sadari. Dan yang pasti Dia tidak akan pernah meninggalkan kita.

Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah. (Roma 8:28)

Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu. (1 Tesalonika 5:18)

NN

Rabu, 25 Juli 2007

CUKUPLAH KASIH KARUNIA-KU

2 Korintus 12:9
Tetapi jawab Tuhan kepadaku: "Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna." Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku.

Nana mulai bosan menjalani hidup! Sepertinya hanya ada satu jalan yang timbul dibenaknya, untuk keluar dari kesesakan ini, yaitu BUNUH DIRI!!

Tanpa mengenal waktu dan tempat, entah itu pagi, siang atau malam, pertengkaran antara ayah dan ibunya yang selalu dia lihat. Sepertinya orang tuanya tidak pernah bosan untuk saling menyakiti, masing-masing tidak mau kalah.

Dan akhir-akhir ini ayah mulai ringan tangan, Dan ibu pun tidak mau kalah, justru ikut membalas pukulan ayah dengan melempar benda-benda yang ada dirumah.

Nana mulai tak berdaya! Nana mulai kehilangan pegangan! Kemewahan yang orang tuanya berikan tak mampu mengobati luka hatinya.

Nana mulai frustasi, saat melihat Roni, adik satu-satunya terikat dengan 'narkoba' dan mulai sering tidak pulang kerumah, mencari diluar sana kasih sayang yang telah hilang di keluarga mereka.

Nana goyah! Nana terkulai! Ketika dia melihat sendiri, kekasih yang selama ini menjadi temannya berbagi SELINGKUH.

Kesesakan, kelemahan yang Nana rasakan membuat dia lupa pada satu Pribadi yang begitu mengasihiNya. Selama ini Nana aktif di setiap kegiatan gereja, tapi tekanan-tekanan yang dialaminya membuatnya tak mampu lagi merasakan bahwa kasih karunia dari Tuhan besar baginya.

Tak seorangpun mampu menghalangi keputusan Nana, dengan hati yang hancur dia meneguk pil penenang. Nana membantu Tuhan untuk mengakhiri hidupnya. Nana meninggal karena over dosis obat penenang.

Sobat,
Yesus katakan,"Cukuplah kasih Karunia-Ku bagimu", ini bukan sekedar janji Romeo kepada Juliet, ketika Allah berjanji, maka Dia pasti akan menepati janjiNya.

Kemarin malam, saya dijemput teman saya untuk bersama-sama pergi Ibadah. Dalam perjalanan menuju ibadah FA [Family Altar], saya melihat banyak motor, bus, truck yang lewat disamping kendaraan kami, saya sedikit ciut juga, karena teman saya ini, walau wanita tapi seperti pembalap.

Roh Kudus mengingatkan saya, "Sari, kebayang ngak kalau kendaraan itu menabrak kamu dan mengakibatkan kamu cacat seumur hidup, dan kamu tidak lagi leluasa pergi kesana-kemari sesuka hatimu". Teguran singkat ini membuat saya terdiam, selama ini saya terlalu sering kehilangan suka cita, hanya gara-gara satu masalah, dan MELUPAKAN "kasih karunia lainnya". Terlahir dengan sempurna, merupakan anugerah yang tak terhingga, saya bisa jalan kesana-kemari dengan bebas, saya dipilih dan diberi kesempatan untuk menyampaikan kabar baik kepada orang banyak, Dan ternyata saya masih merasa KURANG! Dan terlalu bodoh hanya karena satu "kerikil" saya lupakan berkat-berkat yang lainnya.

Kegelisahan, ketakutan dan kekuatiran membuat kita merasa dunia kita menjadi sempit. Kita kehilangan kekuatan. Kita kehilangan pegangan.

Mari kita pandang orang-orang disekitar kita, orang buta; lumpuh; kelaparan; kehilangan pekerjaan. . . . Tapi Tuhan tetap menjaga mereka, semiskin-miskinnya orang tidak pernah sampai menu makan malamnya "sepiring BATU"!

Nana berpikir, bahwa kematian adalah solusi yang paling baik untuk keluar dari masalah di dalam keluarganya. Kematian Nana, bukan akhir dari kemelut di dalam keluarga mereka, justru dibalik kematian Nana ada kejadian lain yang terjadi dan hal itu jauh lebih tragis! KEMATIAN NANA SIA-SIA.

Adiknya meninggal karena over dosis, stress karena kakaknya meninggal dengan cara seperti itu, stress melihat kondisi keluarga mereka. Ayah dan ibunya bercerai, saling menyalahkan sebagai penyebab kematian putrinya. Kekasihnya yang selingkuh, akhirnya menikah dan bukan dengan selingkuhannya tapi dengan 3 wanita setelah itu.

Kematian Nana sia-sia, padahal Kasih Yesus lebih dari cukup baginya, bahkan Yesus sudah mati baginya.

Dikirim oleh Sari Tarigan.

Jumat, 13 Juli 2007

KETIKA NAMAKU DISEBUT

Beberapa Hari yang lalu suamiku berjanji mengantarku ke arisan, tapi dia pulang kerumah setelah aku menunggu tiga jam, make up Ku sudah cemot sana-cemot sini, dia minta maaf karena mengantar salah seorang anak buahnya kerumah sakit karena tiba-tiba pingsan dikantor.

Dan Hari ini kejadian itu terulang lagi, padahal tadi pagi sebelum dia berangkat kerja, aku sudah mengingatkan bahwa nanti sore aku mau ke tempat Mama Dan dia menyanggupi Dan berjanji akan pulang lebih awal.

Aku sama sekali tidak menyangka, kalo sore ini dia kembali membatalkan janji mengantarku ke rumah Mama!! Karena pikirku, dia begitu menyayangi Dan menghargai orang tuaku jadi sudah pasti dia akan mengutamakan jadwal kami sore ini tapi ternyata aku salah, dia lebih memilih mengantar anak buahnya kerumah sakit.

Sambil menangis, aku menelphone mama dan minta maaf tidak bisa datang, karena Mas Beno baru pulang jam 8 malam. Aku sedikit lega karena nada suara mama tidak menunjukkan rasa kekecewaan tapi dia justru memuji Mas Beno yang begitu baik memperhatikan dan menolong anak buahnya. [sebel ngak sih .. . ..]

Aku berharap Mas Beno merayuku atau setidaknya menenangkanku dan meminta maaf kalau dia ingkar janji, tapi kupikir sia-sia aku berharap dia merayuku dan yang dia lakukan hanya diam, tapi sebelum saat teduh dia memegang tanganku dan minta maaf karena sudah mengecewakanku. [suamiku, selalu punya waktu untuk komunikasi dengan Tuhan, di awal pernikahan sesekali aku ikut itupun kalau aku lagi mood, dan kenyataannya aku lebih sering tidak mood. Tak pernah sekalipun aku mendengar dia mengomel dengan kemalasanku ini, dia paling hanya berkata padaku sambil tersenyum,"papa sabar menanti Tuhan mengetuk pintu hati mama", dan aku pura-pura tidak dengar apa yang dia katakan].

Benar apa kata mama, Seharusnya aku bangga memiliki suami yang baik dan perhatian seperti Mas Beno tapi sering kali aku jengkel karena dia tega mengorbankan rencanaku untuk membantu orang lain.

Rumah yang kami miliki cukup besar, dan kami punya kamar khusus untuk DOA, Mas Beno menyebutnya Mezbah Doa. Setiap Sabtu pagi, sekitar jam 4:00 subuh Mas Beno masuk ke Mezbah Doa dan baru keluar setelah jam 6:00 pagi, aku bingung selama DUA jam, kira-kira apa saja yang dia doakannya!! Buat aku pribadi, boro-boro dua jam, untuk DOA 10 menit saja aku sudah kehabisan kata-kata untuk berdoa.

Dan setelah DOA, dia selalu mengantarku ke pasar untuk membeli kebutuhan dapur selama satu minggu, tapi saat waktu sudah menunjukkan pukul 6:30 belum ada tanda-tanda bahwa ritual yang mas Beno lakukan selesai.

Aku belum mampu melupakan kejadian tadi malam, dengan sedikit menahan marah aku mendatanginya di kamar di mana mas Beno berdoa, saat tanganku siap-siap membuka pintu kamar, langkahku tertahan!! Aku mendengar mas Beno MENANGIS!! Sayup-sayup aku mendengar namaku disebut di doanya dan apa yang dia ucapkan dalam doanya membuat kakiku tak mampu menahan tubuhku untuk tetap berdiri aku terduduk lemas, air mataku mengalir dan tak mampu untuk berkata sepatah katapun.

Dalam doanya aku dengar dia berkata :
"Tuhan Yesus, terimakasih sudah mempertemukanku dan mengikatku dalam pernikahan kudus bersama Icha, dia adalah wanita terbaik yang Engkau ijinkan untuk mendampingiku untuk menopangku dalam suka dan duka, seorang wanita yang tidak hanya cantik secara phisik tapi juga memiliki hati yang luar biasa yang begitu mencintaiku dan mengasihiku" Ajar aku Yesus untuk menjadi suami yang baik bagi dia, bertanggung jawab ! Sesuai dengan janjiku dihadapan jemaat dan khususnya padaMu saat kami diberkati di Rumah Tuhan."

Dan setelah mengucapkan DOA itu, aku dengar dia menangis sepertinya mas Beno tak mampu lagi mengucapkan sepatah katapun juga.

Aku berlari kekamar Dan mengunci diri, oh .. . .Tuhan Yesus, istri macam apa aku ini, selama ini aku terlalu egois dan terlalu banyak menuntut.

Emang benar dia beberapa kali membatalkan janjinya untuk menemaniku arisan, shopping atau kerumah mama dan lebih memilih membantu orang-orang disekitarnya, tapi bukankah dia lebih dulu menelphoneku untuk menyampaikan bahwa dia tidak bisa mengantarku tapi dia akan usahakan untuk menjemputku.

Dan kenapa aku harus egois dengan berharap dia yang selalu memperhatikanku, bukankah aku bisa naik taxi ketempat mama atau ke arisan atau mengendari Mobil sendiri karena aku juga mempunyai Mobil dirumah.

Aku teringat banyak teman-temanku yang punya suami egois lebih memilih menghabiskan waktu di pub atau mancing bersama teman-temannya diakhir minggu dibanding dengan keluarga atau suami yang salah menyalurkan bakat tinjunya sedikit saja Ada kesalahan atau telat melayani suami maka kepalan tinju sudah mendarat di tubuh is istri.

Bukankah aku begitu beruntung mempunyai suami yang luar biasa mengasihi sesama dan punya kecintaan dan kesetiaan yang luar biasa pada Yesus ?.

Aku tidak mau kehilangan BELAHAN JIWA'ku yang telah Tuhan berikan, . . . Dengan langkah mantap aku melangkah ke garasi Mobil, dimana mas Beno sudah siap mengantarku ke pasar.
Setelah aku masuk Mobil sambil menjalan kan Mobil dengan suara lunak Mas Beno berkata, "Maaf 'ma, papa doanya lebih lama dari biasanya .. ".

Sambil tersenyum aku menjawab, "tidak apa-apa sayang kira-kira boleh ngak nanti malam, besok malam .. ..dan besoknya lagi mama ikutan saat teduh dengan papa?"


........................... Citttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttt


[karena kaget, Mobil di REM dengan mendadak ], Dan aku lihat Ada air Mata menetes dipipi suamiku . . . .tapi aku tau bahwa pagi ini itu bukan air mata duka cita ......tapi SUKA CITA


Written by ; Sari Tarigan.

Minggu, 08 Juli 2007

KAMU BISA SEPERTI MALAIKAT

Singapore, 09 Oktober 2002.

Selamat pagi, satu hari baru lagi aku dapati dari Tuhanku. Berjalan santai aku menuju Ang Mo Kio MRT. Lalu lalang penumpang yang penuh sesak kembali menjadi teman perjalananku menuju Expo, MRT terdekat kantorku.

Kucari sosok seorang Ibu tua yang selalu menarik perhatianku. Ah, kembali kulihat sang ibu berjalan tertatih menghampiri kereta. Ya, si ibu yang berjalan sambil memegang tongkat. Si Ibu yang buta.

Hampir setiap pagi aku melihat ia berjalan tertatih untuk masuk ke dalam kereta yang penuh sesak tersebut. Sebelum akhirnya turun di Cityhall dan berganti kereta menuju PayaLebar dimana ia turun dan hilang dari pandanganku.

Kesal rasanya melihat kerumunan orang orang yang, yach kalau boleh dikatakan egois sekali rasanya. Setiap hari kuperhatikan, dari sekian banyak orang yang berjalan dengan santai atau tergesa-gesa, hanya segelintir tangan yang mau membantu si ibu untuk berjalan. Bisa dibayangkan sibuknya dan tegangnya si ibu di tengah keramaian orang-orang yang menunggu datangnya kereta.

Tertabrak kesana-kemari namun tetap berusaha melangkah sambil mengetukan tongkatnya ke depan.

Tuhan memang baik, tentu saja. Ia tak pernah meninggalkan ciptaanNya.

Selalu ada satu orang india yang sama, yang menemani sang ibu. Dalam keheningannya, lelaki itu berjalan dan menuntun si ibu. Seperti menuntun ibunya sendiri. Kuperhatikan apakah mereka saling mengenal, dan kusadari bahwa ternyata mereka asing satu sama lain.

Ya, seperti seorang malaikat pelindung saja lelaki itu. Dengan wajahnya yang tenang dia menemani si ibu. Walaupun saling diam, mungkin karena berbeda bahasa, si ibu rasanya tidak bisa berbahasa inggris.

Tapi tadi pagi tidak kulihat si malaikat itu. Namun seiring tanganku hendak menggapai si ibu, sebuah sosok tangan mendahuluiku. Ah seorang lelaki lain telah Tuhan lunakkan hatinya untuk membantu si ibu. Seorang india lain. Dengan tampang yang gagah, dia menuntun si ibu.

Tersenyum aku melihat semua itu, ah Tuhan memang baik.

Seiring kereta melaju, aku berpikir. Ya, akupun bisa menjadi malaikat malaikat kecil bagi si ibu. Tentu saja jika aku mau merendam semua keegoisanku, keegoisanku untuk lebih mementingkan diriku untuk mendapat tempat duduk di dalam kereta dan lebih memperhatikan orang yang membutuhkan disekitarku.

Ku raih buku tulisan Paus yang berjudul "Sahabat di tengah Sahabat", kubaca pesan beliau bagi kaum muda sedunia VII, Flourish whereever you'll be planted…Tersenyum aku membaca kalimat itu, ya seperti 2 orang India yang baru kusebut, aku juga bisa memuliakan Tuhan dengan orang disekelilingku.

You too can be an angel,” kukatakan itu dalam hatiku.

Bukan dengan hal hal yang besar, tetapi dalam hal hal yang kecil, dalam kesederhanaan Yesus yang telah di tunjukkan kedua `malaikat' tersebut.

PayaLebar, ah si ibu berdiri dari tempat duduknya dan berjalan keluar kereta. Bruk, tak sadar ia menabrak seorang wanita. Dan dengan senyum manisnya, wanita tersebut menuntun tangan si ibu menuju eskalator dan hilang dari pandanganku.

Ah, satu malaikat lagi yang Tuhan kirimkan bagi si ibu. Dan ya, “You too can be an angel.

In lumine tuo

Kamis, 05 Juli 2007

Uang

Deni sedang kesulitan keuangan, begitu kata teman-temannya. Kok tahu? Karena setiap kali kekurangan uang, Deni selalu sibuk meminjam uang sana sini. Beberapa temannya ada yang menolak karena setiap bulan dia meminjam uang.

Memang, setelah gajian pasti dibayar, tapi beberapa hari kemudian pinjam lagi. Lama-kelamaan teman-temannya merasa keberatan. Kalau sudah demikian, maka Deni sibuk mencari-cari siapa yang dapat meminjamkan uangnya.

Akhirnya Deni mendapatkan juga uang yang dibutuhkannya dari pinjaman seorang office boy. Sebenarnya Deni malu. Uangnya sudah habis padahal baru tanggal 16. Dia sudah tidak punya uang lagi untuk naik kereta ke kantor dan untuk biaya makan.

Ketika dia sedang berkeluh kesah dan bingung, tiba-tiba office boy menawarkan uangnya. Dia tidak sampai hati melihat Deni kesulitan. Deni tadinya menolak karena malu. Masak staf meminjam uang dari office boy? Tapi orang tersebut benar-benar rela ingin membantunya, sehingga akhirnya Deni menerima bantuannya.

Dalam hati kecilnya Deni merasa sangat malu. Malu sekali!. Tapi Deni terpaksa menerimanya, dia benar-benar tidak punya uang. Keesokan harinya dia ingin mencari office boy tersebut dan mengajaknya berbincang-bincang. Deni penasaran. Mengapa office boy tersebut bisa punya uang lebih dan bahkan bisa meminjamkan uangnya kepada Deni?

Bukankah gaji Deni lebih besar? Mereka sama-sama masih bujangan, belum menikah. Tapi, mengapa office boy tersebut bisa menyimpan uang sedangkan Deni selalu kehabisan uang? Kok bisa? Apa kuncinya?


Siangnya Deni baru mendapat kesempatan untuk berbincang-bincang dan bertukar pikiran. Office boy itu memang sangat istimewa. Dia paling rajin bekerja. Paling tuntas mengerjakan semua tugasnya. Tidak pernah terlambat masuk kerja. Padahal kalau dilihat penampilannya sepertinya biasa saja. Orangnya sederhana, agak kurus dan sopan, tapi tidak terkesan menjilat.

Sambil makan siang bersama di warung sebelah, Deni mulai menggali kunci sukses menyimpan uang yang dilakukan office boy tersebut. "Bagaimana caranya sih, kok bisa mempunyai uang lebih? Gaji saya selalu habis setelah tengah bulan." Deni membuka percakapan.

Office boy tersebut mulai bercerita. "Saya dulu juga begitu, mas. Gaji saya selalu habis sebelum akhir bulan. Akhirnya saya terpaksa meminjam dari teman. Tapi setelah meminjam, rasanya gaji saya semakin tidak cukup. Karena setiap kali gajian, saya harus mengembalikan uang yang saya pinjam di bulan sebelumnya. Jadi uang gaji saya berkurang. Akibatnya saya semakin kekurangan mas. Gaji utuh saja tidak cukup, apalagi setelah dipotong untuk membayar utang. Ya, semakin berkurang lah mas. Semakin lama, utang saya semakin banyak"

Benar juga, pikir Deni. Pikiran yang sederhana tapi mengandung kebenaran karena seperti itulah yang dialaminya. "Jadi bagaimana caranya melepaskan diri dari lilitan utang?" tanya Deni.

"Waktu itu saya diajari oleh nenek saya. Saya pernah pulang kampung tanpa membawa uang banyak. Waktu itu nenek saya bertanya kemana gaji saya. Saya bilang sudah habis. Langsung saya dipanggil dan diberi wejangan oleh beliau." katanya.

Nenek saya berkata: "Uang itu seperti air. Air selalu mengalir ke tempat yang lebih rendah. Kalau tidak dibendung, maka air akan mengalir terus. Seperti sungai. Harus dibendung. Setelah dibendung, maka uang akan berhenti mengalir dan akan mulai bertambah banyak."

Hidup prihatin


Waktu itu saya bertanya: "Bagaimana cara membendungnya? " Nenek saya menjawab tegas:"Prihatin. Bulan depan jangan utang lagi."

"Tapi nanti kurang nek."

"Tidak", kata nenek. "Begini caranya. Begitu terima gaji, segera lunasi utangmu. Sisanya harus dicukupkan untuk sebulan. Jangan utang. Kamu jangan makan di luar atau jajan. Kalau perlu makan nasi putih dan garam, kecap atau kerupuk saja. Pasti cukup." Lalu saya diajak menghitung berapa uang yang harus saya sisihkan untuk ongkos, berapa untuk beli beras, garam, kecap dan kerupuk, dan lain-lain.

Nenek benar-benar meminta saya hidup secara prihatin. Saya tidak boleh naik ojek lagi. Dari rumah saya harus berjalan kaki ke jalan raya tempat saya naik angkutan umum. Pulangnya juga tidak naik ojek karena ojek cukup mahal. Uang saya memang pas-pasan untuk hidup ngirit seperti itu. Tapi memang cukup sih."

"Bulan depannya, saya disarankan untuk melanjutkan hidup seperti itu. Bulan depannya, uang gaji saya sudah mulai ada yang bisa saya sisihkan untuk ditabung.

Bulan ketiga saya mulai makan lebih banyak demi menjaga kondisi tubuh saya, bukan lagi dengan garam dan kecap. Tapi dua bulan hidup sederhana telah membuat saya tidak ingin beli apa-apa lagi. Makanan saya cukup sederhana saja. Saya tidak lagi suka jajan. Saya tidak pernah naik ojek lagi. Dari situlah saya mulai bisa menabung mas. Sampai sekarang."

Deni bertanya:"Boleh tahu berapa tabungan kamu? Tapi kalau kamu keberatan menjawab, tidak apa-apa. Tak usah dijawab."

"Tidak apa-apa mas. Tabungan saya hampir enam juta rupiah. Saya ingin menabung untuk biaya pernikahan saya tahun depan Mas."


Deni hanya bisa terharu. Yang penting niat. Kalau mau ngirit, pasti bisa. Mengapa uangnya habis terus? Karena pengeluaran Deni cukup besar. Padahal sebenarnya bisa dikurangi. Tapi Deni cenderung memanjakan dirinya. Dia selalu memilih naik ojek. Makan siang selalu di luar, tidak pernah mau membawa nasi atau makanan dari rumah. Pengeluarannya jauh melebihi gaji yang diperolehnya.

Rasa haru campur malu membuat Deni bertekad mengubah cara hidupnya. Dia juga ingin membendung uang yang dimilikinya. Dia takkan membiarkan uangnya mengalir terus. Harus segera dibendung. Mulai kapan? Hari ini! Change! Start today! Start now!

"Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu. Karena Allah telah berfirman: "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau." (Ibrani 13:5)