Kamis, 19 Juni 2008

ALLAH ALLAHKU MENGAPA ENGKAU MENINGGALKAN AKU

Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial. Adam diberi Hawa kemudian lahirlah sebuah keluarga; Yesus melakukan pelayanan bersama 12 muridNya dan anggota keluarga yang mendukungNya (seperti Maria dan Marta)

Tetapi dosa dapat merusak sebuah hubungan karena dosa Kain membunuh Habel. Yesus menanggung dosa manusia, karena itu Bapa meninggalkanNya. Yesus diadili tetapi tidak didapati kesalahan. Perpisahan memang selalu menyedihkan, tetapi kemudian Yesus mempersatukan keluarga yang terpisah.

Bapak Sabar (nama samaran) hidup dalam keadaan prasejahtera, sehingga istrinya juga harus berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidup. Mereka mempunyai 3 orang anak. Suatu saat ada seorang teman yang mengajak Pak Sabar untuk ikut ke gereja. Setelah mendengarkan khotbah Pak Sabar mulai tertarik untuk mengenal kebenaran. Setelah beberapa bulan berlalu Pak Sabar memutuskan untuk percaya kepada Yesus.

Mulai saat itu Pak Sabar mengajak istrinya untuk selalu mendampinginya beribadah. Tempat ibadah memang jauh, mereka harus pergi ke kota, tetapi itu tidak menyurutkan niat Pak Sabar untuk mencari Tuhan yang menyelamatkan dan menebus dosa-dosanya.

Pada suatu hari anak-anaknya berkata ”Kami tidak setuju jika bapak dan ibu menjual iman supaya dapat menyekolahkan kami!” Mereka juga berkata bahwa mereka tidak akan mengikuti kepercayaan orang tua mereka. Pak Sabar berkata ”Kalian jangan melarang orang tua mengenal kebenaran, nanti suatu saat kalian pasti akan mengerti.”

Pak Sabar mulai diasingkan oleh keluarga besarnya. Tidak ada lagi yang mau berkunjung ke rumahnya, biasanya kalau ada keluarga dari luar kota datang pasti mereka datang untuk berkunjung, namun sekarang tidak ada lagi yang mau menghampiri rumahnya. Ada lagi kejadian berat yang menimpa Pak Sabar. Ketika suatu hari ada seorang teman yang meminta tolong untuk menjaga rumahnya, tanpa berpikir panjang Pak Sabar menolong untuk menjagakan rumah temannya. Setelah selesai Pak Sabar kembali ke tempat kerjanya sebagai buruh, tetapi ternyata dia ditoloak oleh juragannya, karena ada pekerja baru yang sudah menggantikannya. Selama beberapa waktu Pak Sabar tidak ada pekerjaan dan istrinya yang berusaha tetapi akhirnya Tuhan buka jalan Pak Sabar bisa membuka usaha sebagai penjual makanan.

Ternyata usahanya yang baru ini diberkati Tuhan, usahanya maju dan kehidupan ekonomi lebih baik dari pekerjaan sebelumnya.

Lebih indah lagi, suatu hari salah seorang anakny yang pernah tidak setuju dengan keputusan mereka untuk mengikut Yesus bertobat dan mau ikut beribadah dan mengambil keputusan untuk percaya kepada Yesus.

Dosa dan kebenaran adalah seperti gelap dan terang, yang selalu mempunyai perbedaan. Tetapi kasih dalam Yesus dapat mempersatukannya di dalam terang. Pak Sabar kini telah kembali bersatu dengan anak-anaknya dan kondisi ekonominya pun telah dipulihkan.

Apakah saudara merasa sedih karena ditolak oleh keluarga, kerabat dan masyarakat sekelilingmu? Yesus telah menang karena itu jangan terus bersedih hati, nantikan saat-saat indah yang terbaik – saat Tuhan Yesus menjamah hati yang keras, karena Yesus telah mati bagi mereka yang terbelenggu oleh dosa.

Kasih Yesus akan selalu memenuhi hati manusia yang terbuka dan menerimaNya.

Selasa, 17 Juni 2008

GEORGE WHITEFIELD

George Whitefield, Peniru Gerak Gerik Pendeta

"Saudara-saudara yang kekasih, dengarlah kata-kata yang keluar dari mulut saya. Saya membawa pesan Allah Yang Maha kuasa." Orang-orang yang berkumpul di kedai minuman itu tertawa terbahak-bahak. "Bagus, Nak! Bagus!" teriak seorang pria gemuk pendek sambil mengangkat gelas birnya. "Seandainya aku tidak melihatmu, Nak, aku mungkin tertipu," kata seorang langganan lainnya. "Kukira Pendeta Cole tua yang membentak-bentak di kedai minuman ibumu."

George Whitefield muda, yang baru berumur lima belas tahun itu, melakukan tipuannya yang paling disukai, yaitu menirukan Bapak Cole, Pendeta Southgate Chapel di Gloucester, Inggris. Menirukan pendeta di daerahnya telah menjadi suatu hiburan yang dilakukannya setiap malam sementara ia mengurus kedai itu untuk ibu dan ayah tirinya.

Bakat George Whitefield dalam hal menirukan dan bermain sandiwara itu terkenal di daerahnya. Di sekolah, ia selalu disuruh mengucapkan pidato apabila bapak walikota mengadakan kunjungan tahunannya. Kadang-kadang ia membolos dari sekolah beberapa hari berturut-turut untuk latihan sandiwara.

Ketika ia mencapai umur lima belas tahun, ia berhenti sekolah. Ibunya mengatakan bahwa ia diperlukan untuk membantu di kedai keluarganya itu. Demikianlah, pemuda yang kelak menjadi penginjil yang terkenal di dunia tersebut menghabiskan waktunya setiap sore dan malam dengan mengepel lantai, menghidangkan bir, dan menirukan Bapak Cole, sang pendeta.

Pada suatu malam, George dan teman-temannya masuk serta mengganggu kebaktian yang dipimpin oleh pendeta itu. Dengan berteriak-teriak, ""Bapak Cole Tua! Bapak Cole Tua!", anak-anak lelaki itu hampir mengubah kebaktian itu menjadi kekacauan. Apa yang tidak diketahui oleh teman-teman George dan langganan-langganan kedai itu ialah bahwa di dalam hatinya, George sungguh-sungguh tertarik akan khotbah-khotbah Bapak Cole. Sering kali setelah kedai minuman itu ditutup, pemuda itu duduk sampai jauh malam membaca Alkitab.

Pada suatu hari, seorang temannya mampir ke kedai itu dan menyarankan agar George memikirkan untuk pergi ke Oxford . ""Kamu dapat melanjutkan pendidikanmu dengan bekerja keras.""

George berkonsultasi dengan ibunya, dan disetujui bahwa ia sebaiknya kembali ke sekolah serta menyelesaikan pelajaran-pelajarannya agar dapat memenuhi syarat untuk masuk ke universitas.

Ketika pelayan kedai yang masih muda itu akhirnya sampai di Oxford , ia bertemu dengan John dan Charles Wesley. Kedua bersaudara itu telah membentuk "Perkumpulan Suci" yang disebut oleh mahasiswa-mahasiswa yang suka mengejek sebagai "Perkumpulan Orang Saleh", "Kutu-kutu Alkitab", "Fanatik-fanatik Alkitab", dan paling sering "Kaum Metodis", karena acara kebaktian rutin dan teratur yang mereka ikuti. Meski demikian, George tertarik oleh kebiasaan-kebiasaan agama yang sangat ketat dan ibadah yang dipatuhi oleh kedua bersaudara Wesley. Dalam tahun kedua di Oxford , ia menjadi anggota perkumpulan itu, serta bersumpah akan hidup sesuai dengan peraturan yang ada.

Ia berpuasa serta berdoa sama salehnya seperti anggota-anggota "Perkumpulan Suci" lainnya. Tetapi alangkah kecewanya, ia tidak menemukan damai di dalam jiwanya.

Charles Wesley meminjamkan sebuah buku kepadanya, yang berjudul "Kehidupan Allah di Dalam Jiwa Manusia". Ajaran-ajaran dalam buku itu seolah-olah merupakan berkas-berkas cahaya yang menyinari hati pemuda Whitefield. ""Allah telah menunjukkan kepadaku bahwa agama yang benar merupakan kesatuan jiwa dengan Allah, dan Kristus menyatakan diri dalam hati kita," yang kemudian ditulis Whitefield.

Dalam mencari agama yang benar ini, George Whitefield membiasakan dirinya berdoa dengan tekun. Setiap malam, ia mengeluh dan mengerang di tempat tidurnya, sambil memerintahkan iblis agar pergi dari padanya. Ia mencoba hidup dengan menahan lapar dan memberikan hampir semua uangnya kepada orang miskin. Ia memakai sarung tangan wol yang kasar, pakaian yang penuh tambalan, dan sepatu kotor. Akhirnya, karena ia mencari kesatuan dengan Allah secara terburu-buru dan dipaksakan, ia menjadi sakit. Kemudian pada suatu hari, ia ingat bahwa pernyataan Yesus akan rasa haus-Nya terjadi pada saat Ia tergantung di salib. Penderitaan-penderitaannya hampir berakhir, tiba-tiba Whitefield yang masih muda itu menjatuhkan dirinya di tempat tidur. ""Aku haus! Aku haus!" teriaknya.

Kemudian ia bersaksi mengenai apa yang dialaminya. "Tidak lama setelah itu, aku merasa dalam diriku bahwa aku dibebaskan dari beban. Perasaan duka telah diangkat dari dalam diriku, dan aku tahu apa yang menyebabkan aku sungguh-sungguh bersukacita di dalam Allah penebusku."

Baru setahun kemudian, Whitefield menyampaikan khotbahnya tentang doktrin "kelahiran baru"-nya di gereja-gereja terbesar di kota London . Seluruh Inggris segera menjadi gempar mendengar pengkhotbah muda yang bersuara emas itu. Atas undangan Wesley bersaudara, Whitefield pergi ke Amerika. Ia memimpin kebangunan rohani yang dramatis di Georgia. Ketika kembali ke Inggris, ia mendapatkan dirinya lebih terkenal daripada sebelumnya. Pada saat gereja negara yang merasa dipermalukan itu menutup pintu baginya, Whitefield pindah ke lapangan-lapangan dan berkhotbah kepada orang banyak yang berjumlah tiga puluh ribu atau lebih. Banyak pendengarnya mengalami kelahiran baru.

Ia pergi kembali ke Amerika. Pelayanannya demikian berhasil, bahkan Benyamin Franklin yang skeptis itu menyatakan, "Rupa-rupanya seluruh dunia menjadi saleh." George Whitefield baru saja berumur dua puluh enam tahun pada waktu itu. Whitefield berkhotbah selama tiga puluh tahun lagi kepada kumpulan banyak orang. Ia bolak-balik menyeberangi Atlantik. Ia terus berdoa bagi mereka yang belum mau memedulikan panggilan Kristus.

Pada tahun 1770, ia meninggal dunia ketika sedang berkhotbah. Ia sangat lelah dan tidak memedulikan dirinya lagi. Ketika sedang berkhotbah, ia berbalik sambil mengangkat kedua tangannya dan berkata, "Aku lelah, ya Tuhan!" kemudian Whitefield meninggal di atas mimbar. Lord Bolingbroke, bangsawan yang skeptis itu, menyebut dia sebagai "orang yang paling luar biasa pada zaman kita".