GBU,
Constantine
Lembar ini disediakan bagi teman-teman yang rindu menyaksikan cinta kasih Tuhan
Pelihat Wahyu Ilahi
Pasangan Nee Wen-hsiu dan Lin Ho-ping adalah keluarga Kristen yang begitu merindukan anak laki-laki seperti kebanyakan orang dalam tradisi Cina. Dalam doa nazarnya mereka berjanji akan mempersembahkan anak tersebut pada Tuhan. Doa mereka dijawab dan lahirlah seorang anak laki-laki yang diberi nama Nee Shu-tsu.
P
ada tahun 1920, ketika usia Nee Shu-tsu mencapai 17 tahun, ia baru benar-benar menerima keselamatan dengan suatu keputusan bulat. Sebelumnya ia masih ragu, apakah menerima Yesus sebagai juru selamat atau tidak, apakah mau menjadi hamba Tuhan untuk melayani atau tidak.
Setelah dilahirkan kembali, ia segera dipanggil Tuhan masuk ke sekolah Alkitab di Shanghai.
Nee Shu-tsu menganggap dirinya sebagai seorang peronda yang dibangkitkan Tuhan untuk membunyikan kentongan bagi orang di malam yang gelap. Karena itu ia juga memakai nama lain, yaitu To-sheng yang berarti ‘suara kentongan’. Tapi, di samping kedua nama Cina itu ia lebih dikenal sebagai Watchman Nee.
Nee adalah seorang yang rajin membaca Alkitab dan juga buku-buku rohani. Kelebihannya dalam membaca, sepertinya ia memiliki kepekaan khusus untuk mengetahui isi sebuah buku walau baru membaca sekilas. Oleh sebab itu ia segera tumbuh menjadi hamba Tuhan yang berwawasan luas dalam masalah kerohanian. Dalam setiap pelayanan yang dilakukan ia selalu menggunakan dasar wahyu dan penderitaan yang dialami. Bagi Watchman Nee, tanpa wahyu seorang hamba Tuhan tidak akan bisa melayani, karena ia tidak bisa memberi apapun untuk disampaikan.
Banyaknya kelimpahan Kristus yang dapat dilayankan seorang hamba Tuhan tergantung pada dua hal, yaitu berapa banyak wahyu yang telah diterima dan berapa banyak penderitaan yang telah dialami sehubungan dengan wahyu yang diterimanya itu. Karena mengikut Tuhan, Nee harus rela membayar harga dengan berbagai penderitaan yang ia alami sepanjang pelayanan dan kehidupannya.
Pada tahun-tahun pertama pelayanan Nee, keadaan ekonomi Cina sedang sulit. Dalam keadaan ini ia belajar apakah kemiskinan itu. Penyakit TBC yang sedang mewabah juga membuatnya menderita dan makin memperburuk keadaan. Sebagai hamba Tuhan yang menerapkan keseimbangan dalam pelayanan, Watchman Nee dikenal banyak menerbitkan buku tentang Kristus sebagai kehidupan dan Kristus sebagai segala sesuatu. Tapi selain itu ia juga menerbitkan buku-buku tentang gereja. Seorang hamba Tuhan terkenal saat itu sempat berkomentar, “Watchman Nee adalah seorang pemuda yang pandai, ia mahir membaca buku berbahasa Inggris. Dia hanya mengumpulkan bahan-bahan ini dari buku-buku itu dan menerjemahkannya ke dalam bahasa Mandarin.” Komentar tersebut ditujukan atas bukunya yang berjudul “Manusia Rohani” yang terdiri dari tiga jilid.
Untuk sebuah pelayanan yang berhasil, Nee sadar bahwa dana sangat diperlukan. Karena itu ia juga berusaha mendapatkan dana dengan usaha-usaha tertentu sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip Alkitab. Keuntungan dari usaha yang dijalankannya itu sama sekali tidak diperuntukkan bagi dirinya sendiri, akan tetapi semata-mata hanya demi lancarnya misi pelayanan yang diembannya.
Tahun demi tahun berlalu. Dari satu pelayanan ke pelayanan lainnya ia jalani dengan setia. Saat itu, kesaksian yang dialami dan disampaikan Nee bersifat berlawanan dengan apa yang dilihat di antara denominasi. Sebab itu dari kalangan orang Kristen sendiri ia juga harus rela dipandang rendah. “Meskipun setiap hari aku mengalami derita sengsaraku, tetapi aku merasakan Tuhan sangat dekat denganku,” kata Watchman Nee.
Hal lain yang dilakukan denominasi adalah mengkritik dan menentang. Bahkan mereka menyerang sebisanya untuk menghancurkan pelayanan yang telah ia bangun. Tantangan-tantangan tersebut ternyata belum cukup baginya. Dari antara teman sekerjanya pun ia harus hadapi tantangan. Ia dipecat dari jawatannya hanya karena dipandang terlalu keras. Hal ini justru terjadi sewaktu Nee sedang ke luar kota menunaikan tugas. Beberapa rekan membela dan berdiri di pihaknya, namun Tuhan tidak mengijinkan ia mengadakan pembelaan apapun untuk dirinya. Pada bulan Maret 1952, Watchman Nee ditangkap. Ia diadili dengan tuduhan palsu dan dijebloskan ke penjara selama 15 tahun pada tahun 1956. Dia akhirnya meninggal dalam tahanan tanggal 30 Mei 1972. Tidak ada yang tahu bagaimana pengalamannya dengan Tuhan selama dipenjara. Di bawah bantalnya di penjara, ditemukan selembar kertas dengan tulisan: “Kristus adalah Anak Allah, yang mati menebus orang berdosa, bangkit tiga hari kemudian. Inilah fakta terbesar dalam alam semesta. Saya mati karena percaya kepada Kristus. Watchman Nee.”
VALUE YOUR TIME
Jack baru saja mendapatkan pelajaran berharga. Ia membuka sebuah kotak keemasan dan ia mendapati di dalamnya sesuatu yang sangat berharga juga secarik kertas yang sangat berkesan.
Waktu kecil ia tinggal bersama ibunya di sebuah
Pria
Suatu hari Jack mendapat telepon dari ibunya, "Ingat Pak Belser? Ia meninggal dunia hari Selasa lalu. Pemakamannya hari Kamis pagi." Kenangan masa kecilnya berseliweran dalam dirinya. Ia mengenang kembali masa-masa kecilnya dengan Pak Belser.
"Halo?" suara ibunya membangunkannya.
"Iya bu, aku akan ke
"Oh tidak, Jack," kata ibunya, "Pak Belser selalu ingat padamu. Ia ingat akan hari-hari di mana kamu main-main di balik pagar rumahnya dan hari ketika kamu duduk di pangkuannya ketika istrinya meninggal."
"Beliau orang pertama yang mengajariku ilmu pertukangan. Tanpa beliau, aku tidak akan mungkin terjun ke usaha ini." kata Jack.
Sesibuk-sibuknya Jack, ia kemudian mengatur ulang jadwalnya di hari Rabu dan Kamis. Ia menghargai Pak Belser seperti ayahnya sendiri dan ia sangat ingin ada di
Hari Rabu malam ia tiba di kampung halamannya. Ia dan ibunya kemudian berjalan ke rumah Pak Belser untuk terakhir kalinya. Di beranda, ia mengintip ke dalam rumah Pak Belser. Terbesit banyak kenangan tentang masa kecilnya. Sofa yang sering ia duduk, meja makan di mana ia pernah memecahkan piring, telepon di sudut ruangan dan hey...
Jack terdiam sejenak.
"Kotak emas di ujung meja itu hilang!" seru Jack.
Ibunya bingung. Segera Jack menjelaskan tentang kotak emas di ujung meja itu. Ukurannya tak lebih dari satu jengkal orang dewasa dan bercat emas di luarnya. "Pak Belser selalu mengatakan itu miliknya paling berharga dan akan diberikan kepada seseorang yang layak menerimanya. Tapi setiap kali aku menanyakan isinya, ia selalu menjawab 'Pokoknya berharga deh'."
Dan sekarang kotak emas itu sudah tidak ada lagi. Dugaan Jack, mungkin diambil oleh seorang keluarga jauhnya.
Dua minggu kemudian setelah pemakaman, seorang kurir mengantarkan sebuah paket untuk Jack. Nama Jack tertulis di atas paket itu dengan tulisan yang sangat sulit dibaca. Jack membuka paket itu... Di dalamnya ada sebuah kotak emas (persis seperti kotak emas Pak Belser yang hilang itu) dan sepucuk
Jack membaca
Di dalamnya terukir kata-kata yang tak pernah ia lupakan seumur hidupnya, "Terima kasih, Jack, untuk waktumu. Ini saya berikan jam untukmu, sesuatu yang paling berharga bagiku. Harold Belser."
"Yang ia hargai dariku adalah... waktuku." serunya perlahan.
Ia menggenggam jam itu beberapa saat. Kemudian ia menelepon sekertarisnya dan membatalkan semua janjinya untuk dua hari ke depan. "Mengapa?" tanya Janet, sekertarisnya.
"Aku ingin menghabiskan waktu untuk keluargaku," kata Jack, "dan Janet, terima kasih untuk waktumu."
Sobat, di dunia ini ada dua hal yang tidak bisa ditarik kembali: itu adalah perkataan dan waktu. Waktu yang sudah lewat tidak akan bisa dikembalikan lagi. Waktu tidak bisa dipaksa mundur, tidak bisa diperlambat dan juga tidak bisa dipercepat. Waktu akan terus bergerak maju dengan kecepatan konstan. Kita tidak akan bisa kembali ke masa kanak-kanak. Kita tidak bisa mengulang satu peristiwa yang sama di waktu itu.
Sudahkah Anda memberi waktu pada diri Anda dan sesama Anda? Sudahkah orang lain menghargai waktu yang telah Anda korbankan kepada mereka?