Selasa, 04 Mei 2010

Raja Cheng Tang Memohon Hujan

Siapakah Raja Cheng Tang ini?
Dia adalah seorang raja pada zaman Tiongkok kuno, adalah seorang raja yang mendirikan negara pada masa dinasti Shang (Kira-kira abad ke-16—11 SM), dia adalah raja yang memimpin dengan bijaksana, yang mencintai rakyat layaknya anak sendiri, dan dialah yang memimpin pasukan menggulingkan raja lalim Xia Jie terakhir dinasti Xia.

Sejak itu, rakyat hidup aman sentosa. Namun, tidak lama kemudian, negerinya mengalami bencana kekeringan yang sangat panjang, lama sekali tidak turun hujan, sungguh kekeringan yang belum pernah terjadi selama ini, sehelai rumput pun tidak tumbuh dil adang, tidak ada makanan. Orang mengganjal perut dengan hanya memakan akar rumput atau kulit pohon. Air di danau, sungai atau sumur perlahan-lahan mengering hingga ke dasar, setiap hari disinari dengan panas matahari yang terik, nyaris menguapkan batu di palung sungai. Namun, kala itu orang-orang tak berdaya, hanya bisa berbaris panjang, sepanjang hari dan malam, memukul genderang, mengadakan upacara dan sembahyang kepada Langit Dewata, dengan maksud menggugah Sang Pencipta.

Sampai tujuh tahun berlalu sudah, namun tidak tampak sedikit pun bayangan akan turun hujan. Kala itu, raja sangat gelisah, sedih dan iba melihat orang-orang yang menderita karena kekeringan, tapi dia tak berdaya sedikit pun, dia hanya bisa mengirim lebih banyak orang dan memperluas barisan memohon hujan, namun, semua itu sia-sia, tiada tanda akan hujan.

Suatu hari, seorang ahli nujum istana yang bernama Bu Guan, telah meramal masalah memohon hujan, kemudian peramal istana segera melapor pada raja: “Untuk memohon hujan harus menyelenggarakan sembahyang kepada Langit Dewata dari jiwa manusia, baru bisa turun hujan.” Artinya harus mengorbankan jiwa manusia untuk sembahyang kepada Langit Dewata, kening raja berkerut setelah mendengar penuturan peramal istana dan berkata: “Memohon hujan sesunguhnya adalah untuk menolong rakyat dari bencana kekeringan, jika karena hal ini dan membunuh manusia, bukankah itu dosa yang amat besar ?” Ia tidak setuju dengan cara demikian. Tapi, ia benar-benar tidak tahu cara lainnya yang lebih baik, ia menarik napas panjang sembari mengatakan: “Jika memang harus mengorbankan manusia, biarlah saya saja.” Lalu raja memutuskan mengorbankan dirinya memohon hujan demi rakyat.

Akhirnya saat mengadakan upacara memohon hujan-pun tiba. Tampak raja Cheng hanya mengenakan pakaian dari kain kasar warna putih, dengan rambut tergerai, dan tubuh terikat dengan seutas tali putih pemercik api. Duduk di sebuah kereta putih, ditarik oleh dua ekor kuda, menuju ke hutan murbei dewa bumi. Orang-orang yang mengiringi mengangkat bejana berkaki tiga, menyandang bendera, berjalan ke depan sambil memainkan musik yang sedih, kereta raja Cheng berjalan perlahan mengikuti dari belakang, sepanjang jalan para pendeta membacakan doa-doa khusus untuk upacara memohon hujan, pemandangan seperti itu tampak begitu memilukan.

Tidak lama kemudian mereka tiba di hutan murbei, di sini adalah sebuah tempat yang hanya akan dipakai dalam upacara sembahyang besar-besaran. Ketika rombongan raja Cheng tiba, di sana sudah di penuhi dengan lautan manusia. Di depan altar sudah di penuhi dengan tumpukan kayu bakar, dengan lidah api yang menyala-nyala di altar sembahyang, beberapa pendeta tengah mempersiapkan berbagai macam pekerjaan sebelum memanjatkan doa memohon hujan.

Begitu tiba saatnya, raja Cheng dipapah beberapa pendeta, dan perlahan-lahan turun dari kereta menuju ke altar. Berlutut di depan altar, lalu dengan tulus dan khitmad memajatkan doa pada dewata: “Saya adalah raja, pemimpin rakyat negeri ini, biarlah segala dosa dan kesalahan saya yang tanggung, tapi saya mohon jangan limpahkan kepada rakyat…"

Saat itu, maha guru yang memimpin upacara memohon raja maju ke depan, mengambil sebuah gunting dari balik jubahnya, lalu dengan cekatan memotog rambut dan kuku raja Cheng yang panjang, kemudian diletakkan di altar sembahyang dan membakarnya.

Setelah itu, dengan dipapah oleh 2 pendeta, raja Cheng dibawa ke tumpukan kayu bakar yang tinggi. Raja Cheng tersenyum sambil menundukkan kepalanya, sedikit pun tidak tampak takut, malah dengan khitmad berdiri di sana, khusus menanti datangnya detik-detik itu, yang mana kemudian kayu bakar di sekelilingnya itu akan dinyalakan oleh pendeta.

Ini adalah pemandangan yang sangat memilukan: matahari yang terik di puncak kepala, membakar seisi jagad raya. Tidak ada setitik pun mega di sekitar, hanya semilir angin yang meniup lembut di muka raja Cheng, ribuan rakyat jelata berdesakan di sekeliling hutan murbei. Mereka semua merasa ngeri melihat raja yang arif dan bijaksana yang mereka cintai itu. Akhirnya detik-detik itu pun tiba, suara yang memilukan bergema di telinga mereka, mencengkam sanubari semua orang. Para pendeta telah menyalakan api di altar, berkobar menyala-nyala di sekeliling tumpukan kayu bakar, dan kini tinggal menunggu perintah pimpinan pendeta.

Akhirnya para pendeta meletakkan obor di tangan mereka. Dan sesaat itu, lidah api menggulung nyala api, dan terus menjalar ke tumpukan kayu bakar, dari kejauhan tampak percikan api yang menyala-nyala telah mengepung raja Cheng yang berdiri di tumpukan kayu bakar tinggi dengan cucuran keringat, tali pemercik api yang terikat di tubuhnya sudah hampir terbakar.

Tepat di saat yang kritis itu, tiba-tiba terjadilah keajaiban: sebersit angin kencang disertai dengan gumpalan awan hitam, bergulung-gulung dengan cepat dari timur laut menuju ke hutan murbei. Dan dalam sekejab menyelimuti angkasa yang tadinya panas dan terik oleh sinar mentari. Dan seketika itu juga titik hujan sebesar kacang kedelai turun dengan lebat, menyusul dengan kilatan petir di angkasa, dan hujan turun semakin deras. Orang-orang yang selama ini mengharapkan turunnya hujan bukan main gembiranya, mereka meloncat-loncat dan bersorak gembira, menelentangkan leher mengangakan mulut menyambut air hujan, membasahkan kerongkongan yang selama ini kering, bahkan meraup air dan memukul dahi sendiri, menyatakan terima kasih.

Saat itu, raja Cheng yang berada di tumpukan kayu bakar juga menengadahkan kepalanya, menatap angkasa. Kening yang berkerut selama ini akhirnya terentang, dari lubuk hatinya yang paling dalam ia sangat bersyukur atas rahmat Tuhan dan berterimakasih kepada rakyatnya. Adalah ketulusan hatinya yang hendak menyelamatkan rakyatnya itulah yang telah menggugah Langit Dewata. Awan yang bergumpal-gumpal di sekeliling terus mendekati bumi.

Dan akhirnya kekeringan selama 7 tahun itupun hilang tak berbekas saat itu juga. Api yang berkobar di sekeliling tumpukan kayu bakar dan di altar persembahan sudah padam diguyur hujan. Semua orang bernyanyi gembira di tengah hujan, beberapa pendeta naik ke atas memapah raja bijaksana yang mencintai rakyatnya seperti anak sendiri dan yang rela berkorban memohon hujan demi rakyat yang dicintainya.

Hikmah yang dapat diambil dari cerita ini adalah merupakan contoh teladan bagi seorang pemimpin (raja, presiden atau bahkan seorang ketua kelas). Seorang pemimpin akan selalu berada pada barisan terdepan untuk mengayomi dan melindungi rakyatnya. Pada saat mengalami kesusahan pemimpin akan berada di depan dan jika mengalami kesenangan pemimpin berada di belakang. Jika harus lapar, pemimpin rela lebih dahulu lapar dan jika kenyang dia rela untuk mendapatkannya paling akhir. Begitu selayaknya menjadi pemimpin.

(Sumber Minghui School)
MENGAMPUNI

Pada hari Minggu pagi tanggal 8 November 1987 seorang pria Irlandia, Gordon Wilson, bersama putrinya yang berusia 28 tahun, Marie, pergi menonton pawai di kota Enniskillen di Irlandia Utara. Ketika mereka berdiri di samping sebuah dinding batu sembari menantikan kesatuan prajurit dan polisi Inggeris berbaris melewati mereka, sebuah bom dari teroris IRA (Irish Republican Army) meledak di belakang mereka.

Enam orang tewas seketika karena ledakan itu. Gordon dan putrinya terkubur beberapa meter di bawah tumpukan batu. Gordon merasakan bahu dan lengannya terluka, tetapi ia tidak dapat bergerak. Kemudian, ia merasakan ada seseorang menyentuh jari-jarinya.

Ini Ayah, kan?” bisik Marie.

“Betul, Marie,” sahut ayahnya.

Gordon mendengar suara-suara samar orang-orang yang berteriak kesakitan, kemudian suara yang jauh lebih jelas, yakni teriakan maria. Ia meramas tangan putrinya kuat-kuat sambil berkali-kali bertanya apakah ia baik-baik saja. Di antara jerit kesakitannya, Marie berkali-kali meyakinkan ayahnya bahwa ia baik-baik saja.

”Ayah, aku sangat mengasihi Ayah,” itulah kata-kata terakhir putrinya yang didengar Gordon. Empat jam kemudian, setelah mereka akhirnya diselamatkan, Marie meninggal dunia di rumah sakit karena mengalami kerusakan parah di otak dan tulang belakang.

Selanjutnya siang itu, seorang wartawan BBC ingin mewawancarai Gordon. Setelah ia menggambarkan apa yang sedang terjadi, wartawan itu bertanya kepada Gordon, ”Bagaimana perasaan anda terhadap orang yang memasang bom itu?”

Jawabannya sangat mengejutkan. ”Saya tidak membenci mereka,” sahut Gordon. ”Saya tidak dendam kepada mereka. Kata-kata yang sengit tidak akan menghidupakan Marie Wilson kembali. Saya akan berdoa malam ini dan setiap malam agar Allah mengampuni mereka.” Sebagian orang menduga bahwa pernyataan itulah yang akhirnya menenangkan kelompok-kelompok militer yang sebelumnya sangat marah terhadap pengeboman itu, dan hal itu mencegah terjadinya suatu serangan balasan yang berdarah.

Pada bulan berikutnya, banyak orang bertanya kepada Gordon yang pada akhirnya menjadi senator Republik Irlandia tentang bagaimana ia dapat mengampuni tindakan kejam yang didasari kebencian tersebut.

“Hati saya terluka,” ujar Gordon. “Saya telah kehilangan putri saya, tetapi saya tidak marah. Kata-kata terakhir Marie kepada saya, kata-kata kasih, menumbuhkan kasih saya. Saya menerima anugerah Allah untuk mengampuni melalui kekuatan kasihNya bagi saya.Selama bertahun-tahun setelah tragedi yang merengut nyawa putrinya dan yang juga nyaris merengut nyawanya sendiri itu, Gordon Wilson bekerja tanpa mengenal lelah untuk memperjuangkan kedamaian dan rekonsiliasi di Irlandia Utara sampai akhir hayatnya.

Inspirasi

Gordon Wilson telah mengalami anugerah Allah, kasih dan pengampunanNya yang melingkupi segalanya. Manakala anugerah menyentuh kehidupan kita, maka kita merasa diampuni dan dibebaskan dari belenggu pada bagian terpenting dalam kehidupan kita, dan kita pun mendapatkan anugerah untuk mengampuni orang lain. Anugerah dan pengampunan semacam itu dapat membawa kedamaian di mana ada perselisihan, membawa pemulihan di mana ada keputusasaan. Anugerah semacam itu dapat mengubah kehidupan kita dan kehidupan orang-orang di sekeliling kita, bahkan mereka yang melukai hati kita untuk selama-lamanya.

”Mengampuni dengan alasan apa pun bukanlah bentuk dari kemurahan kristiani, melainkan keadilan semata. Menjadi seorang kristiani berarti harus mengampuni hal yang tak terampuni, karena Allah telah mengampuni hal yang tak terampuni dalam diri Anda”. -

C.S LEWIS”Sebab itu, sebagai anak-anak yang terkasih, teladanilah Allah dan hiduplah di dalam kasih, sebagaimana Kristus Yesus juga telah mengasihi kamu dan telah menyerahkan diriNya untuk kita sebagai persembahan dan kurban yang harum bagi Allah.” -

Epesus 5: 1 Sumber: Buletin BAIT Edisi 73.

Dikirim oleh : Widodo Gunawan

Senin, 03 Mei 2010

CONFESSIONS OF A POOR LISTENER

Buying In to the Lie, by Bo White

Bo White menerima gelar M.Div-nya dari Covenant Theological Seminary yang berada di bawah Presbyterian Church of America. I pernah melayani di Twin Oaks Presbyterian Church di sebuah kota kecil St.Louis, dimana ia tinggal dengan istrinya Tamara.

Langkah awal yang dilakukan sangat di luar dugaan; dan setelah kira – kira 90 menit kita semua pergi dengan buku agenda yang telah terisi, hati kami berpacu dengan stres baru tentang hari esok, dan jiwa kami seakan terhisap habis sehingga kami cepat merasa lelah. Kami mengingatkan diri kami akan banyak martir dalam sejarah gereja yang dianiaya, dihina, dibakar hidup – hidup, dibuang dari tempat asal, disalibkan, dirajam, ditenggelamkan dan dipenggal. Maka kami bertahan semampu kami, dengan jadwal kami yang penuh, sepenuh yang dapat kami isi; demikianlah kami, menuntut diri kami di antara mereka yang menderita untuk Kristus.

Akhir bulan April ini, saya melakukan perjalanan ke San Anselmo, California, untuk mengikuti retreat di hari Sabbath yang diadakan oleh Youth Specialities. Sesuatu yang menarik terjadi dalam perjalanan yang telah membuktikan sesuatu tentang kepemimpinan saya, perjanjian saya dengan anggota, dan cara hidup saya dengan Tuhan. Singkatnya, saya belajar untuk mendengarkan lagi mengenai semuanya. Ada hal lain yang saya pelajari; tetapi pada kenyataannya, hal lain itu tidak pernah akan dapat saya hadapi jika telinga saya tidak dibersihkan. Saya jatuh pada kesalahan yang sama dengan banyak orang dalam pelayanan-mengingat semua orang ingin mendengar saya berbicara tentang Alkitab. Pada kenyataanya, manusia perlu untuk mendengar dari Tuhan, dan kadang – kadang saya perlu untuk diam sehingga hal itu dapat terjadi.

Listening to God
Beberapa bulan yang lalu, saya menyadari bahwa kami memerlukan staff, dan pertanyaan yang ditanyakan kepada saya pada level kepemimpinan adalah “Siapa yang akan mengisi kekosongan itu?” Itu bukanlah pertanyaan yang buruk, tetapi itu juga bukan pertanyaan yang baik. Kami tidak ingin asal asalan hanya untuk mengisi kekosongan dalam gereja dengan seseorang sehingga program kami dapat terus berlangsung tanpa terganggu. Kami ingin menjangkau orang dengan Injil yang hidup dan membawa mereka kepada hubungan dengan Yesus yang hidup yang kuburnya telah kosong. Jadi pikiran saya melayang pada studi pembelajaran pada retreat di California dan pada Yesus sendiri. Berpusat pada saat Yesus dalam memanggil murid, apakah ia mengumpulkan kepemimpinan rumah ibadat, membuat rincian tugas, dan membuat daftar calon yang mungkin? Apakah Yesus bertemu orang – orang penting dan menjalin hubungan dengan mereka untuk menanyakan pendapat mereka dan mulai mengumpulkan daftar orang yang potensial? Tentu tidak. Pada kenyataannya, berpusat pada memanggil siapapun, Yesus menghabiskan waktu selama 40 hari di padang gurun, dicobai Iblis dan dipimpin oleh Roh Kudus.

Kedua pengalaman tersebut terlihat normal daripada apa yang dapat kita akui. Ketika kita berusaha untuk mendengar suara Tuhan, walaupun kita ingin mengikuti pimpinan Roh Kudus, kita akan dicobai oleh Iblis. Bagaimana kita dapat membuat keputusan yang bijaksana? Mendengarkan harus menjadi hal yang utama dalam hidup kita jika kita ingin bertumbuh menjadi seorang pemimpin dan sebagai orang yang berusaha mencari Tuhan. Yesus merespon pencobaan tersebut dengan Firman Tuhan, tetapi Ia tidak merespon setelah benar – benar mendengarkan. Ia mendengarkan Roh Kudus dan apa yang keluar dari mulutnya adalah hasil dari mendengarkan.

Ketika saya memikirkan pekerjaan staff saya dan hasil rapat yang saya hadiri pada rapat mingguan, saya dengan sedih mengakui bahwa mendengarkan bukanlah pekerjaan ataupun keberanian. Kebiasaan yang biasa kita lakukan, saat teduh dan pembelajaran untuk mendengarkan Tuhan saja tidak dilakukan dengan seharusnya. Tetapi saya tidak menyalahkan ketidakmampuan saya untuk mendengar dengan baik dalam kebiasaan kita. Saya mengakui saya dengan cerdik dibawa pada sebuah kebohongan bahwa jadwal yang padat menandakan bahwa pelayanan itu telah berhasil. Saya siap mengakui bahwa saya telah mempercayai kebohongan bahwa duduk selama beberapa jam, berdoa untuk kaum muda di gereja, membaca Firman Tuhan, mendengarkan pembinaan, mencari wajah Allah bukan sebagai tugas pendeta seperti kunjungan rumah sakit, mengajar, atau pendalaman Alkitab dalam kelompok kecil. Saya juga mengakui bahwa saya mendorong staff saya untuk sibuk dan juga meminta mereka untuk melakukan apa yang mungkin mereka lakukan-dalam pekerjaan Tuhan tanpa mendengarkan suara Tuhan. Saya meminta mereka untuk mengharapkan badai berkat dan kegemparan dalam acara pemuda daripada mendengar pada suara Allah yang lembut dan tenang. Saya menutupi kebohongan itu.

Listening to One Another
Seorang teman dekat saya mengajarkan kepada saya jika anda bukanlah seorang pendengar yang baik, anda tidak mempunyai sesuatu yang baik untuk dikatakan. Saya menemukan hal menarik dalam pelayanan Yesus yang hanya berlangsung selama 3 tahun. Apa yang Ia lakukan selama 29 tahun lainnya dalam hidupnya? Pada usia 12 tahun, apakah ia mencengangkan para ahli taurat dengan khotbah dan pengilustrasiannya yang luar biasa? Sebaliknya, Alkitab memberitahukan kita Yesus mencengangkan para ahli taurat, bukan dengan khotbahnya tetapi dengan pertanyaanNya. Pada kenyataanya, ketika ibuNya datang ke rumah ibadat, ia menemukan Yesus sedang duduk, “Sambil mendengarkan mereka dan mengajukan pertanyaan – pertanyaan kepada mereka.” (Lukas 2:46). Ia tidak mengajarkan Khotbah di Gunung hingga 18 tahun kemudian.

Francis Schaeffer pernah berkata jika ia mempunyai waktu selama satu jam untuk dihabiskan dengan seseorang yang ia tidak kenal, ia akan menghabiskan waktu 55 menit pertama untuk mengajukan pertanyaan. Dengan kata lain, ia akan menghabiskan waktu untuk mendengarkan daripada untuk berbicara. Mengapa di dunia ini, kita merasa seakan kita harus berbicara sepanjang waktu? Mengapa kita, yang menjadi pengikut Kristus dan mengajarkan Injil, berjuang untuk duduk diam, mendengarkan dan mengajukan pertanyaan? Tidakkah Yesus sering menyendiri untuk berdoa dan mendengarkan Tuhan?

Consider the Birds of the Air
Ketika duduk di bangku yang berada di sebuah taman di Selatan California, mata saya tertuju pada sepasang burung yang sedang terbang di atas gunung. Yang seekor adalah burung puyuh, dengan sibuk mengepakkan sayapnya seakan ia akan jatuh jika ia tidak berusaha sekeras mungkin. Burung yang lain, seekor rajawali, membumbung tinggi di atas puncak pepohonan dengan santai. Sayapnya dibentangkan lebar di samping tubuhnya dan ia terlihat anggun melampaui dedaunan dan dahan pohon. Untuk sementara, mata saya terpaku pada perbedaan yang kontras itu dan saya melupakan pada kegiatan di gereja kami yang sedang direncanakan. Saya lupa pada batas waktu dan masalah. Saya hanya menonton dan melihat kedua burung itu.

Saya teringat pada perintah Yesus untuk tidak khawatir tentang hari esok atau tentang makanan, pakaian atau tempat tinggal – renungkanlah burung – burung di udara. Itulah yang saya lakukan. Saya memperhatikan. Dan untuk sementara saya tidak khawatir. Dan ada sesuatu hal menarik yang mengejutkan saya. Burung kecil yang sibuk untuk berusaha bertahan di udara dan rajawali yang mengatasi puncak pepohonan dengan luarbiasa melakukan sesuatu yang biasa. Mereka berdua sedang terbang.

Ketika saya bergumul untuk mendengarkan Tuhan dan orang berkata bahwa saya mungkin benar – benar mengasihi Tuhan dan manusia, saya tahu saya menepuk angin dengan sia – sia. Saya kehabisan waktu dan mungkin terlihat seperti saya akan runtuh pada suatu saat. Saya sibuk membangun sarang, mengumpulkan makanan, dan memberikan anak – anak. Tidak ada waktu untuk santai. Maka saya berhenti dan ingat sebuah pertanyaan, “Tidakkah kaudengar?” (Yesaya 40:28)

Apakah anda mendengarkan belakangan ini? Ketika saya berhenti dan mendengarkan, saya teringat bahwa “orang – orang menanti – nantikan Tuhan mendapat kekuatan baru; mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya;mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah.” (Yesaya 40:31) Saya pendengar yang buruk, tetapi dengan kasih karunia Tuhan, saya akan tenang dan terbang kembali.
PEDULI YANG LEBIH PENTING

Wayne Cordeiro, seorang pendeta yang melayani di Hawai, suatu hari berdoa agar tidak turun hujan pada kegiatan penting jemaat. Ternyata pada hari kegiatan tersebut turun hujan. Wayne mengeluarkan mobilnya dan berdoa dengan sungguh-sungguh, imannya ditunjukkan dengan tidak menghidupkan wiper penyapu hujan dikaca depan mobilnya. Hujan makin lebat. Begitu tiba di gereja, Wayne mengangkat tangannya ke langit, jemaat menyaksikan pendetanya menyembah Tuhan mohon hujan tidak turun, segera berhenti. Hujan makin lebat saja seolah mengejek Wayne. " Tuhan, mengapa hujan makin lebat, Tuhan tidak peduli doa-doaku?" Kemudian Wayne sadar atau Tuhan menegurnya, "Wayne, engkau lebih peduli terhadap ketidakhadiran hujan hari ini daripada ketidakhadiran- Ku(kasih karunia,...dsb) di jemaatmu - kehidupanmu -pelayananmu - keluargamu -relasimu... ." Bagaimana Tuhan Yesus juga telah menegur Marta tentang satu hal yang penting dan perlu yang tidak akan diambil daripada Maria, saudaranya?

Wayne disadarkan tentang hakekat kehidupan agar dirinya tidak mengalami Burn out, kekeringan rohani? Semakin melayani ke sana kemari, diundang retret, KKR, Seminar, mentoring, menulis, konseling, d s t, hari itu merefleksi diri, Adakah dia makin mengenal dan menghayati Kristus,makin dekat dengan Tuhan? ataukah malah semakin jaauuuhhh dari Tuhan dan kehendak-Nya yang harus diwujudkan??

Mungkinkah ditengah kesibukan dan keramaian kegiatan atau kerumunan manusia bisa merasakan kesepian (LONELY IN THE CROWD?)?

Mungkinkah ditengah kesibukan dan ....bisa mengalami yang disebut kehilangan hadirat Tuhan?

Mungkinkah ada obsesi, fokus kegiatan atau sesuatu yang kemudian jadi lebih utama , jadi berhala?

Wayne kemudian pergi ke biara untuk memasuki saat hening : Stillness, lebih daripada quiet dan silence. Tidak boleh ada hp, tidak boleh bawa laptop dan tidak ada internet dan tidak boleh minum kopi.Hanya boleh menulis resolusi dan komitmen. Mana tahan?

Yang menarik, memperbaharui disiplin saat teduh. Sebelumnya bersaat teduh untuk persiapan kotbah, bagikan kepada jemaat. Sekarang bersaat teduh untuk hatinya, menyentuh kehidupan pribadi DULU, baru dibagikan kepada jemaat dan masyarakat.

Pertanyaan penting: Tuhan selalu ada menyertai dan melindungi dalam hidup kita, namun adakah kita sungguh-sungguh menyadari kehadiran-Nya secara jelas & penuh? (bandingkan respon Yakub, Kejadian 28:16).

Tuhan selalu temukan kita dan hati kita menjadi tempat Yesus tinggal sebagai TUHAN atas hidup kita, pergumulan kita adalah menemukan Tuhan dalam setiap jengkal kehidupan dan peristiwa bahkan hembusan nafas sehingga mampu bersyukur, berterimakasih karena berserah bersandar total kepada-Nya yang adalah Juruselamat dan TUHAN, sumber hikmat-sukacita- belas kasih-maha kudus dan maha-maha lainnya.

Sejauh mana sehari-hari Menapaki Hari bersama Allah dan sampai dimanakah perjalanan hidup ini Merupa Hidup dalam Rupa-Nya, menjadi kerinduan dan komitmen semakin menyala, menjadi kurban bagi-Nya.

Met berjuang,
yohch & henny
DUKE VACLAV – BOHEMIA (THN 929)

Banyak yang mungkin ingat lagu Natal “Good King Wenceslaus” nadanya terdengar di mana-mana selama musim liburan. Tetapi, tahukah anda bahwa lagu natal itu ditulis mengenai seorang martir Kristen?

“Raja Wenceslaus” sebenarnya adalah seorang Duke bernama Vaclav. Duke Vaclav memerintah Bohemia (yang sekarang menjadi Republik Ceko) dengan hukum-hukum kristiani sampai saudaranya, Boleslav, yang penyembah berhala membunuh dia. Vaclav adalah seorang Kristen yang taat yang umur pendeknya diwarnai dengan intrik politik, pembunuhan dan pengaruh penyembahan berhala.

Kakek Vaclav yang beragama Krsiten memerintah Bohemia pada suatu waktu ketika bangsa Slavic sedang dikenalkan kepada Injil. Kakek Vaclav membangun gereja Kristen pertama di Ceko, di utara Praha. Ayah Vaclav, Duke Vratislav I, mengikuti jejak kedua orang tuanya, menjadi seorang Kristen yang berapi-api dan mengajarkan putranya nilai-nilai Kristiani.

Kehidupan Vaclav terlempar di dalam kekacauan setelah kematian ayahnya dan membiarkan ibunya, Drahomira, memerintah. Drahomira, seorang bekas penyembah berhala, memerintah Bohemia dengan keserakahan dan kekejaman. Setelah kematian ayahnya, Vaclav mencari perlindungan kepada neneknya, Ludmila. Seorang wanita Kristen yang popular dan lemah lembut, Ludmila sangat bersemangat menolong cucunya menjadi seorang pemimpin Kristen yang baik.

Ludmila mendorong Vaclav untuk menyingkirkan tahta ibunya. Drahomira membalasnya dengan menggantung Ludmila. Ketika di tahun-tahun masa remajanya, Vaclav merebut tahta dari ibunya dan mengubah kembali Bohemia ke jalan nilai-nilai Kristiani.

Pada masa pemerintahannya, Duke Vaclav sangat baik hati terhadap anak yatim, janda dan yang miskin. Ia dengan rutin membawa kayu kepada yang membutuhkannya, mengunjungi mereka yang di penjara dan menebus yang tertawan. Ia menerima dengan tangan terbuka para misionari Jerman dan mendirikan gereja-gereja.

Kekuasaan Vaclav berakhir ketika saudaranya, seorang penyembah berhala meyakinkan sekelompok bangsawan anti-Kristen untuk membunuhnya. Boleslav mengundang saudaranya ke suatu acara makan. Dalam perjalanan ke acara makan malam tersebut, Vaclav ditikam di tangga menuju gereja. Sementara ia sekarat, kata-kata terakhir Vaclav adalah “Saudaraku, semoga Tuhan mengampunimu!” Rakyat Bohemia sangat kecut hati dan dengan segera memberikan gelar martir kepada Vaclav.

Pada tahuan 1853, John Neale, menulis lagu Natal ini “Good King Wenceslaus” setelah mendengar kisah Duke Vaclav dari tentara Inggris yang kembali dari Eropa Timur. Menteri Inggris secara khusus menulis lagu ini untuk anak-anak, menyanjung kemurnian akan kebaikan.

Source:
Buletin KDP (Kasih Dalam Perbuatan) Edisi Januari – Pebruari 2009
P.O. Box 1411 - Surabaya 60014

Kamis, 29 April 2010

MY SON BE AN ANGEL

TUHAN BAIK SUNGGUH SANGAT BAIK.

Itulah moto dari keluarga kami…GOD IS GOOD!!!!!!

Saya adalah seorang manusia biasa yang hidup istri dan kedua anak saya. Anak saya yang pertama laki-laki dan yang kedua adalah perempuan.

Kesaksian saya ini bermula dari kelahiran anak pertama ku. Sungguh sangat senang saat menyaksikan kelahiran anak pertamaku, Saat itu tanggal 14 desember 1986 aku menyaksikan kelahiran anak pertamaku. Dan ternyata anak yang lahir itu adalah seorang laki-laki. Anak itu lahir dengan sehat dan saya sangat bahagia karena saat itu juga saya menjadi seorang PAPA. Kemudian kuberi nama anak itu Nathannael.

Setiap hari aku dan istriku merawat anak pertama kami dengan penuh kasih sayang.

Hari demi hari kulalui bersama anak pertamaku.Nathan sangat suka tertawa. Ia tumbuh seperti anak-anak laki pada umumnya. Setiap hari kunantikan dia memanggilku papa. Tapi sebutan itu tidak kunjung ku dengar. Setelah kurang lebih Nathan berumur 3 tahun, ia juga masih tidak mengucapkan kata “mama atau papa”.

Kemudian aku memutuskan untuk membawa anakku ke dokter specialis THT. Banyak dokter yang kami kunjungi dan hasil yang kami dapatkan adalah sama yaitu anakku telat berbicara. Sebagai seorang ayah aku tidak menaruh sedikitpun kecurigaan dengan kondisi anakku yang selalu sehat dan senang tertawa. Hingga suatu hari aku dan istriku memutuskan untuk memeriksakan kondisi anakku di Jakarta.

Nathan di periksa secara intensif kurang lebih dua minggu oleh seorang profesor terkenal di Jakarta. Saat itu Nathan pergi dengan istriku berdua saja. Setelah dua minggu berlalu, didapatilah bahwa anakku tidak dapat mendengar dan berbicara selamanya, Dokter mengatakan bahwa keadaan telinga baik, gendangan telinga serta anak telinga baik, tapi saraf dari telinga menuju ke otak rusak dan hal ini di sebabkan karena virus toksoplasma. Dan menurut professor tersebut cacat yang diderita anakku tidak ada obatnya walau mencari ke ujung duniapun.

Istriku memberitahu aku tentang keadaan anakku. Sunggu sangat sedih entah apa yang harus aku lakukan. Aku pun tidak putus asa untuk memriksakan anakku ke dokter lain. Aku membawa anakku ke dokter yang datang dari Australia dan hasil yang aku terima adalah sama. Bahwa anakku cacat permanen.

Sebagai seorang ayah aku sangat sedih dan kecewa, tidak ada manusia yang dapat kuandalkan. Hanya ada satu jawaban yaitu YESUS. Aku dan istriku sangat percaya bahwa hanya Yesus yang sanggup menyembuhkan anakku Nathan.

Menurutku saat itu aku sudah hidup dalam Tuhan. Aku juga melayani Tuhan dalam suatu organisasi Kristen di Surabaya. Dan dengan cara ku aku berusaha dan berdoa kepada Tuhan. Aku sangat rajin membawa anakku ke KKR kesembuhan yang pernah ada di Surabaya. Di mana ada KKR selalu ada aku, istri dan kedua anakku. Dalam KKR itu aku selalu berharap bahwa akan ada mujizat yang terjadi. Tapi hasil yang kudapat adalah NOL.

Aku datang bersama anakku dengan keadaan cacat dan pulang kerumah dengan keadaan yang sama. Hal tersebut kulakukan selama bertahun-tahun. Tapi hingga anakku mulai sekolah ia masih tetap tidak bisa berbicara dan mendengar dengan normal.

Karena Nathan mulai besar dan harus bersekolah, kuputuskan untuk menyekolahkan Nathan di sekolah luar biasa (SLB). Tahun demi tahun berlalu. Tapi keadaan anakku tetap sama dan aku masih rajin membawa anakku ke KKR. Hingga akhirnya aku memutuskan untuk bergumul secara pribadi dengan Tuhan. Aku bergumul, berpuasa, berdoa dan dalam pergumulanku aku bertanya pada Tuhan “ Apa yang harus kulakukan Tuhan untuk dapat menyembuhkan anakku?’.

Setelah bergumul sekian lama ahkirnya kudapatkan jawaban saat itu Tuhan berkata padaku “jika rohanimu tumbuh 5% maka akan kusembuhkan anakmu 5%,begitupun seterusnya”.

Aku kaget saat mendengar jawaban Tuhan, karena aku sudah melayani Tuhan, didepan manusia aku mendapat banyak pujian dengan pelayananku, tapi ternyata dimata Tuhan pelayananku adalah KOSONG.

Disini aku menyadari bahwa yang ku mau bukan yang yang Tuhan mau. Yang kumaksud bukan yang Tuhan maksud. Yang Tuhan rencanakan bukan yang kurencanakan.

Pergumulannku tak berhenti sampai di situ. Aku masih tetap bergumul apa arti pertumubuhan rohani? Aku sudah melayani Tuhan dan apa yang salah dalam diriku? Itu yang selalu kutanyakan pada Tuhan.

Lama pergumulanku mendapat jawaban. Sampai ahkirnya kudapatkan jawaban Tuhan yaitu “perubahan karakter dalam hidup”.

Memang saat itu aku sudah melayani tapi sebagai seorang yanag sudah melayani aku masih seorang manusia duniawi. Aku sombong, aku munafik, aku masih berkompromi dengan blue film, aku pendendam, aku pembohong, aku sangat busuk sebagai seorang manusia. Tapi saat itu aku tahu yang Tuhan mau. Tuhan mau bahwa aku menjadi anak Tuhan yang benar. Tuhan mau aku merendah, jujur, mempunyai kasih. Tuhan mau aku mengubah hidupku menjadi baru.

Aku mengambil keputusan bahwa aku akan mengubah karakter hidupku. Sangat sulit semua hal itu kulakukan. Tapi Tuhan membimbing aku dan berjalan di depanku.

Dulu aku adalah domba yang hilang dan sekarang telah kutemukan gembalaku.

Sungguh mujizat itu nyata dalam hidupku dan keluargaku. Saat itu anakku sudah kelas 4 SD. Hari itu aku pulang kerja dengan keadaan lelah dan sangat capek tapi kudengarkan anakku memanggil ku “ PAPA”. Aku sangat kaget, senang, hingga semua letih ku hilang. Tuhan menggenapi janjinya dalam pergumulanku. Saat aku memutuskan untuk berubah Tuhan memberikanku penggenapan yaitu dengan perubahan yang ada dalam diri Nathan.

Selama ini Nathan hanya bisa memanggilku dengan bahasa tarzan. Jika anakku minta minum ia hanya dapat menggenggamkan tangannya dan menunjukannya pada mulutnya. Selama ini kami berkomunikasi dengan Nathan menggunakan bahasa isyarat. Tapi sejak hari itu aku semakin berkomitmen pada Tuhan aku mau menjadi lebih baik serta lagi memperbaiki hidupku yang buruk dan hasilnya Anakku mulai mengeluarkan banyak kata-kata. Walaupun banyak kata-kata yang berbalik seperti kacamata jadi matakaca, jika ia mau makan Nathan bilang makan mau. Tapi aku tidak peduli aku sangat senang dengan perubahan yang ada dalam diri anakku. Dan semua itu karena YESUS adalah Allah yang hidup dan selalu menepati janjinya.

Pertolongan dan mujizat Tuhan tidak berhenti sampai di situ saja. Nathan di karuniai kepandaian, Nathan selalu rangking 3 besar di sekolahnya, Tuhan juga menjadikan Nathan tumbuh dengan cinta Tuhan.

Pernah suatu hari saat kami sekeluarga pergi ke mall mendadak Nathan mengeluh bahwa perutnya sangat sakit, Aku sangat bingung kemudian aku memutuskan untuk mengajak Nathan pulang. Tapi Nathan dengan tegas berkata “ papa doakan aku saja”. Tanpa berpikir panjang aku mengajak Nathan menepi dekat etalase kosong dan menjamah perut Nathan yang sakit. Saat aku berkata amin, kemudian aku bertanya pada Nathan apakah perutmu masih sakit? Nathan menjawab “ tidak pa,Tuhan sudah menyembuhkan perutku”. Nathan tumbuh dengan memiliki iman yang sangat kuat. Setiap hari tak henti-hentinya Nathan berdoa agar ia dapat berbicara dan mendengar dengan normal. Nathan tidak pernah menyerah dan selalu mengandalkan Tuhan dalam Hidupnya.

Hari demi hari ia terus bertumbuh dan banyak kemajuan, hingga suatu hari Nathan pun lulus SD.

Saat memasukkan Nathan ke sekolah SMP, aku memutuskan memasukkan kesekolah SMP normal tapi dengan tingkat mutu yang sedang. Disana Nathan mengalami banyak kemunduran dalam pelajarannya. Karena pelajaran di SLB sangat rendah sehingga untuk mengikuti pelajaran disekolah normal sangat sulit bagi anak seperti Nathan. Selain itu Nathan juga mengalami Stress berat saat sekolah karena semua teman Nathan mengejeknya ada yang berkata bisu, cacat tidak pantas sekolah, bahkan ada salah satu guru yang mengatakan Nathan gila karena guru tersebut tidak mengerti Nathan berbicara apa.

Sungguh sangat berat kehidupan Nathan saat itu, setiap pulang sekolah Nathan hanya bisa menangis dan berkata pada mamanya ‘kenapa aku lahir seperti ini ma?’

Kami sebagai orang tua terus mensupport Nathan dan yang ku bangga kan dengan anaku, ia punya hati yang pemaaf. Sebenarnya saat aku mendengar Nathan di hina seperti itu aku sebagai orangtua sangat marah dan berencana satang kesekolah Nathan untuk memarahi teman-teman serta guru yang menghina Nathan. Tapi Nathan melarang,ia hanya berkata “ Sudahlah pa,aku sudah memaafkan teman-temanku biar Tuhan yang membalas ,nanti kalau papa marah-marah,papa dosa”.

Aku sangat terharu mendengar perkataan Nathan. Ternyata kesabaran yang diberikan Tuhan kepada Nathan telah memberikanku satu pelajaran.

etiap hari Nathan tetap bersekolah meski hinaan terus terdengar tapi Tuhan maha adil, memang ada teman Nathan yang suka menghina Nathan Tapi banyak teman Nathan yang sayang dan membela serta membantu Nathan dalam kesusahannya.

Dalam hal nilai ulangan disekolah Natan terus mendapat nilai yang sangat jelek.Hanya nilai 0.1;0.3;dapat 3 saja saya sudah senang,

Kemudian tibalah saat ulangan umum bersama, Nathan berkata padaku “ Papa apa yang harus aku lakukakan?’ Kemudian aku berkata “ Nathan belajar sebisa kamu saja dan berharap pada Tuhan,nanti papa mama Bantu puasa”.

Saat hari ujian tiba, pagi-pagi aku mendoa kan anakku,kutumpangi tangan dan aku serta Nathan beriman,pasti Nathan bisa dalam ujian.

Setelah ujian selesai aku yang menjemput anakku sekolah saat itu,Kemudian kutanyai anakku “bagaimana Nathan apakah kamu bisa?’. ‘jujur pa sebenarnya aku tidak bisa tapi entah pa tangan ku menulis terus menulis aku mau hentikan tidak bisa pa,aku percaya itu pasti malaikat Tuhan yang pimpin’.

Dan ternyata saat nilai rapor keluar dari nilai 0,2;0,3 nathan jadi rangking 2. Saat itu seluruh sekolah heboh bahkan wali kelas Nathan dituduh menjual soal pada Nathan. Tapi Jika Tuhan Yang mengangkat tinggi anaknya makan tidak akan pernah di jatuhkannya lagi. Sekali Nathan rangking hingga lulus SMP pun Nathan tetap rangking.

Saat ini Nathan berada di bangku SMA, penyertaan Tuhan terhadap Nathan tiada berkesudahan. Aku pun makin giat melayani Tuhan dan kesembuhan anakku saat itu sudah mencapai 80%. Nathan dapat menelpon dengan handpone, dapat melihat tv dengan mendengar suaranya, keadaan anakku semakin normal.

Dalam hal pelajaran Nathan tetap rangking 3 besar hingga kelas 3 SMA dan hingga UNAS pun tiba. Anakku belajar sungguh-sungguh untuk memnghadapi ujian tersebut. Dan terbukti ia dapat menyelesaikan hanya ujian sekolah saja.

Pada hari minggu anakku tiba-tiba berkata padaku, ”Pa sepertinya umurku tidak lama”.

Aku sangat kaget dan tak terpikirkan olehku kenapa anakku berkata demikian.Akupun menjawab “ Kenapa kamu berkata seperti itu?”.Nathan menjawab”entahlah pa,aku juga tidak tahu”.

Hari senin Nathan menghadapi ujian pertamanya,hari selasa pun demukian,dan hari rabu pun demikian. Hari itu tanggal 26 april 2006. Pagi-pagi sebelum berangkat sekolah aku mendoakan anakku agar ia bisa menghadapi ujian sekolahnya, tapi wajah anakku terlihat sangat susah hari itu.

Saat pulang sekolah Nathan menelponku minta dijemput ,tapi karena saat itu mertuaku sedang sakit dan aku berada di rumah sakit, aku tidak bisa menjemput nathan, maka aku meminta istriku untuk menjemput Nathan. Nathan juga bilang kalau ujian hari itu yaitu fisika dapat ia kerjakan dengan baik, malah Nathan bercerita ia mendebat gurunya karena membuat soal salah dan punya Nathan yang benar,kemudian Nathan juga bilang kalau pulsanya habis dan aku janji akan membelikan pulsa nanti.

Akhirnya Nathan di jemput oleh mamanya. Dalam [perjalanan pulang tiba-tiba Nathan bilang pada istriku “ ma aku sangat mengasihi mama,I love you ma”. Istriku pun membalas “ mama juga sayang sekali sama Nathan”.

Setibanya di rumah Nathan sempat makan siang dan masih bergurau dengan adik perempuannya dan masih main dengan kelinci peliharaannya, kemudian Nathan bilang pada mamanya kalau ia mau tidur kemudian nanti malam Nathan minta di bangunkan jam 6 sore karena ia mau belajar untuk ujian besok.

Saat itu Nathan berpamitan tidur sekitar jam stenga dua,dan sekitar jam 2 aku pun pulang ke rumah untuk beristirahat,istri dan anak perempuanku sedang pergi dan peristiwa besar pun terjadi.

Sekitar jam 4 sore saat istri dan anak perempuanku pulang,kami memutuskan untuk memasang foto pesta sweet 17thn anak perempuanku,Karena frame foto itu sangat berat,istriku memanggil anak laki-laki ku Nathan untuk membantu mengangkat fram berat itu.

Istriku pun berlari menuju ke kamar Nathan dan membangunkan nya. Tapi saat membangunkan Nathan tubuh Nathan sudah sangat dingin dan saat lampu di nyalakan istriku mendapati anakku sudah menjadi mayat. Anakku meninggal. Istriku histeris, anak perempuanku histeris dan aku pun sangat kaget.

Saat itu istriku membentur-benturkan kepalanya ke tembok,anak perempuankku menangis dan aku hanya bisa menyadari bahwa anakku meninggal. Tapi ada suatu keanehan yang kurasakan saat itu, memang saat mengetahui anakku meninggal seperti ada bom atom meledak di dalam rumahku, Tapi Tuhan memberiku kekuatan, tak ada sepetah katapun saat itu aku ingin menghujat Tuhan. Saat itu aku masih bisa mengajak istri dan anak perempuanku untuk berdoa dan dalam hati ku saat itu terdengar suara tidak ada kebangkitan untuk Nathan. Akhirnya kami merelakan untuk Nathan pergi.

Dengan keadaan shock, sedih,dengan tangis istriku memanggil beberapa kerabat kami yang seorang dokter, kemudian juga ada kawan ku seorang dokter spesialis jantung dan ada dokter bagian visum dari ruma sakit datang kerumah. Mereka memperkirakan bahwa anakku meninggal sekitar jam 2 siang,dan kami menemukan Nathan meninggal sekitar jam setengah 5 jadi mayatnya sudah kaku dan wajah anakku biru.

Semua orang terkejut dan ke tiga dokter itu berkata bahwa anakku meninggal karena jantung tapi jantung jenis apa? Mereka belum mengetahuinya,karena posisi anakku meninggal begitu tenang,sprei dan bed covernya tidak kusut tak ada bantal atau guling yang jatuh dari tempat tidurnya.

Banyak orang datang ke rumahkku untuk berbela sungkawa,aku hanya bisa diam dan percaya bahwa Tuhan punya rencana di balik semua cobaan yang kualami ini.

Keesokan harinya tanggal 27 april, pagi-pagi aku mendapat sebuah sms dari hamba Tuhan dari Amerika yang menyampaikan suara Tuhan padaku,dalam smsnya tertulis” I love your son and now his is with me in heaven”.

Pagi itu dengan istri dan anakku kami berangkat ke adijasa .Sebenarnya seperti mimpi bagi keluarga kami bahwa anakku meninggal. Aku hanya bisa pasrah pada Tuhan dan tidak bertanya apa maksud semua pencobaan ini. Banyak orang datang berbela sungkawa dan menghiburku untuk tabah tapi semua itu hanya seperti angin yang berlalu di telingaku. Setelah pemakaman anakku,aku istri dan anak perempuan ku mendapat suara dari Tuhan yang sama yaitu “ikutilah teladan anakmu”. Memang saat anakku hidup tanpa kusadari ia tidak seperti anak lainnya. Hati anakku begitu tulus, pemaaf, tidak ada negatif thingking, dendam dan ia selalu melandaskan semua perbuatannya dengan penuh kasih, hal ini nyata bukan karena anakku meninggal kemudian aku melebih-lebihkan anakku.

Setelah beberapa minggu anakku meninggal iblis pun menyerang. Keadaan rumah ku angker, iblis mengintimidasi istri dan anak perempuanku bahwa seletah Nathan meninggal sebentar lagi mereka yang meninggal,kemudian istriku mendapat mimpi buruk dan sebagainya.

Saat kehilangan anakku aku merasa hidupku sudah tidak ada artinya, harta yang ku punya jika bisa di tukar dengan anakku aku pun rela. Harta hilang bisa dicari tapi anak meninggal tak dapat kembali.

Aku dan keluarga ku menguatkan hati kami agar iblis tidak menyerang kami terus-menerus. Akhirnya kami bertiga berkomitmen untuk tidak bersedih lagi.

Kemudian aku mulai bertanya pada Tuhan apa masksud rencana –Mu Tuhan?

Aku memasuki puasa 40 hari, aku pun datang ke doa puasa dalam sebuah gereja dan seorang pendeta yang memiliki karunia nubuatan menjamah ku dan bernubuat “Aku memang memanggil anakmu, aku mengirimkan para malaikatku untuk menjemput anakmu. Memang kamu tidak tahu tapi anakmu tahu dan saat ini ia sudah menjadi bagian dari para malaikatku dan ia sudah bersuka cita bersama dengan aku “.

Aku terkejut mendengar nubuatan hamba Tuhan ini, aku tak pernah menceritakan kematian anakku dan aku sekaligus sangat senang dan bertanya-tanya apa arti dari anakku menjadi bagian dari para malaikat-Ku.

Aku terus berpuasa dan bergumul,Tuhan sudah menjawab doa-doa ku lewat hamba Tuhan tapi Tuhan belum menjawab kepadaku sendiri, hamba Tuhan juga seorang manusia bisa saja mereka salah,oleh karena itu aku bersikeras untuk mendengar jawaban Tuhan sendiri kepada ku.

Ahkirnya suatu malam Istriku menemukan ayat dalam kitab wahyu kemudian kami membaca bersama dan tiba-tiba Tuhan menggerakkan aku untuk membaca Wahyu 14: 1-5 yang bertuliskan :

“Dan aku melihat: sesungguhnya,Anak Domba berdiri di bukit Sion dan bersama-sama dengan Dia seratus empat puluh empat ribu orang dan di dahi mereka tertulis nama-Nya dan nama Bapa-nya. Dan aku mendengar suatu suara dari langit bagai desau air bah dan bagaikan seru guruh yang dasyat. Dan suara yang kudengar itu seperti bunyi pemain-pemain kecapi yang memetik kecapinya.Mereka menyanyikan suatu nyanyian baru di hadapan tahta dan di depan keempat mahluk dan tua-tua itu,dan tidak seorang pun dapat mempelajari nyanyian itu selain dari pada seratus empat puluh empat ribu orang yang telah ditebus dari bumi itu.Mereka adalah orang-orang yang tidak mencemarkan sirinya dengan perempuan-perempuan, karena mereka murmi sama seperti perawan. Mereka adalah orang-orang yang mengikuti kemana saja Ia pergi. Mereka ditebus diantara manusia sebagai korban-korban sulung bagi Allah dan bagi Anak Domba itu.Dan di dalam mulut mereka tidak terdapat dusta;mereka tidak bercela”.


Saat aku membaca ayat ini,ayat ini tiba-tiba mejadi rema dan terngiang-ngiang dalam pikiranku selama seminggu. Aku kaget dengan ayat ini karena semua yang tertulis dalam ayat ini adalah anakku. Dan ternyata nubuat bahwa anakku menjadi malaikat adalah benar. Anakku menjadi tim pujian Tuhan,Tuhan mengambil anakku untuk masuk kedalam tim pujian Tuhan.Tuhan sedang mengumpulkan korban-korban yang berjumlah seratus empat-puluh empat ribu yang di tebus dari bumi dan anakku termasuk dalam tim pujian itu. Tim itulah yang akan mengiringi saat Yesus datang untuk ke dua kalinya kebumi untuk menghakimi kita semua.

Kemudian kuputuskan untuk memohon pada Tuhan agar aku di pertemukan dengan anakku atau mungkin Tuhan mengizinkan aku untuk melihat anakku dari jauh saja.

Tanggal 21 juni 2006, semalam suntuk aku tidak bisa tidur. Hingga jam 4 pagi aku sengat tiang listrik di depan rumahku di pukul empat kali. Dalam hati ku terus terdengar suara berdoa-berdoa dan berdoa. Sebenarnya aku tak tahu harus berdoa apa akhirnya aku duduk dengan posisi bersila dan berbahasa roh tapi dalam pikirankku aku ingin bertemu anakku.

Tiba-tiba rohku keluar dari dalam tubuhku dan Tuhan menaruhku di suatu tempat dimana aku melihat Tuhan Yesus sedang memangku seseorang tapi aku silau karena seluruh tubuh dan jubah Tuhan mengeluarkan sinar, sinar itu begitu indah dan sangat bening seperti kristal ,sinar itu begitu indah dan Tukan kita dapat kuungkapkan sangat luar biasa hingga dengan kata-kata pun tak cukup untuk mengungkapkannya. Tapi sinar kemuliaan yang kulihat dari jubahnya bekata bahwa “waktu ku tidak lama”.

Kemudian seorang anak yang berada dalam pangkuan Tuhan itu turun dan itu adalah anakku. Anakku berjalan 3-4 langkah kearah ku, Kemudian dengan wajah tersenyum kuciumi anakku ke peluk anakku dan aku mengajukan 3 pertanyaan,”Nathan apakan kamu mau hidup lagi? Nathan menggeleng, ”Nathan apakah kamu masuk tim pujian Tuhan? Nathan mengangguk-anggukan kepalanya. “Nathan apakah kamu sudah suka cita di sana? Nathan mengangguk-angguk lagi.

Kemudian aku berkata kepada anakku “Ya sudah Nathan kelak kita akan bertemu lagi di surga”. Tuhan Yesus yang kulihat tadi saat itu tinggal berupa sinar dan anakku jalan mundur kebelakang menuju sinar itu dengan menggerakkan tangannya tanda selamat tinggal.

Kini roh ku harus kembali kebumi dan saat aku kembali ke bumi aku sangat ketakutan. Bumi yang kita tinggali ini sudah sangat gelap. Hitam pekat bahkan saat tangan kugerakkan kearah wajahku aku tak dapat melihatnya.

Kemudian aku dapat merasakan roh ku masuk kedalam tubuhku,bahkan tubuhku hampir terbanting ke belakang dan saat itu aku baru menangis.

Saat aku bertemu anakku tak ada dukacita tak ada kesedihan tak ada tangis atau haru yang ada hanya sukacita dan damai sejahtera. Yang kurasa bahwa Allah yang kita sembah yaitu TUHAN YESUS sungguh-sungguh hidup dan memberi jawaban atas persoalan kita. Dan Firman Tuhan memang benar bahwa orang yang mati di dalam Tuhan tinggal dalam suka cita dan damai sejahtera dan itulah yang kualami saat aku bertemu dengan anakku. Jika saat itu Tuhan meminta ku untuk tinggal di sana aku pasti mau karena sangat nikmat dan indah tinggal bersama dengan Tuhan.

Setelah aku mengalami kejadian Tuhan mempertemukan aku dengan anakku, aku juga berusaha mencari tahu apa saja yang dilakukan anakku semasa hidupnya aku membongkar kamar anakku setelah kejadian itu ternyata anakku memang anak yang sangat mencintai Tuhan tak ada satu buku yang berbau roman kutemukan di dalam kamarnya. Bahkan aku menemukan sebuah notes sebanyak sembilan lembar yang ternyata berisi bahan untuk khotbah. Kemudian aku juga pergi kesekolah Nathan untuk mengambil rapor nya yang terahkir semasa hidupnya dan tiba-tiba guru Nathan bercerita bahwa sebelum anakmu meninggal ada kejadian aneh, biasanya sebelum dan setelah ulangan Nathan selalu berdoa dengan suara yang keras, tapi sehari sebelum anakmu meninggal dia berdoa saat kelas sedang istirahat setelah ulangan. Nathan berdoa seperti biasanya dan didengar oleh tiga teman perempuannya. Ketika Nathan berdoa tiba-tiba suasana kelas yang gaduh menjadi syahdu dan suara Nathan menjadi jauh bahkan ketiga teman Nathan yang mendengarkan tidak kuat dan menangis. Jadi anakku mendapat lawatan Tuhan sebelum anakku meninggal. Dari sini aku tahu kebenaran semasa anakku hidup,aku mendapat banyak peneguhan-peneguhan yang menyatakan bahwa apa yang dikatakan Tuhan padaku adalah benar.

Hidup di dunia ini adalah semu dan fana tak ada artinya harta yang kita cari kesenangan yang kita dapat jika dibanding dengan tinggal dalam kerajaan surga bersama dengan Allah Bapa dan Kerajaan Surga itu memang NYATA.

Setelah kejadian demi kejadian kualami, sekarang hubunganku dengan Tuhan bertambah intim dan mesra. Suatu hubungan yang tak dapat diutarakan dengan kata-kata.

(Chapter 2)

Setelah aku menceritakan semua yang kualami pada istri dan keluargaku, mereka sangat senang dan kami sungguh merasa bahwa ini memang sudah jalan yang terbaik yang di berikan oleh Tuhan.

Kemudian aku sebagai ibu dari anakku yang telah meninggall,aku pun meminta permintaan yang sama dengan suamiku yaitu bertemu dengan anakku. Aku berkata pada Tuhan “ Tuhan kau sudah mempertemukan suamiku dengan anakku, tapi aku ini ibunya, aku yang melahirkannya aku juga ingin bertemu dengan anakku ,aku ingin tahu Tuhan sedang apa anakku sekarang? Aku telah berpuasa 40 hari tapi tidak mendapatkan jawaban dari Tuhan. Kemudian tanpa menyerah aku pun berpuasa 40 hari lagi. Dalam puasaku yang kedua aku tetap meminta untuk dipertemukan oleh Nathan dari jauh saja atau melihat apa yang sedang dilakukan oleh Nathan sekarang. Setiap hari aku terus berdoa dan berharap agar permohonanku dijawab oleh Tuhan.

Hari itu minggu pertama dalam bulan oktober tahun 2006, hari itu hari Kamis. Setiap kamis pertama dan kamis ke tiga di rumahku selalu ada persekutuan doa malam. Saat itu aku, suamiku dan semua orang yang hadir sedang menyembah, Kami semua menyembah dalam roh dan tiba-tiba dalam penyembahan, aku melihat sebuah video dimana ada segerombolan anak muda seumuran dengan anakku sedang memuji dan memuliakan Tuhan. Mereka mengenakan jubah putih panjang dan membawa alat-alat pujian, mereka semua memuji dan memuliakan Tuhan. Saat itu posisi segerombolan anak muda itu membelakangiku dan mereka berjalan kearah depan kemudian tiba-tiba keluarlah seorang anak muda dari sekumpulan anak muda itu dan ia menoleh kearahku. Anak muda itu hanya tersenyum memandangku sejenak dan aku pun tertegun memandang anak muda itu, karena ia adalah anakku Nathan. Kemudian setelah berpandang-pandangan dengan Nathan, Ia pun kembali ke dalam gerombolannya dan video itu lenyap seketika.

Setelah mendapat jawaban Tuhan Aku menangis dan merasa bahwa Tuhan sungguh baik. Tuhan itu Allah yang adil. Ia sangat bertanggung jawab ia tidak membiarkannku terus bertanya dan hanyut dalam kesedihanku.Ia memang telah melukaiku dengan mengambil anakku tapi ia juga yang menyembuhkan dan membalut lukakku.

Sejak semua jawaban Tuhan itu kami terima, Kami sekeluarga mendapat penghiburan derita kami dan suatu kemantapan hidup didalam Yesus. Dan kami sekeluarga percaya bahwa kelak kami akan bertemu dengan Nathan di surga saat Hari Tuhan tiba. Kami pun percaya bahwa nama kami telah ditulis didalam kerajaan surga.

Mari kita hidup lebih dan harus sungguh-sungguh dalam Tuhan,Jangan jadi orang Kristen setengah-setengah tapi hiduplah sungguh-sungguh dalam Dia maka semua persoalan hidupmu akan diselesaikan oleh-Nya.Bahkan kamu akan mendapat kan jaminan hidup yang kekal bersama Yesus selamanya. Percayalah maka kita akan diselamatkan.

Amin.

Thank You Jesus,We always love You.

Sumber : Handoko Wibisono & Christiani Hartono

Created by: Ruth Sarah Wibisono. (Surabaya,26 september 2008)

Email: ruth_sarah@ymail.com
NYAWA CADANGAN


Tanggal 11 Februari 1998, 3 bulan sebelum krisis moneter dan kerusuhan massal melanda bangsa kita ini, saya berjalan dengan tidak memiliki prasangka apa-apa bahwa akan ada kejadian luar biasa yang akan menimpa saya hari itu.

Saya ada di daerah Buaran, Bekasi, dekat dengan kota Legenda. Saat itu pukul 16.00, dan peristiwanya terjadi begitu cepat. Saya dirampok, dua peluru ditembakkan dari belakang oleh para perampok.

Saya jatuh tak berdaya, dengan tubuh bersimbah darah. Satu hal yang saya pikirkan saat itu adalah sebentar lagi saya akan mati. Saya menjadi sangat takut akan kematian, teringat anak saya yang masih kecil, yang baru berusia 9 bulan. Kalau saya mati, siapa yang akan mengurusnya? Bagaimana nanti dengan keluarga saya?

Saat itu, saya langsung berseru berdoa, "Darah Tuhan Yesus, tutup bungkus saya!"

Mendadak sebuah ketenangan menyelimuti saya, saya percaya bahwa itu hadirat Tuhan yang bersama dengan saya.

Masyarakat sekitar datang mengerumuni saya, mereka menghentikan taksi dan meminta sopirnya membawa saya ke rumah sakit terdekat. Taksi itu pun segera membawa saya ke Rumah Sakit Umum Bekasi. Setiba di sana, kata dokter saya harus segera dioperasi darurat untuk menyelamatkan nyawa saya. Tapi operasi seperti itu tidak bisa mereka lakukan, saya harus dibawa ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo.

"Ya sudah, tunggu apa lagi, bawa saja saya ke sana," ujar saya lemah.

Namun anehnya pihak rumah sakit menolak, katanya harus ada keluarga yang datang dahulu mengurus administrasinya. Saya mengerti maksud mereka, pasti masalah biaya. Dalam keadaan sekarat, soal hidup dan mati seperti ini, saya tidak habis pikir mengapa mereka masih melakukan itu. Saya pun segera telepon ke rumah, tapi ternyata di rumah tidak ada orang.

Bagaimana ini, satu nomor lagi yang saya ingat hanyalah saudara saya yang berkantor di Pamulang. Namun, dari Pamulang ke Bekasi sangatlah jauh, butuh waktu beberapa jam perjalanan. Tapi saya tidak punya pilihan, saya tetap harus meneleponnya.

Saudara saya, setelah menerima telepon saya, langsung menelepon temannya yang memilki toko di Bekasi. Sebenarnya temannya itu sudah menutup tokonya dan pulang. Namun entah mengapa, ada sebuah suara kuat yang menyuruhnya kembali ke toko. Sehingga tepat saat ia tiba di tokonya, saat itu pula juga telepon berbunyi. Saat itu telepon seluler belumlah lazim digunakan seperti sekarang, bayangkan bila temannya itu tidak kembali ke tokonya, saya tidak tahu apa yang akan terjadi, saya mungkin tertahan dan meninggal di rumah sakit.

Karena dia terburu-buru ke rumah sakit, maka dia tidak sempat membawa uang. Sesampainya di rumah sakit, administrasi rumah sakit tidak mau menerima jaminan KTP-nya. Maka dia harus pulang kembali ke rumah untuk mengambil uang. Setelah dia kembali dan membayarnya, baru pihak rumah sakit mau melepas saya ke RSCM.

Sampai di RSCM, saya juga tertahan karena ada beberapa hal. Sehingga masuk ruang operasi sudah pukul 21.00. Operasi yang harusnya sesegera mungkin dilakukan untuk menyelamatkan nyawa saya, karena pendarahan membuat darah saya hampir habis, tertunda selama 5 jam lebih. Namun, penyelamatan yang cepat seperti yang kita harapkan dari pihak medis itu tidak terjadi.

Hal itu menunjukkan bahwa kita tidak bisa bergantung pada usaha manusia untuk menolong kita. Hanya satu tempat di mana kita bias bergantung, yang membuat saya bisa bertahan selama itu, yaitu pertolongan Tuhan sendiri.

Saat operasi dimulai, saya pun dibius dan saya merasakan para dokter segera bekerja membelah tubuh saya. Saya pun merasa melayang-layang, masuk alam tidak sadar. Semuanya menjadi gelap, dan tubuh saya menjadi sangat ringan melayang-layang, rasanya sangat mengerikan, seperti berada dekat sekali dengan alam maut.

Saat melayang seperti itu, saya merasa tiba-tiba ditangkap oleh sebuah kekuatan yang mengerikan. Saya tahu itu kuasa maut yang menangkap saya, saya tidak bisa bergerak, disekap seperti akan mati.

Saya berteriak padanya bahwa saya adalah anak Tuhan Yesus! Raja di atas segala raja! Maka kekuatan itu pun melepas saya. Hal itu terjadi beberapa kali, perasaannya sama, seperti akan mati. Dan setiap kali saya ditangkap, saya mengucapkan hal yang sama, kemudian saya pun dilepas lagi melayang-layang.

Hal itu membuat saya menjadi kesaksian hidup pada Saudara saat ini, dan telah membuktikan bahwa Yesus adalah sungguh Tuhan yang berkuasa di alam roh dan alam maut. Malaikat maut takut dan patuh akan kuasa nama-Nya di sana.

Operasi berlangsung selama 3,5 jam. Dengan banyak komplikasi karena banyak organ tubuh saya yang terluka, yaitu ginjal, paru-paru, dan hati. Paru-paru saya dijahit, dan hati saya harus dipotong seperempatnya. Proses operasi itu, menurut dokter, harus mengeluarkan semua organ saya dahulu, baru dikembalikan lagi. Sehingga mereka khawatir timbul komplikasi saat tubuh coba menyesuaikan dengan organ-organ itu lagi.

Setelah operasi, saya masih ada dalam masa kritis, sehingga selama 13 hari saya dirawat di ICU. Setelah melewati masa kritis, perawatan dilanjutkan di bagian rawat inap.

Obat-obatan yang diberikan pada saya, membuat saya tidak bisa tidur dan sangat gelisah. Hal apapun dapat membuat saya marah-marah karena efek obat-obat itu. Belum lagi setiap inci dari tubuh saya sangat sakit. Bagian apapun yang saya gerakkan sakitnya tidak terkira, apalagi menggerakkan bagian-bagian besar seperti tangan atau kaki.

Dalam kesakitan dan kegelisahan yang luar biasa karena tidak bias tidur seperti itu, saya mendengar sebuah suara, "Mengapa kau masih tergantung pada obat, bukankah Aku sudah menyembuhkan engkau." Saat mendengar itu saya menangis, saya berdoa pada-Nya: "Tuhan ampuni saya, saya lelah dengan keadaan seperti ini, berikanlah saya ketenangan agar dapat tidur dan beristirahat."

Setelah itu, saya memutar lagu-lagu pujian dan penyembahan. Saat mendengarkan lagu-lagu itu saya merasakan ketenangan melingkupi saya. Bahkan setelah beberapa lagu, saya seakan ingin menari, tangan saya bisa digerakkan tanpa terasa sakit. Demikian juga kaki saya dapat saya gerakkan tanpa sakit, sungguh luar biasa!

Hal itu membuat saya ingin bangun dan turun dari tempat tidur. Sehingga ayah saya yang sedang menjaga saya langsung berteriak-teriak protes keberatan saat saya bangun dan ingin turun dari tempat tidur. Itu benar-benar sungguh sebuah mukjizat. Saya merasakan sebuah cahaya yang sangat terang di sekitar saya, dan hadirat Tuhan terasa sangat nyata. Turun sebuah sukacita melimpah memenuhi hati saya, sedemikian melimpahnya sukacita itu terus saya rasakan sampai hari ini.

Tuhan itu sungguh sangat baik. Banyak hal tidak berkenan baginya yang telah kita lakukan, tapi Dia tetap setia, asal kita sungguh-sungguh bertobat dan minta ampun pada-Nya. Dia akan turun tangan memulihkan hidup kita. Yang penting kita punya iman pada-Nya, Tuhan akan bekerja dalam banyak cara dalam kehidupan kita.

Dokter yang menjadi kepala tim operasi berkata pada suster sesaat setelah mengoperasi saya, "Ini orang punya nyawa cadangan." Setelah melewati hal-hal yang sangat berat seperti itu, saya masih tetap hidup. Tapi saya tahu benar bahwa saya tidak punya nyawa cadangan, dan itu bukan karena kuat gagah saya. Tapi "nyawa cadangan" saya terletak pada ffirman Tuhan yang berkata, "Dengan bertobat dan tinggal diam kamu akan diselamatkan, dalam tinggal tenang dan percaya terletak kekuatanmu."

Diambil dan disunting seperlunya dari:
Nama majalah: VOICE Indonesia, Vol. 83/2006, Penulis: TS/LM, Penerbit: Communication Department Full Gospel Business's Men Fellowship International -- Indonesia dan Yayasan Usahawan Injil Sepenuhnya Internasional (PUISI), Jakarta 2007 Halaman: 12 - 15. (http://www.sabda.org/publikasi/Kisah/)